Konten dari Pengguna

Self-Love and Idealism Maintenance in 2023

Fransisca Susanti
Hai, nama panggilanku Sisca. Aku lulusan Teknik Kimia Universitas Jenderal Achmad Yani dan master graduate Manajemen Bisnis SB IPB. Sekarang kerja sebagai translator dan kolabarasi blog. Hobby-ku mengarang. Salam kenal.
28 Desember 2023 13:20 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransisca Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Disclaimer:
Please, dilarang mencekik pembuat artikel ini. Kisah ini merupakan pengalaman nyata. Semua nama disamarkan demi keberlanjutan hidup sang pengarang. Para pembaca diharapkan berdoa khusuk demi keselamatan si pengarang. Terimakasih banyak =)
ADVERTISEMENT
Self-love merupakan perwujudan rasa cinta pada Allah Swt dengan menghargai diri kita sendiri.
Sumber gambar: pixabay.com.
Dear 2023,
Terimakasih banyak selama 31.536.000 detik telah mengajarkan banyak hal kehidupan.
Terimakasih diriku yang telah berjuang untuk tetap mempertahankan idealisme dan logika dalam mengarungi anomali 2023.
Terimakasih banyak Allah Swt dan alam semesta yang tetap mencintai diriku sehingga aku masih bisa menghirup oksigen walaupun sering sesak napas karena udaranya sepanas kompor.
Pencapaian yang kuraih pada tahun 2023 ialah tetap mempertahankan idealisme yang kupegang teguh selama bertahun-tahun. Hidupku memang sederhana, tapi bukan berarti aku bisa dibeli. Apakah artinya uang jika itu berarti membuang kebebasanku?
“Jika kau menikah denganku, hidupmu pasti akan terjamin. Akan kuberikan setengah bagian hotel ini untukmu. Proses perceraianku hampir selesai. Apa yang kau mau pasti akan kubelikan,” ujar Pak Leo yang berusia 58 tahun sembari menyeringai lebar. Gigi-giginya yang kuning kotor akibat tergerus nikotin, tampak begitu besar. Aku jadi merasa seperti gadis kecil berkerudung merah dan ia serigalanya. Aku jahat banget, ya?
ADVERTISEMENT
Untuk sesaat aku terpana. Bagaimana bisa pria uzur yang seusia mamaku ini melamarku begitu saja. Memangnya aku bisa dibeli seperti donat cokelat? “Maaf, Pak. Aku ini ingin bekerja, bukan menikah dengan Bapak.”
“Apa?” Tanyanya dengan langkah terpincang-pincang menghampiri diriku yang mematung. Kemudian, ia mendekatkan telinganya pada bibirku.
“Gak mau nikah,” jawabku singkat. Bibirku mengerucut. Aku memang tak mahir menyembunyikan perasaan jengkelku.
“APA?” Ulang Pak Leo dengan raut wajah penasaran.
“GAK MAU NIKAH SAMA BAPAK!” Ulangku dengan suara setinggi 7 oktaf.
Pak Leo pun tertawa berderai. “Oh ya, tentu. Tentu saja aku akan membelikan mas kawin yang mahal untukmu. Sebutkan saja terus terang. Kau ingin apa? Mas, mobil, rumah, apa?”
“A-K-U M-A-U K-E-R-J-A, B-U-K-A-N N-I-K-A-H,” ejaku. Lelah memang berbicara pada pria keras kepala yang terkena gangguan pendengaran ini (padahal dia memiliki alat pendengaran, tapi tak mau dipakai karena khawatir daya tariknya menurun di mata perempuan). Aku tak ingin ada kesalahpahaman. Pak Leo ini calon atasanku. Besok aku akan mulai bekerja sebagai resepsionis di hotelnya yang berada di Kota Hujan.
ADVERTISEMENT
Dengan euforia hutan bunga, Pak Leo menepuk bahuku. “”Tenang! Aku akan mengadakan pesta pernikahan yang meriah. Kau ingin menikah di gedung mana? Kapan kita akan menikah? Aku sudah tak sabar untuk mempersuntingmu. Bilang ya pada mamamu, aku ini orang yang kaya. Sangat kaya. HAHAHA!” Setelah mengucapkan tetek-bengek yang panjang lebar itu, ia pun terbatuk-batuk hingga wajahnya semerah cabai.
Ugh, mulutku serasa dipaksa melahap kaus kaki butut yang belum dicuci sebulan. Komunikasi ini tidak berjalan lancar sama sekali. Ini bukan arus listrik DC (bolak-balik), tapi AC (searah). Pak Leo hanya menggebu-gebu terbuai mimpi indahnya sendiri. Ia sama sekali tidak peka pada diriku yang jengah. Aku tak mau disebut sebagai pelakor. Lagipula aku merasa tak ada kecocokan karakteristik dengan Pak Leo.
ADVERTISEMENT
“Kau ini simpanan suamiku? Apakah kau tinggal bersama suamiku?” Tanya Bu Leo dengan nada sedatar tembok. Kedua bola matanya sesedih mata sapi potong yang hendak disembelih.
“Bukan, Bu. Saya ini hanya pekerja baru,” jawabku. Belum pernah aku merasa begitu terhina. Memangnya kapan aku menggoda suami orang lain?
Bu Leo menghela napas berat. Bibirnya yang merah menyala, mengucapkan kalimat setajam lecutan cemeti. “Jangan berbohong! Saya tahu kelakuan suami saya. Ia tukang main PSK. Suami saya ini pelit dan sakit-sakitan. Kau sebaiknya mencari pria muda yang sebaya dengan dirimu. Berapa banyak uang yang kau terima dari suamiku?”
Aku mengeluh dalam hati. Mengapa aku harus terjebak dalam drama rumah tangga ala sinetron ini? Pak Leo ini tak mau berkaca. Istrinya masih tampak mencintainya. Apakah perlu gaji pertamaku kudonasikan untuk membeli cermin sebesar gajah untuk Pak Leo yang kaya raya? Sudah lanjut usia dan berkeluarga juga, masih saja mengejar kesenangan duniawi. Bukannya memprioritaskan kesehatan dan menyembuhkan pendengarannya, ia malah terpikat pada cinta semu. Apakah penting bagi seorang pria setengah baya untuk menunjukkan pada seisi dunia bahwa diri masih kuat mengejar perempuan, padahal sel-sel tubuh sudah menua? Memang pikiran masih seterang lampu neon, tapi arah pikiran tersesat dalam labirin napsu. Bagaimana jika cangkang tak kuat menampung isi? Tentu isi akan berhamburan melimpah keluar. Begitulah dengan cinta Pak Leo yang meluap-luap hingga melupakan sang istri dan anak-anaknya yang usianya sepantaran dengan diriku.
ADVERTISEMENT
Mau jadi apa dunia jika perempuan melupakan hakekat kehidupan dan menggantungkan diri pada cinta seorang pria uzur? Harta itu fatamorgana. Kenyataannya, pria lanjut usia akan mengekang kebebasan baik secara psikis maupun materi. Tentu sang pria uzur akan pelit karena khawatir pasangan yang lebih muda hanya menggaruk sakunya dan mencari lagi pria lain yang lebih muda.
Cinta memang tak mengenal batas usia. Tapi mengapa kita harus terbuai dalam awang-awang? Mencintai pria uzur itu ibarat berjudi. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ala ANP (Analytic Network Process), suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan berbagai faktor yang saling terkait. Faktor pertama, pandangan keluarga, terutama keluarga sang pria tua (istri dan anak-anak) yang tentu khawatir harta warisannya akan terebut oleh sang ibu baru yang berusia muda. Mereka pasti akan mengeluarkan taring ala pitbull. Kedua, pandangan lingkungan sekitar yang tentu akan lebih memperhatikan pasangan beda usia. Apalagi sekarang zaman viral di internet. Apakah kuat menghadapi segala isu? Ketiga, yakinkah akan tahan mengurus pria tua yang berbeda generasi dan menyukai kehidupan yang tenang dan monoton. Sedangkan perempuan usia lebih muda tentu masih senang bermain dan menyukai outdoor activity. Keempat, iming-iming materi itu merupakan mata dadu yang tak pasti. Kelima, harus siap mental jika harus mengurus pria lanjut usia yang renta dan sakit-sakitan.
ADVERTISEMENT
Lain halnya jika memang sudah jodoh dan karakteristiknya sangat cocok. Jika hanya mengejar napsu, sebaiknya lupakanlah jebakan gunung emas tersebut. Yang akan menderita kedua belah pihak. Sang pria tua akan tersiksa oleh api cemburu dan paranoid. Sementara sang perempuan muda akan merasa menyesal dan tak puas.
“HAHAHA. Jika kau memperoleh pria uzur, ajaklah jogging ke puncak gunung. Nanti juga ia melayang ke dunia lain. Dan kau akan memperoleh hartanya,” ujar Fero, sahabatku sembari menirukan orang yang kehabisan napas.
“Kau saja yang memberi contoh terlebih dahulu. Nikahlah kau dengan perempuan uzur,” balasku tak mau kalah. Fero ini gaya bicaranya saja yang semau gue. Kenyataannya, ia takut setengah mati ketika dikejar Siti, perempuan pemilik warung yang usianya jauh lebih tua dari dirinya.
ADVERTISEMENT
“Aku tak akan meminjamkan beras sebelum kau menyerahkan dirimu,” ancam Siti dengan nada genit pada Fero. Dengan penuh percaya diri, ia pun mengibaskan dastarnya yang terbuat dari bahan kain yang menerawang. Maka Fero hanya bisa pasrah puasa malam itu.
“Mas Fero, aku mau jadi simpanan atau istri Mas. Aku cinta berat dengan Mas Fero. Bahkan, tak apalah jika aku harus mengurus anak-anak Mas. Pasti kubantu segala bahan makanan. Gratis,” bujuk Siti.
Fero pun menceritakan pengalamannya dikejar-kejar Siti dengan merana. “Apa salahku hingga Siti bersikap seperti itu? Tadinya ia tak pernah genit seperti itu. Susah aku meminjam makanan di warungnya.”
Aku termenung. “Cinta tak pernah salah. Memang sudah nasib kau dicintai para Emak. Dirimu adalah jaminan utang beras. HUAHAHAHAHA.”
ADVERTISEMENT
Aku pun terancam dicekik Fero karena menertawakannya. Weee…salah sendiri, mengapa Fero mengejek diriku ketika mengalami kasus cinta Pak Leo? Sekarang ia terkena karmanya.
Dan aku pun sangat terkejut ketika Pak Iwan, teman Mama yang dulu merekomendasikanku untuk bekerja pada Pak Leo, datang pada bulan Desember 2023. Selama ini kami putus hubungan karena Pak Iwan tinggal berpindah-pindah bersama anak-anaknya, yaitu di Australia dan Singapura.
“Kau ini mengapa hidup bertapa di lereng Gunung Halimun Salak. Sudah mencapai gelar Master, harusnya bekerja di kota besar atau bersamaku di luar negeri. Atau menikahkah dengan kakek kaya. Aku tergabung dalam serikat kakek. Mudah saja untuk mencomblangimu. Jika kau menjadi anakku, sudah kuusir kau,” ujar Pak Iwan dengan nada keras.
ADVERTISEMENT
“Untunglah aku bukan anak Bapak. Jadi tak perlulah Bapak repot mengurusku. Lagipula seumur hidupku juga aku tetap mencari uang halal walaupun dengan susah payah. Lalu bagaimana kabar Pak Leo, teman baik Bapak yang tukang main perempuan? Dulu sehari saja aku bekerja, istrinya langsung marah dan menuduh yang tidak-tidak.”
Pak Iwan pun terdiam. Ia tentu tak menyangka aku berani melawan dirinya yang kaya raya. Ia memang teman Mamaku dan sering membantu Mama karena hubungan mereka dulu ialah partner bisnis. Tapi bukan berarti ia bisa mengatur hidupku begitu saja.
Aku juga jenuh jika berkaitan dengan karir pasti ada saja embel-embel tak menyenangkan padahal penampilanku biasa saja. Tak pernahkah mereka yang melecehkanku, menyadari bahwa aku bisa saja tega memberi mereka ramuan ajaib ala Harry Potter, yaitu campuran air dan lumpur sawah yang terbukti efektif menghasilkan gas beracun terus-menerus, yaitu bom buang angin. Belum lagi kemampuan kimia analisisku cukup memuaskan. Mudah saja meracik zat kimia yang membuat kulit gatal-gatal. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Pencapaian pada tahun 2023 ialah self-love. Aku tetap lebih mencintai diriku dibandingkan materi. Jika ditanya apakah aku sanggup menikah demi materi, aku menjawab tidak. Bukannya aku arogan. Aku menyadari diri bahwa aku bukan tipe itik yang penurut, melainkan kocheng oren.
Pernah suatu kali Aan, sahabatku, berkomentar. “Wah, otakmu ini mengerikan. Kau ini pria dalam tubuh perempuan. Kau sanggup berpikir selangkah melampaui penjahat. Masa kau bilang cara membunuh yang paling ampuh itu dengan mendorong orang lain untuk membunuh seperti kisah psikopat yang kau baca di buku Tirai karangan Agatha Christie? Mengerikan. Lihatlah! Bulu tubuhku semua berdiri hingga bulu kaki. Lihatlah! Kau juga mengerti cara meracik bom tambang, kan?”
“Iya, aku mengerti cara membuat bom jengkol. Tinggal didistilasi. Kau mau menjadi kelinci percobaanku untuk parfum jengkol?” Tanyaku sembari cekikikan. Sahabatku ini lebay sekali, bukan? Perbedaan antara diri kita dan penjahat ialah cara pengendalian diri. Aku mengerti cara berpikir penjahat, bukan berarti aku penjahat. Salah satu pencapaian tahun 2023 ialah mengembangkan kemampuan logika dalam menghadapi kejahatan mafia yang terorganisir. Bagaimana tetap survive dalam dunia yang kejam dan berlaku Homo hominis lupus? Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada tips dalam menghadapi mafia yang melakukan ancaman pembunuhan. Ramaikan! Jangan pernah memendam sendiri persoalan! Mafia tak akan berani bertindak gegabah jika banyak orang yang mengetahui duduk masalah. Semakin banyak mata yang memperhatikan, semakinlah aman diri kita. Semakin mafia menjerat kita dalam lingkaran, buatlah cakupan lingkaran yang lebih besar untuk memerangkap si mafia.
Hidup terlampau indah untuk dibuang begitu saja. Aku percaya setiap ada tekad, pasti akan berhasil walaupun harus merayap. Aku ingin menjadi orang yang kaya raya dan bisa membantu diri sendiri, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang membutuhkan. Semoga aku tak menjadi orang yang memanfaatkan kesempatan di saat orang lain kesulitan.
Aku siap menghadapi detik-detik menjelang tahun 2024. Jumlah uban menandai tahun-tahun keras yang berlalu. Kuharap, kebaikan selalu menyertai kita semua. Semoga jiwa kita tetap terlindungi Allah Swt. Amin ya robbal alamin.
Sumber gambar: pixabay.com.