Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Kasus Investasi Bodong dan Rendahnya Tingkat Literasi Keuangan
24 Februari 2023 12:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Siti Choiriah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tindak kejahatan dalam dunia keuangan akhir-akhir ini terus meningkat. Hal ini berhubungan dengan salah satu faktor mengenai tingkat literasi keuangan yang ada di masyarakat. Literasi keuangan atau financial literacy merupakan suatu pengetahuan penting yang harus dipelajari oleh semua lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Literasi Keuangan?
Literasi keuangan merupakan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan secara baik dan benar sehingga tercipta kondisi keuangan yang stabil, aman, dan sejahtera dalam jangka waktu panjang.
Literasi keuangan juga memberikan arahan dalam membuat kebijakan atau keputusan secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan semua sumber daya keuangan yang dimiliki.
Literasi keuangan ini erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat mengenai anggaran dan keuangan agar masyarakat dapat membuat perencanaan keuangan, akumulasi keuangan, dan menerapkan skala prioritas dalam mengelola keuangannya.
ADVERTISEMENT
Kenapa Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia Masih Tergolong Rendah?
Tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah hal ini dibuktikan dengan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di level 38,03 persen.
Indeks tersebut mengandung makna bahwa dari setiap 100 jiwa penduduk hanya ada sekitar 38 orang memiliki pemahaman mengenai lembaga keuangan dan jasa keuangan dengan baik dan sisanya terdapat 62 jiwa penduduk lain masih belum memiliki literasi keuangan.
Literasi keuangan ini mencakup mengenai pemahaman mengenai fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan layanan jasa keuangan. Literasi keuangan juga mengukur tingkat keterampilan, sikap, serta perilaku yang benar dalam menggunakan produk dan layanan jasa keuangan.
ADVERTISEMENT
Literasi keuangan yang rendah ini pada dasarnya disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah mengenai dorongan dari dalam diri sendiri yang masih menganggap bahwa literasi keuangan merupakan hal yang tidak menarik, sehingga individu atau masyarakat hanya bisa sebagai pengguna produk atau layanan jasa keuangan saja tanpa memperhatikan dan mempelajari poin-poin penting dalam menggunakan produk dan layanan jasa keuangan yang baik dan benar.
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi. Atau berada pada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
ADVERTISEMENT
Faktor eksternalnya adalah tingkat sosialisasi yang diberikan oleh lembaga-lembaga yang terkait juga masih rendah. Dengan demikian, diperlukan kolaborasi dari semua pihak baik dari pemerintah, lembaga keuangan, maupun masyarakat itu sendiri untuk saling bekerja sama dalam upaya peningkatan literasi keuangan agar berjalan seimbang dan tujuannya dapat tercapai.
Mengapa Literasi Keuangan Sangat Penting ?
Perkembangan zaman yang semakin maju dapat memberikan dampak negatif jika dari masyarakatnya sendiri tidak bisa memanfaatkannya dengan baik dan lebih disalahgunakan untuk tindak kejahatan. Misalnya banyak tindak kasus kejahatan dalam sektor keuangan seperti penipuan baik yang dilakukan secara langsung maupun penipuan dengan situs online.
Kasus-kasus penipuan yang sedang marak sekarang ini adalah kasus penipuan saat berinvestasi atau biasa disebut dengan investasi bodong . Masyarakat yang ikut terkena imbas investasi bodong merupakan salah satu indikator bahwa tingkat literasi keuangan yang dimilikinya masih rendah sehingga mudah tergiur untuk ikut berinvestasi.
ADVERTISEMENT
Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat kerugian yang dialami masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp123,5 triliun dalam kurun waktu 2018-2022. Kerugian masyarakat yang terjerumus investasi ilegal ini cukup sulit diminta kembali dikarenakan uang investasi masyarakat sudah digunakan oleh pelaku.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang itu mudah terjerumus dalam investasi bodong. Pertama adalah sifat alami manusia yang ingin cepat kaya dan biasanya mudah tertipu dengan gaya hidup yang dipamerkan di platform media sosial atas hasil investasi.
Kedua, banyak masyarakat yang sudah mengetahui risiko dan kerugian tapi masih tetap nekat untuk berinvestasi ilegal dengan pikiran untuk meraih keuntungan daripada tidak sama sekali. Ketiga, di mana masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat atas investasi dan perkembangan teknologi digital yang masif telah memberikan peluang bagi para investasi bodong.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang bahwa pengetahuan mengenai literasi keuangan memang sangat wajib dan penting untuk semua orang agar mereka tidak mudah terjerumus ke dalam produk dan layanan keuangan serta investasi-investasi yang ilegal sehingga masyarakat dapat lebih mengetahui bagaimana instrumen-instrumen yang harus diperhatikan dalam berinvestasi di masa depan.