Pemegang Saham Baru Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban

Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)
Konten dari Pengguna
19 September 2023 10:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siswanto Rusdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/11). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/11). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, membetot perhatian publik kemaritiman melalui langkah bisnis yang dilakukan oleh manajemennya beberapa waktu lalu. Dilaporkan media, pelayaran global asal Jepang, Nippon Yusen Kaisha (NYK), mengakuisi sisi 25 persen saham PT Patimban International Car Terminal, operator terminal kendaraan di pelabuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah itu, komposisi pemegang saham PICT kini terdiri dari Toyota Tsusho 34 persen, Toyofuji Shipping 26 persen dan Kamigumi Co. 15 persen. NYK merupakan perusahaan kedua di luar kelompok Toyota, lainnya adalah Kamigumi, yang menguasai terminal kendaraan pelabuhan Patimban.
Terminal kendaraan merupakan salah satu fasilitas yang ada di Pelabuhan Patimban. Selain itu, ada terminal peti kemas yang saat ini sedang diselesaikan pembangunannya. Pelabuhan ini sudah dikonsesikan kepada PT Pelabuhan Patimban Internasional oleh Kementerian Perhubungan. Korporasi ini merupakan bentuk lanjutan dari konsorsium CT Corp – terdiri dari Indika Logistics & Support Services, U Connectivity Services dan Terminal Peti Kemas Surabaya – yang didirikan untuk mengikuti lelang Pelabuhan Patimban pada 2020.
ADVERTISEMENT
Masuknya NYK sebagai salah satu shareholder PICT dinilai oleh sebagian kalangan merupakan langkah untuk mengerem dominasi grup Toyota di terminal dimaksud. Pertanyaannya, dengan masuknya NYK ke dalam manajemen terminal apakah berkorelasi positif dengan kinerja operasional terminal?
Hal ini dicuatkan mengingat dari semua pemegang saham yang ada (Toyota Tsusho, Toyofuji Shipping dan Kamigumi) tidak semuanya memiliki pengalaman sebagai operator terminal. Hanya yang terakhir yang selama ini telah berkecimpung dalam bisnis pelabuhan di Jepang.
Suasana anrean mobil-mobil yang akan diekspor di Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Bonafiditas atau nama besar merupakan salah satu modal dalam bisnis pelabuhan. Kualitas ini dinilai akan memberikan keyakinan, dan sekaligus rasa aman dan nyaman, bagi para pengguna terminal. Yakin bahwa kapal mereka akan dilayani dengan profesional dengan besaran biaya yang rasional dan kelebihan lainnya.
ADVERTISEMENT
Nah, karena operator terminal kendaraan Pelabuhan Patimban merupakan “pemain baru” bisa jadi keyakinan ini tidak hadir di sanubari pengguna jasa. Pasti ia akan tumbuh nantinya namun perlu waktu.
Selain masalah profil operator, terminal kendaraan – dan juga terminal peti kemas yang tengah diselesaikan pembangunannya – juga menghadap pertanyaan seputar aspek teknis kepelabuhanan. Berjarak sekitar 40 mil laut dari Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, perairan Pelabuhan Patimban terhitung terbatas, dalam hal ini kedalaman yang kurang dari 10 meter serta tingkat sedimentasi yang tinggi, sehingga berpotensi menghambat olah gerak kapal.
Perlu dicatat, kapal-kapal pengangkut kendaraan (car carrier) biasanya memiliki dimensi yang besar. Dengan kondisi yang dangkal, bisa-bisa mereka nyangsrang di gundukan lumpur yang amat cepat memenuhi alur Pelabuhan Patimban.
Suasana anrean mobil-mobil yang akan diekspor di Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Selama ini, car carrier jumbo milik pelayaran asing (Jepang) sandar di terminal kendaraan Tanjung Priok atau IKT. Terminal meng-handle sekitar tiga ratus ribu unit dari sekitar satu juta mobil yang diproduksi oleh pabrikan-pabrikan Jepang yang ada di Bekasi dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Tujuan pengapalan ada yang antarpulau, tidak sedikit pula yang diekspor ke mancanegara. Bagaimana dengan shipment kendaraan keluaran pabrik Korea Selatan, India, dan China? Tidak ada datanya tetapi diyakini oleh manajemen IKT pengapalan produk otomotif tiga negara itu ke depannya akan mendongkrak throughput terminal kendaraan miliknya dengan cukup signifikan.
Optimisme memancarkan pula dari kegiatan shipment alat-alat berat (heavy equipment) semacam mobile crane, excavator, dll. Khusus yang satu ini, sinyalnya bukan hanya kuat, malah amat sangat kuat. Pemicunya tak lain adalah program pemerintah mengembangkan ibu kota baru di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur.
Pembangunan masif akan dijalankan di sana dalam lima tahun ke depan dan heavy equipment pastilah akan dibutuhkan untuk konstruksi bangunan dan bermacam utilitas lainnya dalam jumlah yang banyak.
ADVERTISEMENT
Masuknya NYK ke terminal kendaraan Pelabuhan Patimban, paling tidak sebagai pemegang saham, menimbulkan pertanyaan lainnya. Perusahaan ini selama ini menyandarkan car carrier-nya di IKT. Apakah dengan mengakuisisi 25 persen PICT mereka akan sepenuhnya bedol desa ke Patimban? Saya meyakini tidak. Bisa jadi mereka akan tetap di IKT dan sama sekali tidak akan menyandarkan kapalnya di Patimban. Entahlah.