Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
ART Idol (Bab 3)
15 November 2024 23:08 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Fransisca Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sinopsis:
Elizabeth Goldspencer alias Liza, harus mengalami kenyataan pahit. Ayahnya, Erick Goldspencer yang seorang CEO alat olahraga mengalami kebangkrutan akibat kecanduan slot judi. Ia pun kabur ke tanah kelahirannya, Amerika Serikat tanpa mempedulikan nasib istri dan anak gadis semata wayangnya. Eliana Goldspencer yang masih jelita dalam usianya yang menginjak 35 tahun pun segera menikah lagi dengan teman SMU-nya, Andara Setiawan. Karena ia sangat membenci Erick Goldspencer, ia tak mau menerima Liza. Sang anak tiri pun harus hidup mandiri.
ADVERTISEMENT
Dengan rekomendasi dari sang ayah tiri, Liza pun bekerja sebagai ART di rumah indah milik Andrew Juana (Andy), CEO muda berusia 27 tahun yang merupakan jenius IT. Ia yang biasa hidup mewah, harus merasakan suka duka menjadi ART. Tak hanya sikap Andy yang sedingin es yang harus ia hadapi, melainkan Bu Juana, sang sosialita gaek yang tahu benar cara menindas si ART amatiran.
Liza terkenal sebagai ART idol di lingkungan Nirvana, perumahan elit tersebut. Tak hanya cantik jelita, ia pun sangat modis persis KIdol. Tentu saja Liza merupakan ancaman berat bagi para emak-emak bersuami.
Bab 3
Andy terperangah melihat berbagai furnitur berderet di luar pagar rumah. Ia pun menghampiri dua pemuda yang sedang sibuk menurunkan lemari pinus dari truk di luar pagar rumah.
ADVERTISEMENT
“Maaf, ini furnitur orderan siapa?” Tanya Andy.
Aktivitas kedua pemuda tersebut terhenti. Salah satu pemuda yang sekurus papan, menjawab dengan napas tersengal, “Orderan atas nama Elizabeth Goldspencer. Saya Arif. Dan ini Leo. Kami berdua staff pengiriman CV Furnitur Lestari.”
“Seluruh furnitur ini? Banyak sekali!” Seru Andy sembari memutar kedua bola matanya. Ia tak percaya Liza, ART-nya sanggup memesan seluruh furnitur ini. Sepertinya, ini modus baru pemaksaan penjualan.
Kedua pemuda tersebut mengangguk serempak. Leo, pemuda yang lebih gemuk tersebut, menyodorkan kuitansi, “Seratus juta tiga ratus lima puluh dua ribu rupiah.”
“Saya kan tak memesan furnitur apa pun.”
Arif mengerutkan kening. “Tapi alamat pengirimannya benar. Jalan Cempaka No. 5. Tadi kami bertanya pada Pak Agus, sekuriti perumahan ini. Ia memberitahu bahwa Elizabeth Goldspencer baru saja tinggal di rumah Pak Juana.”
ADVERTISEMENT
Andy menghela napas. Ia membunyikan bel rumah. Tak lama kemudian, muncullah Liza yang menggunakan kemeja berkerah pelaut dan rok lipit putih. Ia juga memakai celemek putih bermotif panda. Serangan keimutan level advanced tersebut membuat kedua pemuda malang tersebut mematung.
“Ada apa Boss?” Tanya Liza dengan suara sehalus sutera. Ia memang terlalu terbiasa bersikap manis pada lawan jenisnya, apalagi Andy merupakan majikan utamanya. Bahkan, ia tak menyadari bahwa kedua matanya selalu mengepak jika bertatapan dengan pria. Ini karena ia terlampau terobsesi untuk meniru idolanya, Liza Blackpink yang selalu bersikap manis pada penggemarnya. Tapi tentu saja Liza Blackpink bersikap professional sebagai K-idol, sementara Liza sang ART memang iseng. Para pria yang terjerat pesona ART ini sungguh perlu dikasihani. Mereka hanya terjebak dalam halusinasi bahwa sang ART jatuh hati pada diri mereka.
ADVERTISEMENT
“Liza, please, jangan panggil saya boss! Ini kan bukan di kantor,” gerutu Andy. Tampaknya sang majikan ini kebal pada pesona Liza. Pertahanan dirinya setebal kulit kerbau.
Liza menggoyangkan kepalanya dengan centil. Efeknya sedahsyat tsunami. Kedua pemuda tersebut tak bisa melepaskan tatapan matanya dari ART centil yang memang hobby tebar pesona tersebut.
“Ah, saya bingung dengan kebiasaan penghuni rumah ini. Bu Juana ingin dipanggil Kak Alya. Lalu, Boss Andy ingin dipanggil apa? Asal jangan minta dipanggil Oppa,” ujar Liza sembari tertawa renyah. Lesung pipit pun terbentuk manis di kedua pipinya.
Belum sempat Andy menjawab, Leo berkata dengan nada puitis, “Mengapa jika Oppa? Bukankah gadis sekarang tergila-gila dengan budaya Korea? Saya juga ingin dipanggil Oppa.”
ADVERTISEMENT
“Oppa itu khusus untuk panggilan kekasih. Boss Andy kan majikan saya. Usianya pun jauuuuuh sekali dari saya alias uzur,” jawab Liza tanpa mempedulikan efek kalimatnya. Ia lupa bahwa ia sekarang ART yang harus menjaga omongannya.
Ups. Liza menepuk bibirnya ketika Andy menatapnya lekat-lekat. Sementara Arif dan Leo cekikikan.
“Oh, begitu. Saya setua Metusalah. Sementara kau semuda jagung.”
“Bukan begitu,” ujar Liza kelimpungan untuk mencari jawaban yang tepat. “Ngomong-ngomong, siapa Metusalah? Artis?”
“Manusia tertua di bumi,” jawab Andy dengan nada datar. “Ya sudah, panggil saja Boss dibanding saya disangka pedofil.”
“Boss tersinggung, ya?” Tanya Liza sembari nyengir. “Maaf.”
“Kenyataan memang pahit,” timpal Leo dengan ekspresi wajah seserius mungkin.
Andy mendelik pada pemuda tersebut. Kemudian, ia menoleh pada Liza, dan bertanya, “Liza, kaukah yang memesan semua furnitur ini?”
ADVERTISEMENT
Liza menggelengkan kepala. “Ini ketiga kalinya ada orderan fiktif.”
“Kalian mendengar sendiri, kan? Liza sama sekali tidak memesan seluruh furnitur ini. Jadi, sekarang juga angkut semua furnitur ini. Saya mau mengeluarkan mobil dari garasi dan berangkat kerja.”
“Tak bisa seperti itu, Bos. Kami berdua bisa dimarahi oleh atasan,” sahut Arif dengan nada panik.
“Karena Bos Andy atasan Neng Liza, seharusnya Bos saja yang menalangi orderan ini. Furnitur ini sangat sesuai untuk rumah Bos,” timpal Leo. Matanya bersorot licik.
“Mana bisa seperti itu. Jika kalian terus memaksa, silakan hubungi pengacara saya,” tegas Andy. Ia menyodorkan kartu nama pengacaranya.
“Wah, Bos Andy keren! Persis seperti adegan K-drama,” sahut Liza antusias. Bahkan, ia bertepuk tangan.
ADVERTISEMENT
Kedua pemuda tersebut pun mengangkut kembali berbagai furnitur ke dalam truk sembari berkeluh kesah. Tapi kemurungan mereka berubah setelah Andy memberikan uang 200 ribu Rupiah untuk pelipur lara.
“Boss Andy memang jempolan!” Ujar Arif sembari mengacungkan kedua jempolnya.
“Jadi deh kita makan nasi Padang,” seru Leo dengan riang.
“Tunggu dulu. Saya minta no telepon yang memesan furnitur ini. Kalian menyimpannya? Yang memesan pria atau perempuan?”
Arif mengangguk. “Yang menerima teleponnya itu Pak Wira, supervisor kami. Tapi karena diloudspeaker, saya mendengarnya. Suara berat pria. Sepertinya, sudah menginjak setengah baya. No handphonenya 085711006679.”
Dengan sigap, Andy menyimpan no kontak tersebut. Nanti saat luang ia akan mengecek keberadaan si pemesan furnitur melalui GPS. Setelah melambaikan tangan dengan heboh ke Andy dan mengedipkan sebelah mata dengan genit ke Liza, kedua pemuda tersebut pun berlalu. Hanya asap knalpot truk yang tersisa.
ADVERTISEMENT
Andy menatap sang ART amatir ini. Gadis yang terlampau cantik memang pembawa masalah. Sebenarnya, ia sangat terkejut ketika Liza pertama kali datang ke rumahnya untuk wawancara kerja. Ia sangat muda, baru saja berulang tahun yang ke-17. Memang Liza direkomendasikan oleh Andara Setiawan, seniornya ketika menempuh strata doktorat di Universitas walaupun berbeda jurusan. Tak hanya itu, Andara yang pengusaha kelapa sawit juga merupakan klien setia Perusahaan IT milik Andy. Tapi, ia sungguh tak menyangka Andara tega mengirimkan anak tirinya sendiri untuk bekerja sebagai ART. Masih terngiang kalimat Andara.
“Bro, tolongin dong anak kenalan gue! Gadis ini malang benar nasibnya. Bapaknya kabur ke Amerika Serikat akibat ditipu anak buahnya main slot judi yang lagi marak itu. Ibunya tidak punya keterampilan kerja apa pun. Jangankan membiayai sang anak, ibunya tidak sanggup membiayai hidupnya sendiri. Kau kan tidak punya ART. Ia cukup cantik. Cocoklah untuk jadi asisten pribadi ibumu sembari jadi ART. Gue minta tolong sekali ini saja. Langsung terima dia, ya? Anaknya cukup cerdas kok dan up-to-date teknologi. Pasti mudah mengajarkan dia.”
ADVERTISEMENT
Seharusnya, Andy curiga dengan Andara. Ada udang di balik batu. Pria angkuh dan cuek bebek seperti itu tak biasanya peduli pada kemalangan orang lain. Mana mau Andara merendahkan diri dan memohon-mohon pada dirinya jika tak memiliki kepentingan. Dan sekarang ia yang terkena getahnya. Ia yang harus menjaga Elizabeth Goldspencer alias Liza, gadis centil yang sanggup menjatuhkan hati pria mana pun.
Gadis secantik Liza seharusnya sibuk kuliah dan bergabung dengan klub model, bukan mengubur diri di rumahnya. Ia harus menyelidiki lebih lanjut siapa sebenarnya Liza Goldspencer. Mengapa Andara begitu tega menyingkirkan anak tirinya? Tak ingin terbebani?