Konten dari Pengguna
5 Tempat Syuting Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang Sarat Kenangan
10 Juni 2025 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sinema Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menyusuri tempat syuting film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck bagaikan menjejak puing-puing cinta yang abadi. Setiap lokasi menyimpan emosi, keindahan visual, dan nuansa cerita yang memikat hati para penonton.
ADVERTISEMENT
Dirilis pada 2013, film populer besutan Soraya Intercine Films ini diadaptasi dari novel Buya Hamka. Alurnya berkisah tentang cinta tragis antara Zainuddin dan Hayati, yang diperankan oleh Herjunot Ali dan Pevita Pearce.
Meski telah lama berlalu, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck tetap memiliki tempat di ingatan publik. Selain karena sinematografinya yang apik, keindahan lokasi syutingnya pun sangat ikonik dan layak untuk terus diulik.
Tempat Syuting Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Sebagai produksi termahal Soraya Films, film ini menampilkan latar tahun 1930-an di lebih dari tiga wilayah Indonesia. Menurut laman mail.agamkab.go.id, berikut adalah tempat syuting film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck:
1. Danau dan Padang Luas, Tarusan Kamang
Penonton film ikonik ini pasti tidak asing dengan momen menyayat saat Zainuddin dan Hayati berpisah di tepi sungai. Di sini, Hayati memberikan selendangnya sebagai simbol janji, yang sayangnya tak pernah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Ternyata, adegan mengharukan itu direkam di Tarusan Kamang, Kamang Magek, Kabupaten Agam. Hamparan danau dan padang luasnya begitu pas menggambarkan keheningan dua hati yang perlahan terpaksa menjauh.
2. Arena Pacuan Kuda, Bukik Ambacang
Adegan Zainuddin bertemu kembali dengan Hayati terjadi dalam suasana pacuan kuda yang ramai. Tatapan mereka saling mencari, memancarkan rindu di tengah sorak penonton dan derap kuda yang memecah keraguan hati.
Momen itu diambil di Bukik Ambacang, kawasan pacuan kuda tradisional di Bukittinggi, Sumatra Barat. Suasana lapang dan berkabut tempat ini menciptakan latar sempurna untuk dialog sarat rindu yang tak tersampaikan.
3. Rumah Gadang, Kubu Rajo
Siapa yang bisa melupakan ketegangan saat keluarga Hayati menolak lamaran Zainuddin karena status sosialnya? Adegan di ‘rumah Hayati’ ini menampilkan suasana adat dan tekanan keluarga yang sangat kuat terasa.
ADVERTISEMENT
Latar rumah megah tersebut adalah Rumah Gadang Kubu Rajo di Batusangkar, Sumatra Barat. Dengan ciri khas arsitektur rumah adat Minang, bangunan ini tampil berwibawa dan memperkuat suasana konflik dalam cerita.
4. Villa Ledug, Kaliandra Eco Resort
Saat Zainuddin hidup di tanah Jawa dan perlahan bangkit sebagai pria mapan, suasana rumahnya mulai terasa hangat. Hayati sempat datang ke sana—sayangnya, bukan dalam keadaan seperti dulu, Hayati telah bersuamikan laki-laki lain.
Adegan mengiris hati itu difilmkan di Villa Ledug, kawasan Kaliandra Resort, Prigen, Jawa Timur. Nuansa kolonial dan ketenangan pegunungannya menciptakan atmosfer penuh kenangan dan luka yang belum sempat sembuh.
5. Surau Tradisional, Lubuk Bauk
Zainuddin diceritakan pertama kali menimba ilmu agama di surau gadang tua, Lubak Bauk. Suasana hening, lentera temaram, dan lantunan ayat suci dalam adegan ini menciptakan kesan sakral pada masa muda tokoh utama.
ADVERTISEMENT
Surau Lubuk Bauk sendiri terletak di Jorong Lubuk Bauk, Nagari Batipuh Baruah, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar (Sumbar). Lokasi ini dikenal menjadi tempat Buya Hamka menimba ilmu dan menulis novelnya.
Itulah tempat syuting film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang sarat kenangan. Daftar tersebut belum mencakup seluruh lokasinya, jadi silakan lanjutkan penelusuran melalui film maupun sumber kredibel lainnya. (NF)