news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Teori Film Interstellar, Perpaduan Ragam Teori Sains

2 Maret 2025 15:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sinema Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Teori Film Interstellar, Foto: Pixabay/TheDigitalArtist
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teori Film Interstellar, Foto: Pixabay/TheDigitalArtist
ADVERTISEMENT
Teori film Interstellar menjadi salah satu topik yang banyak dibahas oleh penggemar film dan pencinta sains sejak film ini dirilis. Dengan pendekatan ilmiah yang didukung oleh fisikawan terkenal Kip Thorne, film ini menghadirkan berbagai teori yang menarik untuk dianalisis.
ADVERTISEMENT
Disutradarai oleh Christopher Nolan, Interstellar bukan sekadar film fiksi ilmiah biasa, tetapi juga menggabungkan konsep-konsep ilmiah yang kompleks, seperti relativitas waktu, lubang hitam, dimensi kelima, dan paradoks perjalanan antar galaksi.
Mengutip situs web kmtntf.ft.ugm.ac.id, Interstellar merupakan film dengan genre science fiction yang dirilis pada tahun 2014.

Teori Film Interstellar

Ilustrasi Teori Film Interstellar, Foto: Pexels/Pixabay
Film Interstellar merupakan salah satu contoh film fiksi ilmiah yang sangat mengandalkan teori-teori sains untuk memperkuat alur ceritanya. Salah satu teori film Interstellar yang digunakan adalah teori relativitas Einstein, baik relativitas khusus maupun umum.
Relativitas khusus menjelaskan bahwa waktu dapat melambat atau cepat tergantung pada kecepatan dan posisi objek dalam medan gravitasi.
Dalam film ini, konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena dilatasi waktu yang dialami oleh para astronot, ketika para astronot mengunjungi planet Miller, di mana waktu berjalan sangat lambat dibandingkan dengan Bumi.
ADVERTISEMENT
Selain teori relativitas, film Interstellar juga menggunakan konsep lubang cacing (wormhole) sebagai sarana untuk melakukan perjalanan antar bintang dalam waktu yang relatif singkat.
Meskipun lubang cacing masih merupakan teori matematis dan belum terbukti secara eksperimental, konsep ini memungkinkan perjalanan melalui ruang-waktu dengan cara yang menarik dan imajinatif.
Film ini juga mengeksplorasi konsep gravitasi yang kuat di sekitar lubang hitam, seperti Gargantua, yang mempengaruhi perjalanan waktu dan ruang. Dengan bantuan fisikawan teoretis Kip Thorne, visualisasi efek gravitasi ini menjadi sangat akurat dan realistis.
Perpaduan teori-teori sains dalam Interstellar tidak hanya terbatas pada fisika, tetapi juga mencakup konsep-konsep lain seperti tesseract dan dimensi keempat.
Tesseract digunakan untuk menjelaskan bagaimana entitas dari masa depan dapat berinteraksi melalui manipulasi dimensi.
ADVERTISEMENT
Meskipun beberapa konsep dalam film ini masih bersifat spekulatif, seperti interaksi antar dimensi, film ini berhasil memicu diskusi besar tentang sains dan teknologi di kalangan masyarakat dan ilmuwan.
Interstellar menjadi contoh yang baik tentang bagaimana sains dapat diintegrasikan ke dalam cerita fiksi untuk menciptakan pengalaman menarik dan mendidik bagi penonton.
Film ini mengajak penonton untuk berpikir lebih jauh tentang alam semesta, waktu, dan hubungan manusia dengan teknologi serta lingkungan luar angkasa.
Teori film Interstellar bukan hanya sekadar elemen hiburan, tetapi juga memberikan wawasan tentang kemungkinan eksplorasi luar angkasa di masa depan. (Fikah)