Konten dari Pengguna

Antara Cruise Saudi dan Berhaji dengan Kapal Mewah

Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)
6 April 2023 8:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siswanto Rusdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kapal pesiar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal pesiar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beritanya relatif pendek dan hanya muncul di laman-laman media online di luar negeri sana sehingga luput dari perhatian publik kemaritiman di Tanah Air. Isinya berkenaan dengan aksi operator kapal pesiar (cruise) asal Arab Saudi, Cruise Saudi, mengakuisisi kapal pesiar mewah World Dream. Sebelum dibeli oleh perusahaan yang didirikan pada 2021 itu, kapal tersebut dioperasikan oleh Dream Cruises, operator cruise anggota Genting Group, Malaysia. Setelah berpindah tangan ke operator Timur Tengah, kapal itu kini diberi nama baru Manara.
ADVERTISEMENT
Kapal Manara dibeli dari pemilik pertamanya senilai US$330 juta pada Februari lalu dan akan didandani terlebih dahulu sebelum dilayarkan kembali untuk melayani para pelancong yang biasanya menggunakan kapal pesiar mewah untuk mengisi liburan mereka dalam musim panas tahun ini, dimulai sekitar Juni nanti. Tidak dijelaskan di galangan mana kapal itu akan di-refit. Sekadar catatan, kapal Manara/World Dream dibangun di Meyer Werft, Jerman, pada 2014 dan diluncurkan pada 2017.
World Dream didesain oleh Genting Group untuk pasar Asia. Adapun nama World Dream diberikan langsung oleh Cecilia Lim, istri CEO Genting, Lim Kok Thay. Sekadar pengingat, beberapa kapal penumpang yang dimiliki oleh PT Pelni seperti KM Lawit, KM Kambuna, dll, juga dibangun di galangan Meyer Werft.
ADVERTISEMENT
Langkah Arab Saudi menyeriusi bisnis pelayaran kapal pesiar melalui pembelian kapal tersebut jelas menarik dikulik. Bukan karena negara ini pendatang baru dalam kancah bisnis kemaritiman dunia. Arab Saudi tercatat memiliki sejumlah pelabuhan yang menjadi sentra kegiatan bisnis minyak dan gas kelas dunia. Ada juga terminal peti kemas. Terminal peti kemas ini dijalankan oleh operator pelabuhan internasional asal Hong Kong, Hutchison Port Holdings. Terminal ini terletak di dalam pelabuhan King Abdul Aziz di Dammam.
Ilustrasi pelabuhan perdagangan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara itu, untuk bisnis pelayaran, negeri ini memiliki perusahaan pelayaran Bahri yang dulunya diberi nama National Shipping Company of Saudi Arabia. Lini bisnisnya meliputi pengangkutan minyak, bahan kimia, bulk cargo, dan roll-on/roll-off. Perusahaan ini menggeluti sektor logistik dan ship management. Saat ini Bahri merupakan owner (pemilik kapal) very large crude carrier terbesar dunia. Jumlahnya mencapai 42 biji. Selain itu, ia juga pemilik kapal chemical terbesar se-Timur Tengah, sebanyak 35 unit. Ada juga armada multipurpose dan dry bulk carrier masing-masing 6 dan 5 unit.
ADVERTISEMENT
Bisnis kapal pesiar? Nah, ini dia yang mengernyitkan jidat. Arab Saudi sejauh ini lebih menjadi konsumen. Artinya, warga negaranya kalau ingin melancong pakai kapal pesiar naik cruise yang dioperatori oleh pihak asing. Sepertinya ceruk pasar inilah yang ingin dimanfaatkan oleh Cruise Saudi. Pertanyaannya sekarang, apa hubungannya antara akuisisi World Dream oleh Cruise Saudi dengan kepentingan kemaritiman di Indonesia? Begini hubungannya itu.
Dalam bisnis kapal pesiar, Indonesia lumayan moncer sebagai destinasi. Karenanya kita dapat menyaksikan sejumlah cruise bersandar di berbagai pelabuhan di Nusantara. Di Benoa, Bali. Di Tanjung Perak, Surabaya. Di Tanjung Emas, Semarang dan lain sebagainya. Sebagian besar, sebagaimana diberitakan oleh media lokal yang meliput kedatangan mereka, para pelancong berasal dari negara-negara di Benua Biru.
ADVERTISEMENT
Jika kita mendatangi pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, pelayanan kapal pesiar diselenggarakan di terminal yang memang disiapkan khusus untuk itu. Fasilitasnya lumayan lengkap dan kenyamanannya pun cukup baik; aula untuk penumpang dilengkapi dengan pendingin ruangan misalnya.
Namun, terminal ini masih bergabung atau bertetangga dengan terminal-terminal barang. Tidak ada yang salah dengan terminal penumpang bergabung dengan fasilitas bongkar-muat barang. Merujuk kepada praktik yang lazim dalam dunia pelayaran, terminal penumpang yang beroperasi di Indonesia itu boleh dibilang bukanlah cruise center. Salah satu ciri cruise center adalah fasilitas ini terpisah dari terminal barang.
Ilustrasi pantai Ancol, Jakarta. Foto: Shutterstock
Idealnya cruise center itu dibangun satu di belahan barat Indonesia dan satunya di bagian timur Indonesia. Ancol cocok dijadikan cruise center untuk kawasan barat sementara Labuan Bajo buat kawasan timur. Dari hub inilah kapal-kapal pesiar melakukan perjalanan menuju destinasi wisata bahari yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cruise center di Ancol akan melayani kapal pesiar dengan destinasi yang terkenal di Indonesia bagian barat seperti Krakatau, Mentawai, Nias dan sebagainya. Voyage dilakukan dengan pola melingkar, artinya berawal dari Ancol dan kembali lagi ke Ancol. Sementara itu, untuk Labuan Bajo, ia akan menjadi starting point bagi kapal pesiar yang berlayar menuju Wakatobi, Bunaken atau destinasi lainnya yang ada di Indonesia bagian timur.
Perjalanan kapal-kapal pesiar itu penulis usulkan agar dipaket untuk 7 hingga 10 hari. Jangan terlalu lama. Bila lebih dari 10 hari, paket yang ditawarkan akan terisi oleh para orang tua (60 tahun ke atas) karena hanya merekalah yang bisa berwisata melebihi 10 hari. Anak-anak muda—berkisar antara 35 tahun hingga 50 tahun—kemungkinan besar tidak akan tertarik mengingat ada pekerjaan yang harus ditekuni setelah liburan.
ADVERTISEMENT
Dari pelancong dengan kapal pesiar yang selama ini masuk ke Indonesia, hampir tidak pernah disebutkan yang berasal dari Arab Saudi, atau paling tidak, negara Timur Tengah lainnya. Bisa jadi saya kurang teliti tapi demikianlah adanya. Diakuisisinya World Dream oleh Arab Saudi, bisa jadi, membuat destinasi yang ada di Tanah Air yang semula didominasi oleh orang Eropa tadi akan dibanjiri oleh pelancong dari Arab Saudi/Timur Tengah.
Ilustrasi kapal pesiar World Dream Cruise. Foto: Shutterstock
Pasalnya, perjalanan mereka bisa lebih leluasa karena kapal dan operatornya berkebangsaan dan berbudaya yang sama. Situasi ini jelas menggembirakan bagi umat Islam di Indonesia. Dengan beroperasinya kapal pesiar yang sampai derajat tertentu bernuansa islami mereka bisa memasang niat naik haji dengan kapal mewah.
Berhaji dengan kapal sudah pernah dilakukan oleh umat Islam Indonesia dengan menggunakan kapal yang dioperasikan oleh perusahaan Belanda. Maklum, kita belum merdeka. Setelah merdeka pun berhaji dengan kapal tetap menggunakan kapal tersebut karena hanya layanan mereka sajalah yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Lama perjalanan Indonesia-Arab Saudi, kala itu, bisa lebih dari dua bulan pergi-pulang (pp). Belum lagi isu kenyamanan di atas kapal. Menggunakan Manara jelas lebih cepat dan nyaman dibanding kapal-kapal Belanda itu.
Sekarang peluang berhaji dengan kapal terbuka lebar dengan diakuisisinya World Dream oleh Saudi Cruise. Negosiasi bisa dimulai baik dengan pelayaran tersebut atau operator perjalanannya. Tentunya dipayungi oleh kedutaan besar Arab Saudi di Indonesia agar lebih tokcer.
Salah satu topik negosiasi adalah biaya perjalanan: Apakah lebih murah atau lebih mahal dibanding menggunakan moda kapal terbang. Bila lebih murah, ide naik haji dengan kapal dapat berlanjut. Jadi, naik haji dengan kapal (mewah), mengapa tidak?