Konten dari Pengguna

Mentawai: Suku Tertua di Indonesia

Sintia Putri Balqis
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
20 Juni 2022 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sintia Putri Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : pexels/ibadah mimpi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : pexels/ibadah mimpi
ADVERTISEMENT
Indonesia kaya akan kebudayaan dan sukunya. Salah satu suku di Indonesia yang dikenal banyak orang yaitu, Suku Mentawai.
ADVERTISEMENT
Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Suku yang menempati Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat ini diyakini sudah mendiami kepulauan tersebut sejak 500 tahun SM.

Menjadi salah satu suku tertua di Indonesia, membuat Suku Mentawai ini banyak di lirik oleh masyarakat. Kearifan lokal dari adat istiadat ataupun budaya yang sampai saat ini masih dilakukan oleh mereka, menjadi daya tarik Suku Mentawai.

Masyarakat Mentawai tinggal disebuah rumah panggung dengan material rumah yang berasal dari alam. Rumah ini disebut dengan Uma. Di Umalah, masyarakat Suku Mentawai melakukan berbagai kegiatan, seperti menggelar upacara adat.
Kehidupan di Mentawai bergantung dengan alam. Mulai dari bahan olahan makanan sampai rumah yang mereka tempati, semuanya berasal dan diolah dari alam. Maka, Suku Mentawai sangat merawat alam di sekitar mereka. Masyarakat Mentawai memiliki kepercayaan bahwa hutan adalah tempat tinggal roh leluhur, kepercayaan ini biasa juga disebut dengan kepercayaan Sabulungan.
ADVERTISEMENT
Pakaian Suku Mentawai masih sangat tradisional. Laki-laki Suku Mentawai tidak menggunakan baju, hanya menggunakan serat kayu sebagai penutup tubuh bagian bawah. Bagi lelaki Suku Mentawai, jika mereka menggunakan baju maka tak pantas rasanya mereka disebut sebagai Suku Mentawai asli. Perempuan di Suku Mentawai menggunakan daun pisang kering dan kain panjang untuk menutupi tubuh mereka.
Hidup dikelilingi oleh hutan, menjadikan berburu merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh laki-laki Suku Mentawai. Mereka berburu untuk mencari bahan makanan yang nantinya akan diolah di Uma. Meskipun begitu, kegiatan berburu di Suku Mentawai tidak bisa dilakukan sembarangan. Para lelaki pemburu menyiapkan senjata buruan dan membuat racun alami untuk berburu.
Selain berburu untuk memenuhi kebutuhan makanan, masyarakat Mentawai juga mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok. Setiap masyarakat Suku Mentawai memiliki beberapa pohon sagu sebagai kebutuhan makanan pokok. Pohon sagu ini ditebang harus menggunakan cara yang tepat agar tidak merusak pohon sagu lainnya.
ADVERTISEMENT
Suku Mentawai memanfaatkan tumbuhan sebagai obat alami dalam mengobati segala jenis penyakit, termasuk juga dalam pengobatan mistis. Maka dari itu, segala jenis dedaunan selalu menjadi obat mujarab dan selalu ada disetiap upacara adat Suku Mentawai.
Tato, kegiatan melukis tubuh ini ternyata sudah ada di Mentawai. Bahkan tato dari Mentawai menjadi salah satu seni tubuh tertua di dunia. Tato di Suku Mentawai terbuat dari bahan alami, proses pembuatannya pun masih terbilang tradisional. Lelaki Mentawai harus di tato karena bagi mereka, tato adalah perhiasan dan keyakinan mereka. Tato juga digunakan sebagai pengganti dari baju. Selain itu, tato di Mentawai juga melambangkan status sosial, karena setiap gambar tato menggambarkan kisah hidup orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi lelaki Mentawai, tato adalah perhiasan. Namun bagi wanita Mentawai, kecantikan sesungguhnya berasal dari gigi yang runcing. Memiliki gigi yang runcing selain menjadi simbol kecantikan, juga menjadi simbol keseimbangan bagi wanita Mentawai. Namun, baik tato ataupun gigi runcing, kedua hal ini menjadi ciri khas masyarakat Mentawai dan menjadi identitas mereka.
Hidup berdampingan dengan alam pada zaman modern ini tak menggoyahkan masyarakat Suku Mentawai untuk meninggalkan adat istiadat mereka. Sebaliknya, pada zaman modern ini, masyarakat Suku Mentawai masih setia melestarikan nilai budaya yang ada sejak leluhur mereka.
Dengan kebiasaan dan gaya hidup yang masih tradisional, Suku Mentawai tak tergerus oleh era globalisasi yang ada di dunia luar. Mereka sibuk melestarikan alam sekitar mereka, dengan kepercayaan yang mereka anut. Selain itu, adat istiadat yang kental, masih senantiasa mereka lakukan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
(Sintia Putri Balqis)