Konten dari Pengguna

Terjerat dalam Lingkungan Tradisi: Nasib Tragis dalam Kehilangan Mestika

Siti Farwasari
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2023
5 Mei 2025 15:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Farwasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel Kehilangan Mestika. Dokumentasi: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Novel Kehilangan Mestika. Dokumentasi: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Dalam ruangan desa yang terikat atas dasar nilai adat dan aturan turun-temurun. Novel "Kehilangan Mestika" menyuguhkan kisah yang pilu namun dapat membuat pembaca akan paham tentang seseorang perempuan muda yang berusaha melepaskan dirinya dari kurungan nilai tradisi. Salah satu karya sastra ini, tidak hanya menjadi gambaran tentang peran perempuan dalam masyarakat adat, tetapi juga menjadi kritik permasalahan sosial terhadap sistem yang melarang untuk berpikir kritis dan kebebasan dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Warisan Tradisi yang Mengikat
Tokoh utama dalam novel "Kehilangan Mestika" adalah Hamidah, Hamidah hidup dalam lingkungan masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kehormatan keluarga. Ia dipaksa oleh lingkungan masyarakat agar tidak melakukan penyimpangan dari jalan yang sudah ditentukan. Tradisi dalam lingkungan masyarakat tersebut dianggap mutlak, dan pelanggaran terhadap tradisi disebut dengan pengkhianatan terhadap identitas dan harga diri keluarga. Namun, Hamidah bukanlah sosok tokoh yang pasif. Ia merupakan sosok perempuan yang cerdas, mandiri, dan perlahan-lahan mulai menyadari dengan adanya sistem pengekangan dalam lingkungannya.
Kritik Sosial
Tragedi yang menimpa Hamidah merupakan puncak tekanan yang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Ia terkoyak antara keinginan pribadi dan kewajiban sosial. Di sinilah letak kekuatan novel ini: Menggambarkan bagaimana tradisi dapat berubah menjadi alat penindasan dan melumpuhkan individu. Penulis tidak hanya menyuguhkan kisah cinta yang kandas, melainkan membuka ruang pikiran bagaimana masyarakat seringkali menjadi penyebab luka yang mendalam. Nasib tragis Hamdiah tidak hanya miliknya sendiri, melainkan mewakili suara banyak perempuan yang terperangkap dalam ruang sosial dan tidak memberi ruang untuk kebebasan dalam memilih.
ADVERTISEMENT
Relevansi dengan Zaman Sekarang
Meskipun latar waktu dalam novel "Kehilangan Mestika" berada di masa lampau, namun pesan yang dibawanya tetap relacan hingga saat ini. Di berbagai plosok Indonesia, bahkan di kota-kota besar, tekanan adat, norma sosial, dan kehidupan yang sesuai ekspetasi yang diharapkan keluarga masih mengikat banyak individu. Novel ini mengajak pembaca untuk berpikir sebagaimana nilai tradisi dibiarkan untuk mengatur hidup, bahkan sampai mengorbankan suatu kebahagiaan?
Kesimpulan
Novel "Kehilangan Mestika" merupakan kisah tentang cinta, keberanian, dan kehancuran. Novel ini menujukkan masih banyak daerah di Indonesia yang menjadikan tradisi tanpa diadakannya ruang untuk kritik, sedangkan yang menjadi korban adalah mereka yang berani bermimpi untuk bebas. Kehilangan Mestika bukan sekadar rangkaian peristiwa, melainkan juga sebuah kontemplasi mendalam tentang mahalnya harga kebebasan di tengah kuatnya jeratan tradisi.
ADVERTISEMENT