Suka Duka Ibu Sang Pahlawan Kehidupan

Fransisca Susanti
Hai, nama panggilanku Sisca. Aku lulusan Teknik Kimia Universitas Jenderal Achmad Yani dan master graduate Manajemen Bisnis SB IPB. Sekarang kerja sebagai translator lepasan, kolaborasi blog, dropshipper tshirt, dan usaha preorder makanan waroenkmoe.
Konten dari Pengguna
13 Desember 2021 21:58 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransisca Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibu (Sumber gambar: dokumen pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Ibu (Sumber gambar: dokumen pribadi).
ADVERTISEMENT
Ibuku merupakan tulang punggung keluarga. Berkat sahabatnya, Ibu memperoleh kerjaan freelance, yaitu menghitung pajak staff asing sehingga bisa membeli kebutuhan kakakku yang masih balita. Hal tersebut berlangsung selama beberapa tahun hingga Ibu bisa menyicil untuk membeli rumah di Kota Hujan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1985 sampai 1987, Ibu bekerja di suatu real estate sebagai wakil sang pemilik dan penanggung jawab. Walaupun Ibu sudah berusaha meningkatkan kesejahteraan bawahannya, tetap saja ada bawahan Ibu yang merasa tak puas dan berkhianat. Mereka menjual lahan real estate sebanyak 25,5 ha secara ilegal, tapi Ibuku yang dituntut hukum.
Saat itu, merupakan titik kritis dalam hidup ibuku. Selain kakakku meninggal dunia tiba-tiba dalam usia 16 tahun, Ibu pun terkena perkara hukum. Pengurusan perkara tersebut memakan tempo 4 tahun. Untungnya, masih ada orang-orang baik yang membantu dalam pengurusan perkara hukum tersebut sehingga Ibu bisa membuktikan bahwa dirinya tak bersalah.
Setelah perkara hukum mengenai lahan real estate tersebut selesai, Ibu beralih usaha dengan merenovasi rumah tinggal kami dan menyewakan kamar-kamar.
ADVERTISEMENT
Selama satu tahun  hanya ada satu penyewa kamar. Itu pun dibayarnya seringkali dengan rempeyek rebon karena si penyewa kamar berjualan rempeyek rebon dan memiliki 3 anak kecil.
"Ibu, alergiku kambuh karena setiap hari menyantap rempeyek rebon. Rasanya memang cukup enak, tapi kulitku gatal," keluhku.
Ibu tertawa, "Jangan manja! Rempeyek rebon pun rezeki. Dibanding makan tak ada lauknya. Masih banyak orang yang lebih tak beruntung dibanding kita."
Ibu memang tipe orang yang selalu bersyukur pada Allah Swt. Ia selalu mengajarkan kami untuk bersyukur atas rezeki sekecil apa pun.
Oleh karena penghasilan yang kurang memadai, Ibu juga berjualan beras Cianjur dan madu murni yang diambil langsung dari hutan di Cianjur Selatan. Tak mudah perjalanan mengambil madu tersebut, harus melalui jalan terjal berkelak-kelok di area pegunungan. Ternyata usaha beras dan madu kurang lancar karena banyak konsumen yang membayar secara kredit dan akhirnya, tak sanggup membayar.
ADVERTISEMENT
Tak putus asa, Ibu kembali merenovasi rumah hingga terlihat nyaman. Saat itu banyak pengungsi UNHCR dari Irak, Iran, dan Pakistan yang datang ke Indonesia sehingga kontrakan Ibu pun penuh terisi. Sebagai pengontrak rumah, permintaan mereka cukup banyak seperti kasur, lemari, dll, tapi Ibu tetap menyanggupi dan mengatur anggaran sehingga tetap ada sisa uang hasil kontrakan rumah untuk membiayai sekolahku dan adik-adikku. Ibu juga membuka warung kecil sembako di teras rumah. Pengontrak asing tersebut cukup sopan. Tapi, masalah datang karena mereka menikah siri dengan warga lokal sehingga ada beberapa tetangga yang tak suka. Akhirnya, atap rumah pun bolong dilempari tetangga yang tak suka dan Ibu kembali dilaporkan ke polisi karena harus ada izin sewa rumah ke Unit Imigrasi. Masalah selesai dengan musyawarah karena saat mengkontrakkan rumah ke pengungsi UNHCR tersebut, Ibu sudah mengurus perizinan ke RT, RW, kelurahan, dan Babinsa, tapi Ibu tidak tahu harus melapor ke Unit Imigrasi. Setelah perkara tersebut, Ibu menandatangani persetujuan untuk tidak mengkontrakkan rumah ke pengungsi UNHCR. Warung kecil pun terpaksa tutup karena tak ada modal.
ADVERTISEMENT
Ibu tetap tak patah semangat. Dengan sistem pemasaran sederhana dan konsep mutualisme, Ibu menawarkan kembali kontrakan dengan sistem komisi. Tetangga atau mahasiswa/i akan diberi komisi langsung jika berhasil mendatangkan pengontrak kamar atau rumah dan mencapai kesepakatan kontrakan kamar atau rumah. Dengan sistem komisi tersebut, kontrakan kamar atau rumah selalu penuh terisi. Apalagi Ibu selalu menyediakan fasilitas kasur, lemari, dll, dengan harga terjangkau. Bahkan, hasil kebun kami pun boleh dinikmati pengontrak karena banyak pengontrak yang merupakan mahasiswa perantau dari pulau lain yang kiriman uangnya sering terlambat. Kami menanam pohon pisang, rambutan, mangga, cempedak, singkong, balitung (sejenis umbi dari Amazone), dan pepaya untuk dinikmati bersama. Ibu sangat senang jika mengingat lebih dari seratus mahasiswa/i yang lulus selama mengontrak. Tidak ada satu pun kasus mahasiswa/i yang bunuh diri atau pun sakit keras karena Ibu selalu peduli.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, kami lebih khawatir jika mengkontrakkan kamar atau rumah ke suami istri, dibandingkan ke mahasiswa/i. Ibuku harus waspada jika ada perkelahian rumah tangga. Pernah ada suara jeritan minta tolong dari sang istri. Ia dianiaya suaminya hingga suaranya yang tercekik terdengar oleh kami. Otomatis Ibu langsung berlari menyelamatkan. Walaupun demikian, karena malu, keesokan harinya pasangan suami istri itu pindah kontrakan.
Jika pengontrak ialah mahasiswa/i, risikonya ialah isu mesum yang dilontarkan oleh pihak tertentu. Masalahnya, mahasiswa/i sering mengerjakan tugas kelompok yang anggotanya pria dan perempuan. Tentu kerja kelompok tersebut tidak selesai di kampus. Solusinya, Ibu memberi fasilitas ruang terbuka seperti pendopo kecil untuk kerja kelompok. Prinsip Ibu, seluruh mahasiswa/i yang merupakan pengontrak, sudah dititipkan orangtuanya ke tangan Ibu sehingga Ibu juga harus bertanggung jawab menjaga keselamatan mereka semua.
ADVERTISEMENT
Banyak mahasiswa/i yang menyukai Ibu sehingga betah mengontrak bertahun-tahun karena adanya kebebasan ketika mengontrak selama tidak melanggar aturan. Mereka bebas mengecat dinding kamar dengan warna apa pun. Bahkan, ada yang dinding kamarnya sehitam jelaga. Ada mahasiswa yang tidur dengan induk ulat sutera di kamarnya hingga kamarnya penuh dengan gumpalan tanah. Ia berkata bahwa ia bahagia semalaman melihat induk ulat sutera yang sehat. Hasil jerih payahnya tidur bersama ulat sutera terbayar ketika ia memenangi beasiswa usaha senilai 100 juta Rupiah berkat si ulat sutera yang menghasilkan pupuk premium.
Mengontrakkan kamar atau rumah merupakan bisnis perumahan yang lebih stabil pendapatannya dibandingkan jualan makanan, walaupun risikonya harus berhadapan dengan pihak yang kurang suka dengan usaha kontrakan tersebut. Dari hasil usaha kontrakan, Ibu bisa menyisihkan biaya renovasi sehingga rumah tetap terpelihara baik, tapi tetap bisa menjadi sumber penghasilan keluarga.
ADVERTISEMENT
Kesulitan hidup datang kembali ketika adikku sakit keras bertahun-tahun sehingga rumah terpaksa dijual. Kami harus berpisah dengan rumah yang merupakan sumber penghasilan keluarga selama 10 tahun. Kemudian, kami pindah ke rumah yang lebih kecil. Dan sejak tahun 2019 Ibu mulai berjualan nasi kuning, utamanya untuk biaya ongkos harian berobat adikku.
Bagi Ibuku dan aku, berjualan nasi kuning di depan rumah merupakan hal yang sangat melelahkan. Memasak nasi kuning yang awet memerlukan 2 kali proses mengukus. Preparasi makanan tradisional seperti nasi kuning dengan berbagai topping, memakan tempo yang cukup lama. Belum lagi mencuci peralatan memasaknya yang bertumpuk.
Sulitnya, produk best seller ialah nasi kuning. Walaupun ditawarkan hidangan apa pun yang tak kalah lezat dan proses memasaknya lebih sederhana, tetap saja konsumen lebih menyukai nasi kuning.
Nasi kuning telur lado (Sumber gambar: dokumen pribadi).
Nasi kuning dengan topping tempe kering, mie atau bihun goreng, telur dadar, dan kerupuk, dijual 10 ribu Rupiah. Jika ditambah tongkol suwir sambal matah atau pun telur lado, harganya 15 ribu Rupiah. Menurutku, harga tersebut kurang memadai dan tidak sebanding dengan harga bahan dan biaya tenaga kami. Tapi, daya beli masyarakat rendah sehingga tidak memungkinkan untuk menjual di atas harga pasaran. Realitas usaha makanan sekarang ini ialah profit rendah dan omzet yang harus ditingkatkan, berarti mengembangkan pangsa pasar dan modal lebih besar. Jika ingin menjangkau pasar niche (ceruk), harus menargetkan pangsa pasar khusus dengan harga premium, berarti kualitas produk yang ditawarkan juga harus premium. Untuk berjualan online, memerlukan biaya promosi dan strategi pemasaran yang berbeda dengan pemasaran offline.
Nasi kuning telur dadar (Sumber gambar: dokumen pribadi).
Karena kelelahan, Ibu sakit jantung. Oleh karena itu, kami hanya melayani pesanan nasi kuning  saat event saja. Sehari-hari kami berjualan masakan buatan teman Ibu seperti nasi uduk, uli ketan, roti, dll dengan sistem preorder.
Uli ketan goreng dengan sambal oncom (Sumber gambar: dokumen pribadi).
Penghasilan dari berjualan makanan buatan teman Ibu memang tidak seberapa. Tapi, setidaknya kami tidak mengeluarkan modal dan profitnya bisa menopang kebutuhan keluarga. Sayangnya, masyarakat kurang menyukai sistem preorder makanan yang sebenarnya baik dalam konsep ramah lingkungan, yaitu mengurangi food waste. Omzet jualan terlampau kecil. Oleh karena itu, kami juga menjual barang-barang bekas atau pun barang baru yang tidak terpakai, yang tersimpan di gudang. Selain menambah penghasilan, menjual barang-barang tidak terpakai tersebut merupakan konsep hijau yang ramah lingkungan. Untuk memproduksi satu produk, tentu ada emisi karbon sehingga penjualan barang yang tidak terpakai merupakan salah satu solusi dalam mengurangi emisi karbon.
ADVERTISEMENT
Hidup hari ke hari sangat tidak stabil. Tapi Ibu percaya, kerja keras yang efisien pasti mendatangkan hasil.
Ibu berjualan nasi kuning (Sumber gambar: dokumen pribadi).
Jerih payah Ibu berjualan nasi kuning, berbuah manis. Adik bungsu yang sakit bertahun-tahun tersebut sudah mengalami banyak perkembangan. Bahkan, bulan ini adikku akan menikah. Akhirnya, Ibu bisa tersenyum bahagia melihat adikku menggapai kebahagiaannya setelah tahun-tahun perawatan yang penuh ketidakpastian.
Semoga setiap Ibu berbahagia. Setitik kebahagiaan sejati ialah kebahagiaan sederhana yang berkesan di hati. Kebahagiaan sang ibu begitu tulus, yaitu ketika melihat anak-anaknya meraih mimpi dan kebahagiaan. Ibu tak peduli jika harus menempuh jalan panjang yang berliku.
Bagiku, Ibu merupakan pahlawan kehidupan. Aku sayang Ibu. Terimakasih banyak atas segalanya.