Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gigihnya Pejuang PJKA
3 Maret 2018 14:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Siti Asiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stasiun Gambir (Foto: dokumen pribadi)
Bagi sebagian orang, Jakarta memberikan kesempatan dan pilihan bekerja yang lebih besar dan luas dibandingkan daerah yang lebih kecil. Namun, tidak semua dari mereka yang bekerja di Jakarta juga ingin tinggal dan menetap bersama keluarga di ibukota. Polusi, tingginya biaya hidup, macet dan tingkat kenyamanan yang kurang adalah beberapa alasan mereka memilih meninggalkan keluarga di kampung dan pulang pergi secara periodik. Beberapa memilih pulang pergi seminggu sekali karena pasangannya bekerja di daerah dan memiliki posisi yang cukup strategis sehingga disayangkan apabila mengundurkan diri dan hijrah ke Jakarta. Mereka ini dijuluki pegawai PJKA, namun bukan berarti mereka bekerja di PT.KAI ya ;)
ADVERTISEMENT
Mereka yang sering disebut pegawai PJKA (baca: Pulang Jumat Kembali Ahad) tersebut adalah orang-orang yang bekerja di Jakarta namun keluarga mereka tinggal di kampung halaman yang sebagian besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setiap hari Jumat, mereka pulang kampung menengok keluarga dan kembali ke Jakarta pada Minggu malam. Rata-rata mereka menggunakan moda transportasi bus atau kereta api. Kereta api lebih banyak dipilih karena jarak tempuhnya yang lebih pendek dan ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatannya yang lebih dapat diprediksi. Mungkin banyak dari kita yang belum tahu bahwa mereka ada komunitasnya lho!
Sebagai penglaju atau komuter, serunya mencari tiket pada saat libur panjang atau long weekend dan upaya tiba di stasiun/terminal bus tepat waktu agar tidak ketinggalan moda transportasi sungguh suatu seni tersendiri. Tak heran bagi mereka yang jam kerja di hari Jumat-nya sangat mepet dengan jam keberangkatan pulang, akan sering meninggalkan kantor terlebih dahulu. Rasa lelah tentu saja sering menghinggapi raga. Namun bayangan senyum anak-anak dan pasangan tercinta ketika mereka tiba di rumah seketika menghapus rasa capek yang ada.
Stasiun Semarang Tawang (foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Perjuangan para pegawai PJKA sungguh besar bagi keluarga dan dirinya sendiri. Disaat orang lain dapat memeluk anak2 dan pasangan setiap harinya, mereka cukup puas dengan video call dan melihat serunya anak-anak bermain. Ketika lezatnya makan malam dan hangatnya kebersamaan keluarga dinikmati orang lain setiap hari, mereka bersyukur dapat menikmati masakan warteg langganan bersama teman-teman atau pelanggan lain. Bagi ibu-ibu, rasa iri pasti akan menyeruak melihat teman-temannya dapat memeluk dan mencium pipi anaknya sebelum dan sesudah bangun tidur. Begitu pula saat ibu-ibu lainnya masih sempat mengantar anak-anaknya ke sekolah sebelum berangkat ke kantor.
Selain berjuang demi keluarga, para pegawai PJKA pun berjuang untuk dirinya sendiri. Sungguh tidak gampang mengalahkan keinginan bertemu dan bercanda dengan keluarga tercinta setiap hari. Bagaimana inginnya orangtua melihat dan merasakan perkembangan buah hatinya dari hari ke hari. Tetesan air mata terkadang tak dapat dihindari saat buah hati atau pasangan mendadak sakit. Rasa ingin memeluk dan memberikan semangat saat itu juga menyeruak tak terbendung. Namun hasrat tersebut acapkali harus ditahan dan digantikan dengan doa. Kemudian saat rasa kangen belum puas tertumpah, mereka harus kembali ke ibukota. Semuanya demi tujuan utama mencari nafkah untuk kesejahteraan keluarga.
ADVERTISEMENT
Memang hidup adalah pilihan, seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang sangat tidak menguntungkan. Ketika hal tersebut yang ada dihadapan kita, maka keikhlasan, kekuatan hati dan kepasrahan kepada Tuhan untuk menjalaninya dapat menjadi pendorong semangat yang mumpuni. Laksana pepatah “rumput tetangga akan selalu lebih hijau”, maka kita akan selalu melihat kehidupan orang lain lebih menarik dan menguntungkan dari pada kehidupan kita. Namun, janganlah kita mengukur sepatu orang lain dengan ukuran sepatu kita, belum tentu pas dan nyaman. Satu yang harus selalu kita ingat adalah everyone has their own battle... jadi...apapun situasi yang kita hadapi...tetap semangat!!!.
Tiket Kereta Api (foto: dokumen pribadi)
(Siti Asiyah)