Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pengasuhan Anak Ketika Keluarga Terpapar Virus COVID-19
6 Juli 2021 15:12 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:49 WIB
Tulisan dari Siti Aminah Tardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mempersiapkan Pengasuhan Anak Sementara
ADVERTISEMENT
“Satu untuk saya… satu untuk suami saya yang di UGD sekaligus konsul dengan dokter spesialis dalam...” seorang perempuan berkerudung mendaftar untuk test PCR COVID-19 di loket di mana saya mendaftar untuk hal yang sama. Sayangnya, kuota test PCR untuk pagi hari sudah penuh sehingga kami didaftarkan untuk sore harinya. Rumah sakit pun tidak dapat memberikan hasil di hari yang sama, paling cepat keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Saat waktu yang dijadwalkan. Di halaman depan gedung instalasi gawat darurat salah satu rumah sakit di Depok, test dilakukan. Kami menunggu tertib di kursi berjarak, walau tak dapat dipungkiri semua berusaha menutupi kecemasannya dengan memainkan gawai. Perempuan tadi, satu nomor antrean sebelum saya. Ia datang bersama tiga orang anak, anak laki-laki terbesar sekira usia 8 tahun, anak perempuan sekira usia 6 tahun dan anak perempuan yang terkecil sekira usia 3 tahun. Ketika Ibu ini ditest, tiga anak ini dengan lekat mengikuti ibunya. Petugas meminta mereka menjauh, namun ketiga anak ini menyaksikan dengan wajah khawatir dan anak yang paling kecil pun menangis histeris. Untuk menenangkannya, si Ibu menggendong dan memeluknya erat. Sepertihalnya seluruh ibu, ia menyatakan “tidak apa-apa”, “tidak sakit” sambil mengusap kepala si kecil. Kami yang berada di antrean menatap nanar adegan itu. Yang terpikir jika si Ibu terpapar COVID-19 maka anak-anaknya berpotensi demikian. Harapan saya, ketiga anak ini pun bisa mengikuti test serupa.
ADVERTISEMENT
Pengasuhan Anak Sementara Bagi Orang Tua Terdampak COVID-19
Apa yang dilakukan si Ibu tadi pasti menimbulkan banyak pertanyaan. Seperti, mengapa dalam kondisi pandemi anak-anaknya diajak ikut ke rumah sakit? Mengapa tidak dititipkan dulu? Saya berkeyakinan si Ibu berada pada posisi yang sangatlah dilematis. Ketika suami, baik karena COVID maupun non-COVID harus dirawat di rumah sakit, maka tidak serta merta ia bisa meninggalkan anak-anaknya di rumah. Demikian halnya jika kedua orang tua harus isolasi mandiri, siapa yang akan memberikan pengasuhan terhadap anak-anak, khususnya yang masih balita atau penyandang disabilitas. Posisi dilematis juga akan dirasakan orang tua, ketika keduanya harus isolasi mandiri, sementara anak-anak sementara harus terpisah agar tidak tertular.
ADVERTISEMENT
Umumnya, jika terdapat halangan orang tua untuk mengasuh anak, kita akan mengandalkan sesama anggota keluarga maupun kerabat untuk membantu, atau jika hanya keluarga inti, pengasuhan anak dibantu oleh tetangga sekitar atau tempat penitipan anak (day care). Tapi dalam pandemi ini, hal seperti itu bukan menjadi perkara yang mudah. Pembatasan sosial akan menyulitkan kerabat untuk segera datang, day care kemungkinan tutup, tetangga yang juga bingung untuk membantu yang tidak meresikokan terjadinya penularan.
Ketika virus telah memasuki ruang-ruang keluarga, maka mau tidak mau kita harus memikirkan upaya-upaya antisipatif untuk pengasuhan sementara atau pengasuhan alternatif bagi anak-anak yang orangtuanya terpapar COVID-19 atau meninggal dunia. Unicef dalam catatan teknis tentang Perlindungan Anak Selama Pandemi COVID-19, merekomendasikan pemerintah dan masyarakat sipil untuk memberikan dukungan kuat kepada keluarga dan masyarakat agar mengutamakan keselamatan anak dalam lingkungan keluarga. Termasuk memperkuat pengasuhan dan menyediakan pengasuhan sementara, serta mencegah anak terpisah dari keluarga.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kementerian PPA dan Kemensos dalam panduan isolasi mandiri bagi keluarga, telah memberikan petunjuk yaitu jika orang tua yang terpapar mengalami kesulitan dalam pengasuhan anak, maka dapat menghubungi Dinas PPPA dan Dinas Sosial setempat untuk mendapatkan bantuan pengasuhan. Kemensos mencatat sekitar 800-an yang mengalami kesulitan dalam pengasuhan karena orang tua di isolasi, tidak ada yang mengurus atau bahkan meninggal karena COVID-19, yang kemudian Pekerja Sosial (Peksos) akan memberikan pendampingan termasuk menyediakan pengasuhan sementara di 41 balai rehabilitasi sosial. Informasi ini selayaknya diketahui publik, agar pada titik di mana tidak ada kerabat atau tetangga yang membantu pengasuhan anak, orang tua dapat meminta bantuan.
Selain itu, memperkuat dukungan komunitas, misalkan dengan memberdayakan PKK atau Dasawisma untuk pencegahan penularan pada anak, sekaligus bagaimana membantu pengasuhan anak ketika orang tua terpapar COVID-19 tanpa khawatir akan tertular. Mengingat 41 balai tidaklah cukup, dan sebaik-baiknya pengasuhan anak tetap berada di lingkungan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Kita tidak sedang baik-baik saja. Kesadaran bahwa virus sudah ada di rumah kita, akan membantu keluarga, dan komunitas untuk menyelamatkan anak-anak dari penularan, juga agar mereka tetap mendapatkan pengasuhan yang baik bagi tumbuh kembangnya. Saya berdoa ibu dan ketiga anak yang saya temui tidak terpapar COVID-19 dan biarpun ibunya harus menemani ayahnya di rumah sakit, mudah-mudahan ada dukungan untuk mengawasi dan memenuhi kebutuhan ketiga anak itu. Amin.