Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Singles Day 11/11: Awalnya Perayaan Lajang, Jadi Hari Belanja Terbesar di Dunia
20 November 2020 22:43 WIB
Tulisan dari Sintia Saeh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
11/11 atau 11 November saat ini dikenal sebagai hari belanja besar di mana para penjual dan perusahaan menjual produknya dengan potongan harga yang tidak main-main. Tapi tahukah anda bahwa perayaan tanggal 11 November (11/11) di negeri asal Panda, Tiongkok, berawal dari perayaan tidak resmi para muda mudi yang bangga dengan status lajang mereka?
ADVERTISEMENT
Sejarah Hari Lajang di Tiongkok
Sebagian orang kurang begitu nyaman melajang karena dianggap sebagai suatu hal yang negatif. Tetapi sebenarnya menjadi lajang berarti anda bisa fokus pada diri sendiri. Tak hanya itu, ada yang bilang Anda perlu belajar mencintai diri sendiri sebelum dapat mencintai orang lain.
Hal inilah yang melatarbelakangi perayaan Singles’ Day atau Hari Lajang di Tiongkok pada tahun 1990-an. Singles’ Day saat itu bermula dari empat orang mahasiswa Universitas Nanjing yang merayakan status lajang mereka.
Tanggalnya sendiri menggambarkan angka satu sebanyak empat kali yang mana saat itu tepat mewakili empat mahasiswa laki-laki lajang yang memutuskan untuk merayakan status lajang tanpa pasangan sebagai suatu kebanggaan.
Ide ini kemudian menjalar sampai ke beberapa universitas di Tiongkok dan menjadi tradisi yang berkembang seiring waktu yang dirayakan baik wanita maupun pria. Perayaan dengan liburan ini dimanfaatkan untuk bersosialisasi sekaligus berbelanja di Tiongkok.
11.11 sebagai Hari Belanja Terbesar
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, situs e-commerce Tiongkok kemudian mulai serius memanfaatkan perayaan Hari Lajang ini setelah Alibaba Group Holding menjadikannya sebagai festival belanja tahunan pada tahun 2009. E-commerce ini menawarkan diskon sebesar 50 persen dengan pengiriman nasional gratis pada platform Taobao dan Taobao Mall (sekarang dikenal sebagai Tmall).
Pada saat itu hanya 27 merek yang ambil bagian dalam acara pertama ini. Namun pada tahun 2019 yang lalu atau satu dekade setelah pertama kali diluncurkan – momentum ini telah membeludak dengan lebih dari 200.000 merek dari 78 negara dan wilayah, yang kemudian mengangkat Alibaba ke rekor Singles’ Day sebesar 268,4 miliar yuan atau 579,74 triliun Rupiah.
Pada tahun ini, raksasa e-commerce terbesar di Tiongkok, Alibaba berhasil mencapai omzet dengan angka fantastis, melebihi yang 498,2 miliar yuan (sekitar 74,73 miliar dolar) pada platform Tmall saat perayaan Singles’ Day, naik 26 persen tahun ke tahun. Sementara JD.com, penyedia layanan e-commerce terbesar kedua di Tiongkok mencatat pendapatan lebih dari 271 miliar yuan (sekitar 585, 36 triliun Rupiah).
ADVERTISEMENT
Menurut Tmall, Singles’ Day di Tiongkok tahun 2020 menarik lebih dari 800 juta pembeli dan 250.000 merek, termasuk 25.000 bisnis di luar negeri dari lebih dari 220 negara dan wilayah. Hal ini tidak hanya menawarkan sekilas potensi permintaan domestik dari ekonomi terbesar kedua di dunia, tetapi juga memberikan peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan dari luar Tiongkok.
Oleh karena itu, Singles’ Day pada masa kini dianggap sebagai barometer konsumsi Tiongkok dan ketahanan ekonomi, terlebih pada masa pandemi Covid-19.
Berawal dari perayaan para lajang berlanjut menjadi momentum belanja online terbesar di Tiongkok bahkan dengan nilai transaksi terbesar di dunia.
Nah bagaimana dengan Anda? Apakah Anda telah memanfaatkan 11 November yang baru saja lewat untuk berbelanja secara offline ataupun online melalui platform e-commerce di Indonesia?
ADVERTISEMENT