Konten dari Pengguna

Konser Musik: Perlu Menjadi Tempat Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

Siti Azzahra
Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya
18 Juni 2023 19:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penyandang disabilitas ikut serta dalam menonton konser musik. Foto: Istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyandang disabilitas ikut serta dalam menonton konser musik. Foto: Istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Masih ingat, video viral Rezki Achyana yang merupakan seorang Juru Bahasa Isyarat (JBI) dalam konser musik Vierratale di Riau, di mana dalam sebuah video yang beredar memperlihatkan Rezky menggerakkan tangan simbol bahasa isyarat dan juga jingkrak-jingkrak di atas panggung sesuai musik Vierratale.
ADVERTISEMENT
Kemudian, salah satu konser Boyband asal Korea Selatan yang diadakan di Indonesia baru-baru ini yaitu NCT Dream. Dalam sebuah postingan foto di Twitter bernama @eN_Ha2409 memperlihatkan penyandang disabilitas yang turut serta dalam konser tersebut.
Ibu dari penyandang disabilitas tersebut sekaligus pemilik akun Twitter mengucapkan rasa terima kasih dikarenakan acara konser telah menyediakan tempat bagi penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda.
Respons publik akan postingan video dan foto tersebut beraneka macam, mulai dari pujian kepada penyelenggara acara atas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, sampai komentar yang membahas perlunya semua acara publik dibuat dengan prinsip inklusif.

Mendengarkan Musik Merupakan Hak Semua Orang

Musik adalah bahasa universal karena dapat diterima dan disukai semua kalangan tanpa terkecuali. Mendengarkan musik termasuk mengikuti konser musik merupakan hak setiap orang untuk menikmati kesenangan dan manfaat yang diberikan musik.
ADVERTISEMENT
Bahkan bagi teman-teman tuli, sebuah musik bisa mereka nikmati dengan cara yang berbeda. Mereka dapat menikmati nya lewat getaran bass, dentuman beat, atau dengan volume yang diperbesar. Oleh karena itu tak heran jika teman-teman Tuli juga ingin turut hadir di konser ataupun festival musik untuk menyaksikan penampilan dari penyanyi favorit mereka.

Masih Banyak Konser Musik yang Tidak Inklusif

Walaupun dalam beberapa kasus diperlihatkan konser musik sudah mulai menerapkan tempat yang inklusif, tetapi masih terdapat juga adanya perlakuan diskriminasi kepada pihak tertentu seperti halnya kepada penyandang disabilitas.
Bentuk diskriminasi tersebut sebagai contohnya diperlihatkan dalam salah satu akun TikTok bernama @ayanamenzajus, di mana ia yang merupakan penyandang disabilitas tuna daksa bersama teman-temannya yang juga merupakan penyandang disabilitas, mendatangi salah satu acara musik di Bali untuk memperingati HUT Kota Bangli.
ADVERTISEMENT
Terlihat bahwa ia dan teman-temannya tidak menghadap ke panggung acara tetapi membelakangi panggung. Dalam teks yang tertulis di dalam video, ia mengatakan bahwa konser bukan melihat artis nya tetapi malah melihat penonton. Walaupun demikian, ia tetap merasa senang dapat menikmati musik bersama dengan teman-temannya.
Berdasarkan hal tersebut, telah memberikan bukti kepada kita bentuk diskriminasi dengan tidak menyediakan akses ataupun tempat bagi penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda. Selain itu, diskriminasi lainnya adalah tidak tersedianya Juru Bahasa Isyarat (JBI) ataupun running text yang menampilkan lirik lagu di atas panggung. Padahal dapat dikatakan penyelenggara acara musik tersebut mampu untuk melakukannya.

Kurangnya Menerapkan Prinsip Model Sosial bagi Disabilitas

Banyaknya diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di acara musik membuktikan bahwa masyarakat masih memandang disabilitas dengan Medical Model. Memakai Medical Model dalam memandang disabilitas artinya masyarakat masih memandang disabilitas sebagai sumber masalah.
ADVERTISEMENT
Kondisi pada disabilitas dianggap sebagai masalah individu sehingga disabilitas dianggap sebagai bentuk kekurangan seseorang. Akibatnya, individu tersebut tidak dapat menjalani perannya dalam kehidupan masyarakat.
Untuk itu, guna mewujudkan lingkungan yang inklusif bagi disabilitas, cara pandang orang dalam melihat disabilitas harus diubah dengan menggunakan sosial model. Memakai sosial model dalam memandang disabilitas artinya disabilitas bukan lagi dipandang sebagai masalah individu, melainkan sebuah “isu sosial”.
Dengan demikian, orang dengan disabilitas tidak lagi dipandang sebagai “orang bermasalah”, tetapi lingkunganlah yang tidak mampu menyediakan keadaan yang inklusif. Dengan begitu masyarakat akan terus berusaha untuk mewujudkan terciptanya lingkungan yang lebih inklusif dengan menyediakan segala akses bagi penyandang disabilitas agar dapat melakukan mobilitas dengan optimal dan terlepas dari opresi sosial.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Menciptakan Konser Musik yang Inklusif bagi Penyandang Disabilitas?

Dalam menyediakan aksesibilitas agar penyandang disabilitas dapat menikmati konser musik terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan penyelenggara acara, yaitu yang pertama, menyediakan Juru Bahasa Isyarat (JBI) ataupun running text yang menampilkan lirik lagu di atas panggung bagi penyandang disabilitas tuli.
Kedua, menyediakan tempat khusus untuk penyandang disabilitas, seperti pengguna kursi roda. Namun, perlu diingat tempat khusus yang dimaksud bukanlah tempat terasing yang malah memisahkan penyandang disabilitas dengan audiens lain. Melainkan tempat khusus untuk mereka agar dapat melihat merasa aman dikarenakan konser musik sebagai tempat publik yang sangat ramai.
Ketiga, menyediakan pendamping, hal ini dimaksudkan apabila penyandang disabilitas mengalami kesulitan saat akan melakukan mobilitas yang memang memerlukan bantuan orang lain.
ADVERTISEMENT
Perlu kita ingat, bahwasanya penyandang disabilitas tidak berbeda dengan kita. Mereka sama halnya dengan kita yaitu memiliki hak untuk menikmati segala kegiatan ataupun sarana yang tersedia dan begitupun dengan musik.