Kenaikan Suku Bunga Amerika Serikat (AS): Negara-Negara Berkembang Harus Bersiap

Tesa Sindy Prameswari Putri
Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ekonomi Pembangunan
Konten dari Pengguna
1 Februari 2022 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tesa Sindy Prameswari Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/federal-reserve-fed-cuts-low-interest-2097329305
zoom-in-whitePerbesar
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/federal-reserve-fed-cuts-low-interest-2097329305
ADVERTISEMENT
Jerome Powell Ketua Federal Reserve terus memantau bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam upaya menstabilkan inflasi yang melonjak. Lonjakan inflasi yang terjadi hingga saat sempat mencapai titik tertinggi dan berimbas pada laju perekonomian. Inflasi sendiri dapat diartikan sebagai peningkatan atau kenaikan harga secara umum, baik harga barang ataupun jasa.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu peningkatan inflasi dapat menyebabkan kerugian, terutama untuk mereka yang kurang mampu dalam memenuhi biaya kebutuhan pokok yang semakin tinggi” ungkap Powell, dilansir dari The Business Time (Rabu, 12/01).
Bank Sentral AS telah berkomitmen untuk mendukung ekonomi dan pasar secara maksimum dan mencegah inflasi meningkat agar tidak mengakar. Di lain sisi, langkah Federal Reserve lebih cepat dari yang diprediksi sehingga mempengaruhi pasar uang dan memicu terjadinya arus modal keluar serta depresiasi mata uang. Mengawasi risiko yang ditimbulkan, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan jika negara-negara berkembang harus bersiap dalam menghadapi Suku Bunga (AS) yang mengalami kenaikan.
IMF memperkirakan jika AS akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berlanjut melalui inflasi yang moderat di akhir tahun 2021. Namun, pernyataan mengenai perkiraan ekonomi global ini baru akan dirilis pada 25 Januari oleh pemberi pinjaman global.
ADVERTISEMENT
Kebijakan moneter AS diketahui telah melakukan pengetatan secara bertahap hingga kemungkinan berdampak kecil pada pasar negara berkembang melalui permintaan asing untuk mengimbangi kenaikan harga. Meski demikian, negara berkembang harus tetap waspada dan bersiap untuk menghadapi terjadinya gejolak ekonomi akibat kenaikan suku bunga The Fed yang bergerak lebih cepat dan munculnya varian baru Covid-19, Omicron.
Di tengah pendanaan yang menjadi lebih ketat, beberapa pasar negara berkembang sudah mulai menyusun berbagai kebijakan moneter dan bersiap menurunkan dukungan fiskal guna mengatasi utang dan inflasi yang meningkat. Respon negara berkembang harus disesuaikan dengan keadaan dan kerentanannya.
The Fed yang menormalisasikan kebijakan moneternya melalui tapering off menjadi salah satu risiko dan tantangan untuk Indonesia tahun ini. The Fed yang bisa jauh lebih agresif dalam meningkatkan suku bunga lebih awal akan menimbulkan kenaikkan pada imbal hasil (yield) obligasi AS. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, akan terkena dampak yang cukup parah seperti ketika terjadi taper tantrum di tahun 2013 yaitu nilai tukar rupiah yang menurun drastis, inflasi melonjak hingga ekonomi melambat.
ADVERTISEMENT