Konten dari Pengguna

Fed Rate Naik: Negara Berkembang Bersiap, Termasuk Indonesia

Tesa Sindy Prameswari Putri
Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ekonomi Pembangunan
20 Januari 2022 22:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tesa Sindy Prameswari Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.istockphoto.com/photo/federal-reserve-fed-target-and-speed-to-raise-interest-rate-concept-hourglass-or-gm1077189866-288524895
zoom-in-whitePerbesar
https://www.istockphoto.com/photo/federal-reserve-fed-target-and-speed-to-raise-interest-rate-concept-hourglass-or-gm1077189866-288524895
ADVERTISEMENT
Perekonomian global saat ini mengalami laju inflasi yang sangat kuat. Kenaikan inflasi yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dunia. Ketua Federal Reserve Jerome Powell selalu memantau upaya Bank Sentral AS (Fed) untuk memastikan jika inflasi tidak melambung tinggi dan rugi, terutama negara berkembang yang tidak mampu memenuhi naiknya harga kebutuhan pokok.
ADVERTISEMENT
Dengan menghentikan inflasi pada akarnya, The Fed berkomitmen untuk memberikan dukungan terbaik untuk ekonomi dan pasar. Tetapi rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga tahun ini menyebabkan arus keluar modal asing dan inflasi yang tinggi. keputusan Federal Reserve lebih cepat dari yang diharapkan, berpengaruh di pasar uang dan menyebabkan penurunan daya beli mata uang domestik terhadap mata uang lainnya.
Untuk mengurangi risiko yang keluar, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara berkembang, termasuk Indonesia untuk bersiap menghadapi kenaikan suku bunga AS. Seperti pada minggu pertama Januari, Rupiah mengalami tekanan dan melemah 0,74% terhadap Dolar AS.
Kebijakan moneter AS saat ini sedang bertahap, Maka berdampak kecil di pasar negara berkembang. Namun, negara berkembang harus tetap waspada dan siap menghadapi ketidakpastian ekonomi dari akselerasi kenaikan suku bunga The Fed dan munculnya varian baru Covid19, Omicron.
ADVERTISEMENT
Di tengah krisis pendanaan, sejumlah pasar negara berkembang mulai merencanakan kebijakan moneter yang berbeda dan bersiap untuk memotong dukungan fiskal dalam menanggapi naiknya utang dan inflasi. Tanggapan negara-negara berkembang harus disesuaikan dengan keadaan dan keinginan mereka agar tidak menimbulkan kerugian yang signifikan.
Normalisasi kebijakan moneter The Fed melalui pemotongan bertahap merupakan salah satu risiko dan tantangan bagi Indonesia. The Fed, yang kemungkinan akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga lebih cepat, harus meningkatkan imbal hasil obligasi AS. Sebab nilai tukar Indonesia akan anjlok, inflasi akan meroket hingga ekonomi melambat seperti tahun 2013.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kini siap menghadapi tindakan The Fed. Karena pengalaman dari berbagai penilaian, dampak pengurangan ini dapat diperkirakan tidak perlu terlalu ditakuti. Memang, The Fed selalu berkomunikasi dengan baik dengan investor, media, dan publik berdasarkan keputusan yang dibuatnya. Nilai ketahanan ekonomi Indonesia juga jauh lebih baik dan relatif sehat untuk menopang suku bunga.
ADVERTISEMENT
Menurut saya rencana yang bagus karena Bank Indonesia telah menyusun strategi untuk menjaga likuiditas rupiah dan menjaga keseimbangan antara mekanisme permintaan dan penawaran di pasar domestik. Bank Indonesia selalu memastikan dan menyoroti stabilitas pasar uang nasional dan mendukung kebijakan moneter untuk mencegah devaluasi mata uang.