Nilai Budaya dan Kesenian dalam Upacara Adat Tuk Si Bedug di Desa Margodadi

Sinta Mardikawati
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 20:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sinta Mardikawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tuk Si Bedug di Desa Margodadi. Sumber: Foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tuk Si Bedug di Desa Margodadi. Sumber: Foto pribadi
ADVERTISEMENT
Upacara adat Tuk Si Bedug di desa Margodadi merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh Masyarakat desa Margodadi, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Upacara adat Tuk Si Bedug dilaksanakan setiap hari Jum’at Pahing di bulan Ruwah dalam kalender Jawa.
ADVERTISEMENT
Upacara adat Tuk Si Bedug ini diselenggarakan untuk menjaga nilai-nilai budaya dan kesenian yang ada di dalam masyarakat desa Margodadi dan bertujuan untuk menghormati jasa tokoh Walisanga yang pernah menyebarkan agama Islam di desa Margodadi, yaitu Sunan Kalijaga.
Sebutan Tuk Si Bedug berawal dari kisah perjalanan Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dalam perjalanan menyebarkan ajaran agama Islam, Sunan Kalijaga berhenti di sebuah pohon berukuran besar di desa Margodadi, Seyegan dan saat itu merupakan hari Jum’at Pahing dalam kalender Jawa.
Tuk Si Bedug. Sumber: Foto pribadi
Sesuai dengan ajaran agama Islam, bahwa setiap hari Jum’at, umat muslim laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan ibadah salat jum’at. Namun, pada saat Sunan Kalijaga ingin mengambil air wudu di tempat tersebut, Sunan Kalijaga tidak menemukan air sedikitpun.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Sunan Kalijaga memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menancapkan tongkatnya ke tanah dan tak lama kemudian muncullah sumber mata air yang keluar langsung dari tanah yang semula tanah tersebut sangat tandus. Sehingga sumber mata air itulah yang kemudian dikenal dengan nama “Tuk Si Bedug” dan sebagai wujud penghormatan masyarakat desa Margodadi terhadap Sunan Kalijaga.
Oleh karena itu, masyarakat desa Margodadi selalu melaksanakan upacara adat Tuk Si Bedug yang tidak lepas dari “ubo rampe” atau syarat yang harus ada dalam melaksanakan upacara tersebut yakni gunungan. Gunungan ini dibuat dari beberapa hasil bumi yang ada di desa Margodadi seperti padi, jagung, aneka sayur serta buah yang ditata rapi hingga menyerupai bentuk piramida untuk kemudian di doakan bersama-sama dan dibagikan kembali kepada masyarakat yang hadir dan ikut serta dalam upacara adat Tuk Si Bedug.
ADVERTISEMENT
Prosesi upacara adat Tuk Si Bedug ini dimulai dengan doa bersama, mengadakan kenduri atau tumpengan dan selawatan, kemudian membawa gunungan berbagai hasil bumi dari masyarakat desa Margodadi ke lokasi Tuk Si Bedug dan nantinya sesepuh adat juga akan mengambil air dari mata air Tuk Si Bedug menggunakan kendil tepat di malam Jum’at Pahing, kemudian air tersebut dibawa ke balai desa Margodadi yang letaknya tidak jauh dari lokasi Tuk Si Bedug.
Total rangkaian upacara adat Tuk Si Bedug dalam kegiatan efektifnya bisa selama tiga hari dengan puncaknya berupa kirab gunungan, gelar pembacaan selawat bersama-sama dan selama upacara adat Tuk Si Bedug banyak digelar berbagai macam hiburan berupa kesenian tradisional seperti macapat, klonengan dari anak-anak, wayang kulit, pentas jathilan dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Nilai budaya dalam upacara adat Tuk Si Bedug adalah selalu bersyukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah masyarakat terima dengan membuat gunungan hasil bumi untuk upacara adat tersebut dengan maksud adalah sedekah bumi. Dalam pelaksanakan upacara adat Tuk Si Bedug masyarakat desa Margodadi saling membantu, bekerja sama dengan baik, bergotong royong dan saling bertoleransi antar sesama.
Dalam upacara adat Tuk Si Bedug terdapat sarana sesaji berupa kenduri pamidhangan dan gunungan. Nilai dari kenduri pamidhangan ini, bahwa hidup di masyarakat tidak terlepas dari saling tolong menolong serta melengkapi satu sama lain yang pada intinya tidak ada yang dapat berdiri sendiri tanpa batuan orang lain. Kemudian untuk kirab gunungan memiliki makna dan nilai, bahwa hasil gunungan yang didapatkan nantinya akan mendatangkan berkah bagi mereka dan rasa syukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah diterima.
ADVERTISEMENT
Masyarakat desa Margodadi juga berharap dengan dilaksanakannya upacara adat Tuk Si Bedug secara rutin setiap tahunnya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi dari masyarakat, kerja sama yang baik, gotong royong, saling membantu dan memiliki rasa toleransi yang tinggi antar sesama. Dengan begitu nilai budaya dan kesenian yang ada di dalam upacara adat Tuk Si Bedug dapat terus lestari dan berkembang dengan baik.
Tempat Menaruh Sesaji di Tuk Si Bedug. Sumber: Foto pribadi