Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Jumat, 29 Desember 2017
29 Desember 2017 22:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Siro Manungso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kami bertemu tak sengaja di parkiran. Dia pegawai di kantor lama saya. Saya mau pulang dan dia mau ketemu sama temannya, salah satu pegawai di kantor baru tempat saya bekerja.
ADVERTISEMENT
‘’Masuk saja. Si X masih di dalam, kerjaannya belum selesai sepertinya,’’ kata saya.
‘’Enggak Pak saya tunggu di sini saja,’’ jawabnya.
‘’Sudah tahu si X kalau kamu datang?’’ saya bertanya.
‘’Sudah Pak. Kami memang janjian kok. Lagian nggak enak kalau ada yang tahu saya main ke sini,’’ jawabnya sambil tertawa.
Saya ikut tertawa karena tahu maksudnya. Teman satu ini bekerja untuk perusahaan yang katakanlah menjadi saingan dari kantor saya. Untuk satu atau alasan lain seperti ada kode etik kalau mereka boleh bertemu satu sama lain tetapi tidak di kantor.
Saya tidak mengerti mengapa ada kode etik semacam demikian. Semestinya santai saja. Berteman-teman ya berteman saja.
Ataupun, kalau bermain kemudian dianggap mau pindah semestinya ya tidak apa-apa. Orang pindah kerjaan bukan hal yang luar biasa. Semua orang punya alasan sendiri-sendiri tanpa harus menjadi persoalan. Pasar bebas.
ADVERTISEMENT
Seperti bisa membaca pikiranku ia berkata, ‘’Persoalannya itu Pak, nanti ceritanya bisa berkembang-kembang kemana-mana. Dikira mau pindahlah, penjajakanlah, negosiasilah, kayak-kayak gitu.’’
‘’Lah kalau mau demikian, tidak harus ketemu di kantor juga bisa kan?’’ tanyaku tak mengerti.
‘’Iya sih. Tapi bagaimana ya….. memang begitu,’’ katanya.
‘’Kamu jangan-jangan mau pindah makanya sungkan masuk. Takut ketahuan,’’ kataku bercanda.
‘’Ha ha ha….. Bapak enggaklah. Saya seneng kok di sana,’’ ia menjawab lalu tertawa.
‘’Sudah ayo aku antar ke dalam ketemu si X biar kamu nggak nungguin di parkiran. Nanti dikira satpam lagi.’’
Iapun membuntuti aku masuk ke kantor. Aku antar ke ruangan si X.
Aku tinggal mereka berdua. Suara ketawa tergelak-gelak aku dengar dari luar ruangan.
ADVERTISEMENT