Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Puisi Lama dan Puisi Baru: Menguak Pergeseran Makna Bait
20 Desember 2020 20:47 WIB
Tulisan dari Sisti Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
bentarabudaya.com
Puisi telah dikenal masyarakat sejak lama. Seiring berkembangnya zaman, bentuk puisi baru lebih bebas daripada puisi lama. Lalu, apa yang membedakan antara puisi baru dan puisi lama?
ADVERTISEMENT
Perbedaan puisi lama dan puisi baru
Perbedaan yang menjadi poin khusus pembahasan ini adalah bait. Bait dikenal luas sebagai kesatuan dalam puisi yang terdiri atas “beberapa” larik atau baris. Sebagaimana juga dalam KBBI V, bait memiliki makna satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris, seperti pantun yang terdiri atas empat baris. Pantun merupakan jenis puisi lama yang memiliki ciri khusus tersebut, yaitu setiap baitnya memiliki 4 baris. Salah satu puisi lama ini kiranya menjadi bukti keterikatan puisi lama pada kaidah tertentu.
Bait merupakan kumpulan larik atau kumpulan baris. Setiap bait pada puisi baru lebih bebas daripada puisi lama. Tiap bait ada yang terdiri atas dua baris, tigas baris, bahkan delapan baris (Ika Yuliana Putri, 2019: 9). Masih selaras dengan pengertian sebelumnya, makna bait masih terpaut pada kata “beberapa”. Namun, jika kita amati, bait pada puisi baru ada yang hanya satu larik atau baris saja. Misalnya pada puisi karya D. Zawawi Imron (2010: 104) berikut.
ADVERTISEMENT
Di Bawah Pohon Pinang
di bawah pohon pinang
kunanti getar rerumputan
dengan rindu yang batu
dengau di tengah sawah itu telah tiada
hanya suara pipit
menyelami rindu di sumur batu
di bawah landai daun pinang
daunan kering ternyata masih bernyawa
dan berdoa
pertanda siap menyubur tanah
dan kematian pun menjadi gagah
1982
Puisi di atas membuktikan bahwa bait pada puisi bisa saja hanya satu. Lalu, bagaimana penggunaan kata "beberapa" pada makna bait? "Beberapa" secara leksikal (KBBI V) diartikan sebagai jumlah yang tidak tentu banyaknya (bilangan lebih dari dua, tetapi tidak banyak). Jika memahami demikian, maka satu baris yang terpisah oleh spasi tidak dapat disebut sebagai bait.
ADVERTISEMENT
Dari pengertian-pengertian di atas, masihkah bait dikatakan sebagai beberapa kumpulan baris atau larik? Ataukah harus ada istilah baru untuk konsep bait? Sesuai dengan kajian semantik, perihal kasus semacam ini, makna bait dikatakan tetap. Namun, ia mengalami proses pergeseran makna.
Pergeseran makna bait
Parera memberikan definisi ergeseran makna sebagai gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian (konotasi), penyintesisan (sinestesia), dan pengasosiasian sebuah makna yang masih hidup dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna, rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan rujukan atau penyempitan rujukan (Parera dalam Suhardi, 2015: 115). Selaras dengan hakikat pergeseran makna, rujukan awal kata bait tidak berubah, hanya saja mengalami perluasan makna. Hal ini dapat dilihat dari rujukan awal beberapa larik atau baris meluas menjadi jumlah larik atau baris. Perluasan makna menjadi demikian dapat dipahami sebagai jumlah larik atau baris yang bebas dalam satu bait puisi. Dengan demikian, tidak ada batas larik atau baris dalam satu bait.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesnya, suatu kata atau frasa yang meluas maknanya disebabkan oleh hal tertentu. Djajasudarma mengemukakan sebab terjadinya perubahan dan pergeseran makna, salah satunya adalah adanya proses konotasi. Proses konotasi merupakan proses tautan pikiran yang menyertai makna kognitif, sangat tergantung pada pembicara, pendengar, dan situasi (keadaan, peristiwa, proses), yang melingkupinya (Suhardi, 2015: 123). Situasi puisi baru (bait) pada realitanya menggambarkan penyimpangan jumlah bait. Meskipun demikian, ini menjadi sah dan akhirnya muncul istilah puisi baru.
Dalam hal berbahasa, pengguna sekaligus pemroses adalah masyarakat. Makna bait mengalami perluasan makna juga disebabkan karena situasi yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat adalah penentu dari suatu bahasa. Makna yang sudah tidak sesuai lagi dengan rujukan kenyataan, tidak kemudian harus muncul istilah baru. Semantik melihat fenomena ini sebagai pergeseran makna, seperti halnya makna bait yang mengalami pergeseran disebabkan karena adanya perluasan makna.
ADVERTISEMENT