Konten dari Pengguna

Sangjit: Tradisi Lamaran Tionghoa

Sintia Putri Balqis
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
20 Juni 2022 2:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sintia Putri Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Sumber foto : pexels/RODNAE Productions
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Sumber foto : pexels/RODNAE Productions
ADVERTISEMENT
Pernikahan adalah momen sakral dalam kehidupan. Tiap negara, suku, dan budaya memiliki cara tersendiri dalam menjalankan rangkaian proses pernikahan. Sebelum melaksanakan pernikahan, biasanya dilakukan lamaran. Cara lamaran yang dilaksanakan pun sangat beragam.
ADVERTISEMENT
Sang jit-thau atau yang dikenal juga dengan nama Sangjit merupakan rangkaian proses pernikahan, seperti lamaran atau seserahan yang dilakukan oleh keluarga Tionghoa. Tradisi Sangjit masih sering dilakukan oleh keluarga Tionghoa sampai sekarang.
Sangjit dilaksanakan seperti acara lamaran, dengan adanya seserahan atau hantaran. Sangjit dimaksudkan sebagai tanda ketulusan dan keseriusan lelaki kepada perempuan. Selain itu, Sangjit dilaksanakan agar keluarga dua belah pihak saling mengenal, memohon restu, dan mengingatkan adat istiadat yang ada di Tionghoa kepada para keluarga secara turun menurun.

Tradisi Sangjit ini pada dasarnya memang sama dengan lamaran atau seserahan, yaitu pihak lelaki memberikan hantaran kepada pihak perempuan sebagai tanda keseriusan. Bedanya, Sangjit dilaksanakan dengan tertutup. Yang menghadiri Sangjit hanya orang terdekat dari keluarga.

Tradisi Sangjit ini biasanya dilaksanakan beberapa bulan sebelum pernikahan, namun bagi beberapa keluarga ada pula yang melaksanakan beberapa minggu sebelum pernikahan. Perlunya perhitungan tanggal untuk penentuan hari baik sangat diperhatikan oleh kedua keluarga Tionghoa. Sangjit dilaksanakan pada siang hari.
ADVERTISEMENT
Tionghoa identik dengan warna merah, karena bagi masyarakat Tionghoa, warna merah melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Begitu pula dengan Sangjit. Sangjit juga identik dengan warna merah, meskipun sebagian keluarga Tionghoa ada yang menggunakan warna lain. Warna merah dalam proses Sangjit ini bermakna agar ketika menjalani kehidupan, isi kehidupan dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan.
Fei, gadis Tionghoa ini menjelaskan, bahwa Sangjit di keluarganya selalu dipenuhi warna merah.
“Kalau dalam keluarga saya, pakaian dan ornamen pelengkap Sangjit semuanya berwarna merah. Keluarga saya masih kentel kepercayaanya, jadi bagi kami warna merah memberikan kebahagiaan,” jelas Fei.
Selain identik dengan warna merah, Sangjit juga memiliki lambang bernama Shuang Xi. Shuang Xi bermakna kebahagiaan ganda. Dalam tradisi Tionghoa, pasangan yang baru melaksanakan pernikahan menempelkan lambang Shuang Xi, agar mendatangkan sukacita dan kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Yang harus diperhatikan dalam prosesi Sangjit yaitu kesiapan dari kedua belah pihak. Selain itu, hantaran yang dibawa dalam proses Sangjit juga sangat penting. Pihak lelaki tidak bisa asal membawa seserahan untuk pihak wanita. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Hal yang harus diperhatikan dari seserahan yang dibawa pihak lelaki yaitu, angpau merah yang berisikan uang susu dan uang pesta, pakaian dan aksesoris, perlengkapan kecantikan seperti makeup, perhiasan, dua lilin merah yang diikat dengan pita merah, buah-buahan dengan jumlah genap, kue manis dengan jumlah delapan sampai duabelas, dan anggur merah. Barang seserahan tersebut diletakkan di kotak hantaran berwarna merah.
Tradisi Sangjit yang masih dilaksanakan oleh keluarga Tionghoa sampai saat ini menjadi tradisi unik yang memang harus dilaksanakan turun menurun. Dengan adanya tradisi ini, generasi muda dalam keluarga Tionghoa akan tetap mengingat siapa dirinya.
ADVERTISEMENT