Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rabu, 27 Desember 2017
28 Desember 2017 0:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Siro Manungso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan ke kantor, aku selalu memutar podcast yang aku unduh dari beberapa radio favorit yang tidak berada di Indonesia. Tidak pernah aku mendengarkan radio yang ada di kota atau negeri ini.
ADVERTISEMENT
Ketika membuka komputer dan membaca situs online, kecuali situs online tempat aku sekarang bekerja, aku selalu membaca situs online bukan dari negeri ini.
Di rumah membaca buku, semuanya bukan berbahasa Indonesia. Aku selalu membeli buku berbahasa bukan bahasa Indonesia. Beberapa buku koleksi yang berbahasa Indonesia tidak pernah lagi bertambah. Kecuali kalau diberi teman atau kolega.
Berbincang-bincang dengan istriku tentu kami membahas keseharian yang terjadi di negeri ini. Tetapi tidak pernah dalam sehari kami tak membicarakan atau terselip dalam pembicaraan sebuah tempat yang selama 17 tahun kami sebut sebagai rumah dan itu bukan di Indonesia.
Dalam lamunan, walau sebentar, angan akan menyempatkan diri untuk menjenguk ke sebuah tempat nun jauh di pojok dunia sana. Berkhayal untuk suatu saat kembali.
ADVERTISEMENT
Berbelas batang rokok yang aku hisap setiap harinya, adalah rokok yang selalu aku hisap di sana. Walau tak mudah mendapatkannya aku enggan mengganti dengan rokok cengkeh yang tentu lebih mudah didapat. Pun enggan aku mengganti dengan rokok putih yang tak aku suka keringanannya.
Aku hidup di dua dunia. Badanku ada di sini, nyawaku merantau dan belum ingin kembali.