Keberadaan Etnis Tionghoa/Cina di Asia Tenggara

Siti Amanda
Mahasiswa Universitas Jember
Konten dari Pengguna
22 April 2022 21:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Amanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Source: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Kehadiran orang Cina dalam melakukan kegiatan komersial di Asia Tenggara muncul jauh sebelum kedatangan bangsa Barat. Pada saat orang Eropa tiba di Asia Tenggara pada abad ke-16 dan awal abad ke-17 orang Cina sudah tinggal di kota-kota pelabuhan besar. Tidak cukup banyak jumlah pedagang Cina tetapi mereka tersebar di seluruh wilayah. Pada abad-abad berikutnya orang Cina bertindak sebagai perantara, pekerja, dan produsen kecil. Ketika jumlahnya meningkat mereka mulai mendominasi ekonomi pasar Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Orang Cina telah datang ke Asia Tenggara sejak awal sejarah dan telah memperjualbelikan produk-produk dari Cina, seperti sutra dan porselen dan menukarnya dengan rempah-rempah dan obat-obatan.
Ketika orang Eropa tiba di Asia Tenggara pada abad ke-16 dan awal abad ke-17 mereka mendapati saudagar-saudagar Cina berjumlah cukup sedikit tetapi tersebar luas di wilayah tersebut. Pada abad-abad berikutnya saudagar-saudagar Cina tersebut telah bertindak sebagai perantara, pekerja, dan produsen kecil. Dengan bertambahnya jumlah mereka, mereka mulai mendominasi ekonomi pasar wilayah tersebut.
Dihampir semua negara di Asia Tenggara, peran ekonomi kaum minoritas Cina perantauan telah berubah mengikuti garis yang nyaris sama sejak bagian terakhir abad ke-19. Pada masa ini saudagar Cina mulai mengungguli yang lain, orang Cina ini mengerti bahasa Inggris dan berkembang melalui hubungan bisnis dengan para saudagar atau pejabat Eropa. Kebangkitan lembaga kapitalis Cina sebagai suatu akibat lain dari perubahan ekonomi yang sangat penting yang dimulai sekitar 1870.
ADVERTISEMENT
Lembaga-lembaga kapitalis Cina yang pertama muncul di Malaya terjun dalam penambangan timah dan di Indonesia dalam produksi gula. Produk-produk ini banyak diminta di barat pada akhir abad ke-19, sehingga keuntungan besar menunggu mereka yang dapat memasoknya. Produksinya dalam skala besar dimungkinkan bagi orang-orang Cina dengan tata hukum kelembagaan yang baru yang diciptakan oleh pemerintah kolonial model Barat.
Identitas Tionghoa di Asia Tenggara pada tahun 1970-an tidak terlepas dari aktivitas ekonomi orang Tionghoa di kawasan Asia Tenggara ini. Secara khusus, peran ekonomi Cina yang berkembang pesat di Asia Tenggara dapat mempengaruhi identitas Cina. Semakin besar tingkat integrasi atau asimilasi, semakin penting kontribusinya terhadap identitas kelas negara. Jika integrasi lemah atau jika suatu negara dianggap diskriminatif terhadap warga Cina peranakan, kelas kepentingan yang berbeda akan muncul dan elit bisnis peranakan Cina akan terlibat dalam bisnis etnis dengan rekan senegaranya di negara lain.
ADVERTISEMENT
Orang Cina juga telah mendirikan lembaga perbankan untuk bersaing dengan bank-bank Barat untuk memenuhi kebutuhan keuangan komunitas mereka. Awalnya, orang Cina memiliki sedikit pengalaman di bidang perbankan. Untuk mengatasi hal ini mereka merekrut orang Cina mereka sendiri untuk bekerja di bank barat atau mempekerjakan orang Barat untuk posisi manajerial.
Sesudah berakhirnya Perang Dunia II di kalangan orang Cina, Asia Tenggara muncul suatu identitas nasional Cina. Kebanyakan pemimpin politik pribumi yang baru muncul merasakannya sebagai suatu bahaya.
Di negara seperti Filipina, Indonesia, Myanmar dan Vietnam, di mana jumlah orang Cina relatif kecil, identitas nasional Cina dianggap dapat dirangkul dan dapat digantikan dengan identitas nasional lokal baru yang ditawarkan kepada orang Cina. Namun di Malaya yang memiliki populasi orang Cina yang besar, identitas nasional Cina merupakan ancaman yang sulit diatasi dan membutuhkan penanganan yang seksama. Hal ini bertambah rumit karena sebagian besar nasionalis muda Cina telah terpengaruh komunisme sehingga memihak pada perjuangan kemerdekaan antikolonial di seluruh dunia, bukan memihak Cina sebagai satu bangsa.
ADVERTISEMENT