Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
9 Perayaan Hari Besar di Suriname
25 Maret 2018 8:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Siti Asiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi suku-suku di Suriname (Foto: www.steemit.com/@unclesam)
Suriname merupakan negara di Amerika Selatan yang berbatasan langsung dengan Guyana, Guyana Prancis, dan Brazil. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 591.919 jiwa (CIA worldfactbook, 2017), Suriname adalah negara multikultur dan multietnis yang hidup berdampingan. Menurut data CIA Wordfactbook, jumlah penduduk Suriname terdiri dari beberapa etnis, antara lain keturunan Hindustani (27,4%), Marron/keturunan Afrika 21,7%, Creole/keturunan Afrika dan Eropa 15,7%, keturunan Jawa/Indonesia 14%, etnis campuran 13,4%, keturunan Tionghoa 10% dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Agama terbesar di Suriname adalah Protestan 23,6%, Hindu 22,3%, Katolik Roma 21, 6%, Muslim 13,8%, Winti 1,8%, Saksi Jehovah 1,2%, dan lainnya. Suriname memperoleh kemerdekaannya dari Belanda pada tanggal 25 November 1975. Penerbangan ke Suriname dapat ditempuh selama kurang lebih 9 jam dari Amsterdam, Belanda.
Dengan keanekaragaman latar belakang budaya dan agama, Suriname termasuk negara damai yang penduduknya dapat hidup berdampingan satu sama lain. Rasa saling menghargai dan tenggang rasa antarpenduduk yang berlainan etnis dan keyakinan cukup tinggi.
Keanekaragaman dan rasa saling menghargai tersebut tecermin dari banyaknya perayaan hari-hari besar selain hari besar keagamaan di Suriname. Beberapa perayaan yang merupakan hari libur nasional tersebut antara lain:
1. Owru Yari atau Perayaan Akhir Tahun
Perayaan Owru Yari di Suriname (Foto: Surifesta.com)
ADVERTISEMENT
Suriname dengan ibu kota Paramaribo merupakan salah satu negara yang memiliki perayaan khusus untuk menandai akhir tahun, atau menyambut tahun baru. Perayaan tersebut diawali dengan Pagara Estafette atau menyalakan petasan yang diselenggarakan pada siang, 31 Desember di pusat kota Paramaribo. Petasan dengan panjang kurang lebih 2 KM dinyalakan di tengah kerumunan masyarakat, diiringi oleh suara marching band.
Beberapa toko dan perusahaan sudah tutup sebelum jam 12 siang untuk menyalakan petasan. Sementara di rumah-rumah penduduk, rata-rata anggota keluarga akan berkumpul di rumah dan petasan akan dinyalakan menjelang pukul 12 malam. Masyarakat Suriname percaya bahwa suara petasan akan mengusir roh jahat dari rumah atau tempat usaha mereka.
2. Bigi Broki Waka
Penyelenggaraan Bigi Broki Waka (Foto: NSS/ starnieuws.com)
ADVERTISEMENT
Bigi Broki Waka atau Big Bridge Walk adalah tradisi lomba berjalan atau berlari menyeberangi jembatan terpanjang di Suriname, yaitu jembatan Wijdenbosch, yang diselenggarakan setahun sekali setiap hari Minggu pertama atau kedua bulan Januari. Jembatan yang dibangun tahun 1996 – 2000 tersebut memiliki panjang 1.504 meter dan tinggi puncak 52 meter, serta menghubungkan Paramaribo dan wilayah Meerzorg di distrik Commewijne.
Bigi Broki Waka diselenggarakan pertama kali tahun 2004 dengan peserta kurang lebih 1000 orang, dan pada edisi ke 15 tahun 2018, jumlah peserta mencapai 5.800 orang. Lomba ini biasanya terbagi dalam kelas jalan dan lari 5 KM, serta lari 10 KM. Selain memperoleh manfaat kesehatan, peserta Bigi Broki Waka juga memperoleh sensasi medan yang naik turun dan pemandangan yang unik dari atas jembatan yang membelah sungai Suriname dengan pemandangan kota Paramaribo yang indah.
ADVERTISEMENT
3. Imlek
Sebagai negara yang memiliki penduduk keturunan Tionghoa yang cukup besar dan memiliki peranan dalam menggerakkan ekonomi nasional Suriname, perayaan tahun baru Imlek juga diperingati pada beberapa tahun terakhir. Perayaan Imlek di Suriname biasanya dimeriahkan dengan penyelengaraan bazar dan pentas budaya Tionghoa oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Suriname.
4. Holi Phagwa
Perayaan Holi Phagwa di Palmentuin Suriname (Foto: uitgaanuitsu.com)
Perayaan Holi Phagwa yang biasanya hanya dirayakan oleh etnis keturunan Hindustani pada bulan Maret, telah menjadi salah satu tujuan wisata tersendiri di Suriname. Selain diramaikan oleh masyarakat setempat, juga masyarakat asing yang sedang berada di Suriname. Beraneka serbuk warna-warni dapat ditemui pada perayaan yang biasanya diadakan di Palmentuin/kebun palem atau Onafankelijkheidsplein/lapangan Kemerdekaan di Paramaribo. Bukan hanya masyarakat Hindustani, namun mereka yang berasal dari etnis dan kepercayaan lainpun merayakannya. Perayaan Holi Phagwa dipercaya merupakan simbol yang menandai tahun baru dan kemenangan kebaikan dari kejahatan.
ADVERTISEMENT
5. Keti Koti/ Dag van der Vrijheden
Ilustrasi Perayaan Keti Koti (Foto: pinterest.co.uk)
Keti-koti atau hari kebebasan merupakan hari libur nasional untuk merayakan kebebasan perbudakan di Suriname tanggal 1 Juli 1863. Kurang lebih 34.000 budak Belanda dilepaskan di Suriname. Sebelum masyarakat India dan Indonesia/Jawa didatangkan ke Suriname untuk bekerja pada perkebunan Belanda, banyak sekali masyarakat keturunan Afrika yang menjadi budak di perkebunan Belanda di Suriname, dan seluruh Netherlands Antillens atau wilayah kekuasaan Belanda.
6. Dag der Imhenseen dan Hari Kedatangan Masyarakat Jawa
Peringatan Pertama Kali Kedatangan Imigran Jawa di Suriname (Foto: Shaprisky Kartowikromo)
Pemerintah Suriname menetapkan tanggal 9 Agustus sebagai hari libur nasional untuk memperingati hari penduduk asli atau Day of the Indigeneous People. Tujuan utama peringatan tersebut adalah untuk mengakui dan menghormati penduduk asli Suriname beserta gaya hidup dan budaya keseharian mereka. Selain diperingati sebagai hari penduduk asli Suriname, tanggal 9 Agustus juga diperingati sebagai hari pertama kali keturunan Indonesia/Jawa tiba di Suriname tepatnya tanggal 9 Agustus 1890.
ADVERTISEMENT
Peringatan tersebut dipusatkan di Sana Budaya, di sana terdapat monumen kedatangan orang Jawa yang di buat oleh seniman keturunan Jawa Soeki Irodikromo. Peringatan ditandai dengan peletakan karangan bunga sebagai ungkapan rasa syukur dan penghargaan atas perjuangan berat nenek moyang orang Jawa dari Indonesia sampai tiba dan menetap di Suriname. Perayaan dan peletakan karangan bunga juga diselenggarakan di Marienburg, terdapat perkebunan tebu dan pabrik gula tempat pertama kali orang Jawa bekerja.
7. Dag der Marrons
Seorang Wanita Suku Marrons bersama dengan Kain dan Kerajinan Khasnya (Foto: abengcentral.wordpress.com)
Setiap tanggal 10 Oktober Pemerintah Suriname merayakan hari Marrons atau Dag der Marrons. Suku Marron adalah warga Suriname keturunan Afrika yang dulu bekerja pada perkebunan milik Belanda. Banyak di antara nenek moyang keturunan Afrika tersebut yang menentang perbudakan dan melarikan diri ke hutan-hutan Suriname yang masih sangat lebat. Mereka inilah yang kemudian menjadi suku Marron. Perayaan Dag der Marron ditujukan agar masyarakat Suriname mengakui keberadaan suku Marron sebagai bagian dari penduduk Suriname.
ADVERTISEMENT
8. Diwali
Diwali atau Light festival yang biasanya dirayakan pada bulan Oktober atau November telah menjadi salah satu perayaan penting di Suriname, khususnya bagi masyarakat keturunan Hindustani. Diwali merupakan simbol kemenangan/cahaya dari kegelapan atau kemenangan kebaikan dari kejahatan. Merayakan Diwali berarti menyambut datangnya cahaya dari kegelapan atau sering dimaknai dengan harapan datangnya kesuksesan dan keberhasilan.
Pada umumnya, masyarakat keturunan Hindustani yang taat ajaran Hindu akan menyalakan cahaya atau “diyas” setelah matahari terbenam. Di Suriname, Diyas biasanya akan dinyalakan selama seminggu di Lapangan Kemerdekaan atau Onafhankelijkheidsplein. Pemerintah Suriname memutuskan peringatan Diwali sebagai hari libur nasional sejak tahun 2010.
9. Srefidensi Dey
Setelah diberikan kemerdekaan oleh Belanda pada tanggal 25 November 1975, Pemerintah Suriname memperingati tanggal 25 November sebagai hari Kemerdekaan atau Srefidensi Dey. Perayaan puncak Kemerdekaan Suriname dipusatkan di salah satu distrik secara bergantian, biasanya dimeriahkan oleh marching band dan pawai militer. Dalam perayaan tersebut, Pemerintah Suriname mengundang seluruh negara sahabat yang memiliki perwakilan di Suriname.
ADVERTISEMENT
Banyaknya hari libur nasional Suriname selain perayaan hari besar keagamaan merupakan salah satu wujud pengakuan dan kepedulian pemerintah dalam mendukung keanekaragaman etnis dan budaya Suriname.
(Siti Asiyah dari Berbagai Sumber)