Dalam masyarakat kita, lelaki dan perempuan sering kali dikonstruksikan dengan peran sosial berbeda. Laki-laki masih ditempatkan sebagai pemimpin, pencari nafkah utama, dan utusan keluarga di ranah publik; sedangkan perempuan dikonstruksikan sebagai ibu rumah tangga, fokus pada peran reproduktif, dan ruang geraknya terbatas di ranah domestik.
Pembagian peran sosial ini banyak dipercaya, baik oleh laki-laki maupun perempuan sebagai "kodrat" yang harus dijalani sekaligus bangunan ideal sebuah rumah tangga. Buat saya, pembagian peran ini tidak masalah asalkan disepakati bersama dan tidak menimbulkan subordinasi, stereotip, marginalisasi, kekerasan, atau beban kerja berlebih pada salah satu pihak.
Secara umum, pekerjaan ibu rumah tangga diarahkan ke enam aktivitas utama. Mulai dari "melayani" suami, mengasuh dan mendidik anak, membersihkan dan merapikan rumah, menyediakan makanan siap santap, merawat kesehatan seluruh anggota keluarga, sampai peran sosial di komunitas dan keluarga besar, khususnya dalam siklus kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814