Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Degradasi Norma Kesopanan Pada Siswa
30 Oktober 2024 14:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari siti aryanih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perilaku penurunan norma kesopanan terhadap guru di kalangan siswa merupakan fenomena yang patut dicermati dengan serius. Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan perubahan yang signifikan dalam interaksi antara siswa dan guru. Di mana dahulu, hubungan ini diwarnai dengan rasa hormat dan sopan santun, kini tampak berkurang seiring perkembangan zaman dan perubahan budaya. Hal ini menimbulkan berbagai dampak negatif, tidak hanya bagi dunia pendidikan, tetapi juga bagi perkembangan karakter siswa itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor penyebab penurunan norma kesopanan adalah perubahan dalam pola komunikasi, terutama yang dipengaruhi oleh teknologi informasi. Generasi muda saat ini akrab dengan berbagai platform digital yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih santai dan terkadang kurang formal. Penggunaan bahasa gaul yang seringkali tidak sesuai dengan konteks formal, termasuk saat berbicara dengan guru, menunjukkan adanya pengabaian terhadap etika komunikasi yang seharusnya dijunjung tinggi dalam lingkungan pendidikan.
Di samping itu, pengaruh media sosial juga berperan besar dalam perubahan perilaku ini. Siswa yang aktif di media sosial cenderung terpapar pada berbagai konten yang tidak selalu mendidik. Ada banyak contoh perilaku yang kurang menghormati, baik itu di film, video, maupun meme yang tersebar di internet. Ketika siswa mengonsumsi konten-konten tersebut, mereka secara tidak langsung terbiasa dengan sikap yang kurang menghargai otoritas, termasuk guru. Dengan demikian, norma kesopanan yang seharusnya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran mulai luntur.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kurangnya keteladanan dari sebagian orang tua dan masyarakat juga menjadi faktor pendorong. Banyak orang tua yang tidak menunjukkan sikap hormat terhadap guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seringkali kita mendengar keluhan orang tua yang meragukan kualitas pendidikan atau tindakan guru dalam proses belajar mengajar. Ketika siswa melihat orang tua mereka berbicara dengan nada sinis atau merendahkan posisi guru, mereka cenderung meniru perilaku tersebut. Ini menunjukkan bahwa norma kesopanan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga dan masyarakat.
Pendidikan karakter juga masih dianggap sebagai sesuatu yang sekunder dalam kurikulum sekolah. Meskipun beberapa sekolah telah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pelajaran, implementasinya sering kali tidak konsisten dan kurang mendapat perhatian serius. Siswa lebih fokus pada pencapaian akademis daripada menginternalisasi nilai-nilai kesopanan dan penghormatan. Hal ini menciptakan kesenjangan antara pengetahuan akademis dan nilai-nilai moral yang seharusnya saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang utuh.
ADVERTISEMENT
Dampak dari penurunan norma kesopanan ini sangat luas. Pertama, hubungan antara siswa dan guru menjadi kurang harmonis. Ketika siswa tidak menghormati guru, suasana kelas menjadi kurang kondusif untuk belajar. Guru yang seharusnya menjadi teladan dan sumber ilmu pengetahuan merasa tertekan dan tidak dihargai, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas pengajaran mereka. Jika hubungan ini terus memburuk, maka proses pembelajaran yang efektif akan sulit untuk dicapai.
Kedua, penurunan norma kesopanan dapat berdampak pada perkembangan karakter siswa. Siswa yang tidak diajarkan untuk menghargai orang lain, terutama mereka yang berada dalam posisi otoritas, akan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan. Dalam dunia kerja, misalnya, sikap tidak menghormati atasan atau rekan kerja dapat menghambat karier dan menciptakan lingkungan kerja yang toxic. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk tidak hanya fokus pada pencapaian akademis, tetapi juga menekankan pentingnya nilai-nilai kesopanan dan etika dalam berinteraksi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan usaha bersama dari berbagai pihak. Pertama, sekolah harus mengambil inisiatif untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap aspek kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan workshop, seminar, atau kegiatan ekstrakurikuler yang menekankan pentingnya norma kesopanan. Dengan cara ini, siswa diharapkan dapat memahami dan menyadari pentingnya menghormati orang lain, terutama guru.
Kedua, peran orang tua sangatlah krusial. Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan guru juga dapat menciptakan sinergi dalam mendidik anak. Jika orang tua dan guru bersinergi, maka siswa akan lebih memahami pentingnya norma kesopanan dalam setiap interaksi.
Ketiga, masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan budaya yang menghormati pendidikan. Media dan konten di internet harus lebih selektif dalam menyajikan informasi yang berpotensi merusak norma kesopanan. Dengan menciptakan lingkungan yang positif, siswa akan lebih terinspirasi untuk menghormati guru dan orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, penurunan norma kesopanan terhadap guru di kalangan siswa adalah persoalan kompleks yang memerlukan perhatian serius. Dengan adanya upaya dari sekolah, orang tua, dan masyarakat, kita dapat berharap agar perilaku ini dapat diperbaiki. Membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik adalah tanggung jawab kita bersama. Mengembalikan norma kesopanan dalam pendidikan adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan lebih bermartabat.