news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemuda Cinta Budaya: Upacara Larungan di Pantai Selatan Kebumen

Siti Ana Laily
Sastra Indonesia 2019 Universitas Jenderal Soedirman Konten kreator puisiinstagram tanahmalam03
Konten dari Pengguna
15 April 2022 9:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Ana Laily tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tugu Lawet Kebumen di Malam Hari: My Picture
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Lawet Kebumen di Malam Hari: My Picture
ADVERTISEMENT
Upacara adat adalah upacara yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat tertentu, pada wilayah tertentu, waktu tertentu, dan menggunakan alat atau syarat-syarat khusus. Salah satu upacara adat yang masih ada dan berkembang sampai sekarang di Kebumen adalah “Larungan”. Larungan adalah upacara adat yang dilaksanakan selama satu tahun sekali, pada bulan sura atau bulan ke empat pada penanggalan Jawa. Larungan ini dilaksanakan sebagai bentuk syukur masyarakat, terutama nelayan terhadap Tuhan atas berkah laut yang melimpah dan wujud doa agar tahun berikutnya juga dilimpahi hasil laut yang melimpah.
ADVERTISEMENT
Upacara Larungan ini diyakini masyarakat setempat akan membawa berkah terutama kepada para nelayan. Dalam proses upacara larungan terdapat doa yang dipanjatkan bersama-sama. Larungan di Desa Ayah Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen adalah upacara melarungkan atau menghanyutkan sesaji-sesaji ke laut selatan. Sesaji yang biasanya dilarungkan, yaitu kepala kambing kendit yang dilengkapi jarit lurik, selendang warna hijau, serta jajanan pasar. Selain itu, seekor anak ayam yang masih hidup juga turut dilarungkan. Basanya setiap tahun, sesaji yang dilarungkan berbeda-beda sesuai dengan hasil bumi yang ada. Semua sesaji yang sudah disiapkan tadi akan dikemas menarik dalam miniatur rumah Joglo. Dengan menggunakan perahu, sesaji tadi akan diarak ke tengah laut melalui muara sungai Bodo, kurang lebih delapan sampai sepuluh perahu mengaraknya hingga ke tengah laut.
ADVERTISEMENT
Sebelum dilarungkan masyarakat akan berdoa bersama terlebih dahulu. Tetapi, setelah larungan ini selesai para nelayan dan masyarakat setempat juga akan berkumpul di tempat penjualan ikan (TPI) pantai Logending, untuk mengikuti kenduri atau makan bersama, yang mana mereka membawa makanan sendiri dan sebelum mereka makan, akan didoakan oleh sesepuh setempat.
Larungan di kecamatan Ayah ini biasanya juga dilaksanakan di desa Pasir, masih satu kecamatan dengan Desa Ayah, atau juga di desa-desa tetangga lainnya. Prosesnya juga mirip-mirip dan sesaji yang dilarungkan juga tidak beda jauh. Upacara semacam ini biasa dilaksanakan dibeberapa wilayah, khususnya daerah pantai dengan kuantitas nelayan yang masih banyak dan adat istiadat yang masih kental. Upacara semacam ini memang tidak sesuai dengan tradisi umat Islam, namun larungan ini adalah warisan kebudayaan yang patut kita jaga dan lestarikan.
ADVERTISEMENT