Konten dari Pengguna

Membaca Pikiran Melalui Puisi: ''Tiga Lembar Kartu Pos"

Siti Nurannisa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
23 Juli 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Nurannisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Matahari terbit Sumber: Foto milik sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Matahari terbit Sumber: Foto milik sendiri
ADVERTISEMENT
Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan sebuah jendela ke dalam pikiran manusia yang sedang bergulat dengan konsep spiritualitas dan eksistensi. Melalui pendekatan semiotika dan psikologi kognitif, kita dapat mengungkap bagaimana Sapardi menggunakan bahasa sebagai alat untuk memetakan proses mental dan pengalaman spiritual yang kompleks.
ADVERTISEMENT

1. Tanda dan Makna dalam Ketidakpastian Kognitif

Puisi ini dibuka dengan kata "Mungkin", yang langsung menghadirkan konsep ketidakpastian kognitif. Dalam semiotika, ini berfungsi sebagai tanda yang mengarahkan pembaca pada keadaan mental yang ambigu. Penggunaan berulang kata "mungkin" mencerminkan proses berpikir manusia yang sering diwarnai keraguan, terutama ketika berhadapan dengan konsep abstrak seperti hubungan dengan sang pencipta.

2. Representasi Mental dan Memori

Baris "tak pernah ingat / akan percakapan Kita yang panjang" dapat dianalisis sebagai representasi proses kognitif terkait memori dan kesadaran. Dari sudut pandang psikologi kognitif, ini menggambarkan fenomena memori selektif atau bahkan represi, di mana pikiran manusia mungkin 'melupakan' atau 'mengabaikan' pengalaman spiritual yang sebenarnya pernah dialami.

3. Metafora Konseptual: Kartu Pos sebagai Komunikasi Spiritual

Penggunaan "kartu pos" sebagai metafora dalam puisi ini menarik untuk dianalisis dari perspektif teori metafora konseptual. Kartu pos, yang biasanya digunakan untuk komunikasi jarak jauh, menjadi representasi dari upaya manusia untuk berkomunikasi dengan yang ilahi. Ini mencerminkan bagaimana pikiran manusia sering menggunakan konsep konkret (kartu pos) untuk memahami dan mengekspresikan konsep abstrak (komunikasi spiritual).
ADVERTISEMENT

4. Semiotika Ruang dan Waktu

Sapardi menggunakan tanda-tanda spasial dan temporal dalam puisinya untuk menggambarkan kompleksitas pengalaman spiritual. Frasa "selama ini" dan "yang tergantung di dinding itu" menciptakan dimensi waktu dan ruang dalam puisi, yang dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari kehadiran sang pencipta dalam realitas sehari-hari.

5. Kognitif Disonan dalam Pengalaman Spiritual

Keseluruhan puisi dapat dilihat sebagai ekspresi dari kognitif disonan ketidaksesuaian antara keyakinan dan pengalaman. Narrator dalam puisi mengalami konflik internal antara keyakinan akan adanya hubungan dengan yang ilahi "percakapan Kita yang panjang" dan perasaan ketidakhubungan "tak pernah merasa memelihara hubungan".

6. Simbolisme Numerik dan Kognisi

Penggunaan angka "tiga" dalam judul puisi menarik untuk dianalisis dari perspektif psikologi kognitif. Angka tiga sering memiliki signifikansi kognitif dan kultural, mungkin merujuk pada konsep keutuhan atau siklus (awal, tengah, akhir). Ini bisa mencerminkan bagaimana pikiran manusia cenderung mengorganisir pengalaman dalam pola-pola yang bermakna.
ADVERTISEMENT
Melalui analisis semiotik dan kognitif, "Tiga Lembar Kartu Pos" terungkap sebagai peta mental yang kompleks, menggambarkan pergulatan pikiran manusia dalam memahami dan mengekspresikan pengalaman spiritual. Sapardi berhasil menggunakan bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cermin proses kognitif dan pengalaman fenomenologis. Puisi ini menjadi bukti bagaimana karya sastra dapat berfungsi sebagai jendela ke dalam pikiran manusia, mengungkapkan kompleksitas proses mental dan spiritual yang sering kali sulit diungkapkan dalam bahasa sehari-hari.
Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya memahami puisi sebagai karya seni, tetapi juga sebagai dokumen psikologis yang menawarkan wawasan mendalam tentang cara manusia berpikir, merasa, dan mencoba memahami hubungannya dengan yang transenden.