Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Senin, 1 Januari 2018
2 Januari 2018 0:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Siro Manungso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah sangat jarang saya mau membaca buku yang terlalu tebal. Semenarik apa pun biasanya memakan waktu terlalu lama sementara kesibukan pekerjaan tak cukup memberi waktu luang. Kalau tidak terselesaikan biasanya bacanya kemudian melompat-lompat, hanya membaca di bagian yang betul-betul menarik saja.
ADVERTISEMENT
Tetapi terlalu banyak orang yang merekomendasikan buku itu. Ditulis oleh seorang sejarawati yang memang saya suka. Dan buku ini memenangkan juga penghargaan bergengsi Pulitzer.
Saya pun mengabaikan tebal buku yang lebih dari 750 halaman. Memulai membacanya.
Betul buku itu menarik. Sangat menarik malah. Tetapi seperti yang sudah-sudah, separuh jalan stamina membaca saya mulai menurun. Semakin pelan saja kecepatan saya membacanya. Dan sebenarnya saya sudah pernah membaca versi lain dengan obyek bahasan yang sama serta sudah tahu akhirnya. Sehingga saya pun meletakkan buku itu.
Sejak tak meneruskan buku itu, saya sudah menyelesaikan dua buku lain yang lebih tipis. Saya tak membayangkan akan kembali membaca buku itu lagi.
Tapi kemarin tanggal 31 menjelang tahun baru, buku yang saya letakkan di pinggir tempat tidur itu begitu menggoda untuk diteruskan entah untuk alasan apa.
ADVERTISEMENT
Di penghujung tahun dan hari pertama tahun baru saya tak henti membaca buku itu kembali. Hanya terpotong kalau harus mengantar istri keluar rumah untuk satu atau dua keperluan.
Buku sudah selesai saya baca. Dan sekarang saya menganggap buku itu kurang tebal.
Bukan apa-apa, cara penulisnya menuliskan kehidupan tokoh ini telah membuat saya jatuh cinta. Tokoh itu? Abraham Lincoln namanya.