Konten dari Pengguna

Kepribadian Orang Madura: Kajian Antropolog

Siti Khoiriyah
Sedang belajar nulis
23 April 2022 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Khoiriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orang Madura. sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Orang Madura. sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kepribadian menurut Koentjaraningrat adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu. Kerangka sasaran unsur-unsur kepribadian manusia menurut Wallace memuat tiga hal, yaitu beragam kebutuhan individu, beragam hal dalam lingkungan individu, dan berbagai cara untuk memperlakukan hal-hal dalam lingkungan diri sendiri guna memenuhi kebutuhan diri. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana kepribadian Orang Madura berdasarkan karakter, hubungan sosial, dan kehidupan ekonomi Orang Madura.
ADVERTISEMENT
Karakter
Dari sisi kehidupan keagamaan, Orang Madura lebih menghormati lembaga agama dan ulama dibandingkan dengan lembaga negara dan aparatnya. Orang Madura menganggap ulama membawa kerkah, sedangkan aparat pemerintah menambah kesulitan melalui adanya pungutan pajak, instruksi, dan berbagai kewajiban lainnya. Peran tokoh agama tidak hanya membimbing dan menuntun dalam hal keagamaan, tetapi juga berperan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Contohnya, masalah penyakit, jodoh, rezeki, konflik antar anggota keluarga diselesaikan melalui bantuan para ulama.
Hubungan sosial
Jika dilihat dari pola pemukiman penduduk, rumah-rumah di Madura dibangun sebagai unit sosial kecil yang disebut tanean lanjang. Tanean lanjeng adalah pekarangan besar dengan rumah-rumah yang dibuat berjajar dan berhadap-hadapan. Anggota keluarga yang tinggal di rumah besar itu adalah kerabat atau keluarga besar (extended family).
ADVERTISEMENT
Sejak kecil ditanamkan prinsip bahwa menjadi laki-laki harus berani meninggalkan kampung halaman, seorang laki-laki belum menjadi laki-laki yang sesungguhnya jika tidak berani merantau. Harga diri juga merupakan hal yang sangat penting bagi Orang Madura. Mereka bisa menjadi keras jika menyangkut harga diri. Orang Madura lebih mudah tersinggung bila berkaitan dengan masalah harta pusaka dan perempuan. Harta pusaka ini meliputi rumah adat, tanah, dan pusaka.
Pepatah Madura mengatakan lebbih begus poteh tolang, atembeng poteh mata. Artinya, lebih baik mati daripada malu. Bersentuhan dengan harga diri penyelesaiannya melalui carok, yaitu perkelahian antara dua pihak yang bertikai dengan masing-masing menggunakan celurit. Pada masa lalu, carok sering terjadi dan berakhir dengan tewasnya salah satu pihak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ekonomi
Kelangkaan sumber daya alam menyebabkan petani Madura tidak percaya kepada tanah tetapi pada kerja. Dengan kata lain, di kalangan petani Madura tidak ada moral ekonomi yang berorientasi pada tanah (land ethics), melainkan moral ekonomi yang berorientasi pada kerja (labour ethics). Itulah sebabnya dengan mudah petani Madura meninggalkan kampung halamannya untuk merantau. Kemudian muncul istilah diganggu tanahnya tidak jadi soal, tetapi jika diganggu tenaga kerjanya Orang Madura akan marah.