Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Cinta, Gengsi, dan Kelas Sosial: Kenapa Kisah "Salah Asuhan" Masih Relate?
23 April 2025 10:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Siti Farwasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Novel "Salah Asuhan" karya Abdoel Moeis merupakan novel yang dianggap sebagai suatu cerminan pada zaman kolonial. Namun, jika kita perhatikan lebih dalam, kisah cinta yang dialami oleh Hanafi, Corrie, dan Rapiah ternyata memiliki potensi yang kuat dengan kehidupan masyarakat modern. Terutama dalam hal cinta, gengsi, dan kelas sosial. Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Jeratan Gengsi dan Identitas
Akar permasalahan "Salah Asuhan" adalah bagaimana Hanafi terperangkap oleh idealisme kepribadian ala Eropa. Didikan Belanda membuat Hanafi merasa paling tinggi dibandingkan dengan bangsanya sendiri, termasuk Rapiah seorang wanita yang mencintainya dengan tulus. Gengsi dan keinginan untuk diakui sebagai kaum "atas" membuatnya dibutakan oleh sosok Corrie, wanita yang dianggapnya setara karena latar belakang hidupnya adalah bangsa Eropa.
Fenomena ini masih sangat relavan pada saat ini. Seringkali kita melihat individu terjebak akan upaya untuk membangun citra diri berdasarkan dengan standar eksternal, mulai dari kekayaan materi, eksistensi di media sosial, atau afiliasi dengan kelompok tertentu. Gengsi yang membutakan mata hati, membuat seseorang mengahiraukan nilai-nilai sejati dan hubungan yang tulus demi sebuah pengakuan.
ADVERTISEMENT
Kelas Sosial yang Merenggut Kebahagiaan
Perbedaan kelas sosial menjadi jurang pemisah dalam "Salah Asuhan". Lingkungan dan pendidikan Hanafi telah mengubah perspektifnya. Ia merasa "naik kelas" dan melihat Rapiah sebagai seseorang yang berada di bawahnya. Pandangan ini diperkuat oleh lingkungan sosialnya yang cenderung meremehkan pernikahan dengan "orang bawah". Mirisnya, pernikahan Hanafi dengan Corrie pun tidak membawa kebahagiaan. Perbedaan budaya dan nilai-nilai yang sudah jelas justru menghancurkan rumah tangga mereka.
Dalam kehidupan modern, pilihan pasangan seringkali dipengaruhi oleh pertimbangan kelas sosial, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial untuk "menikah setara " masih menjadi persoalan bagi banyak pasangan.
Cinta yang Terbutakan dan Konsekuensinya
Kisah cinta dalam "Salah Asuhan" adalah kisah yang dipenuhi oleh rasa gengsi dan penuh ambisi. Hanafi benar mencintai Corrie tetapi ia lebih mencintai citra dirinya yang telah ia proyeksikan. Sementara itu, Rapiah adalah representasi cinta yang tulus dan tanpa syarat, namun justru diabaikan karena dianggap tidak sesuai dengan kelas sosial Hanafi.
ADVERTISEMENT
Akhirnya berakibat tragis. Hanafi hidup dalam penyesalan dan kesepian, Corrie menderita, dan Rapiah terluka hatinya. Novel ini menjadi pembelajaran yang kuat tentang konsekuensi dari cinta yang tidak didasari oleh ketulusan, namun lebih pada kelas sosial dan gengsi semata