Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Selasa, 2 Januari 2018
3 Januari 2018 0:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Siro Manungso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini saya diundang sebuah universitas untuk berceramah tentang perkembangan mutakhir media massa --utamanya media online-- di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Undangan ketiga dalam 30 hari terakhir. Dengan topik yang sama.
Saya menikmatinya. Kalaupun apa yang saya sampaikan kemudian menjadi repetitious (pengulangan).
Pun pengulangan terjadi pada pertanyaan yang datang dari mereka yang hadir. Selalu saja di ketiga pertemuan ada satu tema yang kemudian mengemuka: persoalan hoax dan kesepakatan umum untuk menyalahkan media online.
Mereka menyebut media online memainkan judul yang sensasional, mengandalkan click bait, dan mengabaikan etika. Mereka menyebut media online itu berkualitas rendah. Mereka menyebut media online hanya menyingkap keburukan dan gossip. Semua itu dilakukan untuk mengejar trafik.
Karena semua itu, simpul mereka, hoax menjadi subur dan dengan mudah menyebar.
Kritik itu disampaikan karena mereka menganggap sebagai seorang wartawan online pasti saya akan membantah habis-habisan.
ADVERTISEMENT
Saya hanya mengangguk-angguk ketika mereka menyampaikan kritik itu dan menerima semuanya. Tetapi biasanya kemudian saya balik bertanya, ‘’Dari semua yang dikatakan dilakukan oleh media online untuk mengejar trafik, apa yang tidak dilakukan oleh media non online untuk mengejar oplah ataupun rating?’’
Biasanya kemudian mereka –dan selalu demikian—akan menjawab, ‘’Kami bisa menerima argumen anda, tetapi ada koran X, majalah Y, ataupun televisi S yang tetap menjaga etika dan akan sehat.’’
‘’Artinya ada yang menjaga etika dan akal sehat, tetapi tidak semua,’’ ganti saya menekankan, ‘’Kenapa kemudian Anda tidak berpikir bahwa ada media online yang juga menjaga etika dan akal sehat? Tidak semua media online buruk kan?’’
Masib belum puas, saya biasanya menambahkan, ‘’Anda semua juga harus membedakan berita yang tidak akurat dan salah dengan berita hoax. Karena hoax memang sebuah kesengajaan untuk menipu tetapi berita yang buruk dan tidak akurat disebabkan oleh mungkin kemalasan atau ketidaktelitian. Sangat berbeda tentunya.’’
ADVERTISEMENT
Masih kemudian saya tambahi lagi, ‘’Kalau anda tahu sebuah berita itu hoax, apa yang anda lakukan? Sekadar membaca? Ikut menyebarkan? Atau bagaimana? Karena berita hoax tidak bisa menyebarkan diri sendiri bukan?’’
Biasanya kemudian mereka akan terdiam.
Akhir pekan ini saya mendapat undangan di sebuah universitas untuk lagi-lagi membicarakan hal yang sama. Saya yakin pembicaraan yang sama akan terjadi lagi.