Konten dari Pengguna

Suara Hati Anak yang Terluka: Cerpen "Di Tengah Keluarga" karya Ajip Rosidi

Siti Nurannisa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2 November 2024 13:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Nurannisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kumpulan cerita pendek Di Tengah Keluarga karya Ajip Rosidi ini menyajikan gambaran hidup manusia sehari-hari yang begitu nyata, lengkap dengan suka dan dukanya. Cerita-cerita dalam buku ini, yang sebagian besar ditulis pada tahun 1950-an, seolah-olah cerita ini diambil langsung dari pengalaman pribadi Ajip Rosidi. Namun, Ajip tidak hanya sekadar menceritakan pengalamannya, ia juga merenungkannya secara mendalam dan mengangkatnya ke tingkat yang lebih umum sehingga banyak orang dapat merasakan dan memahami cerita-ceritanya. Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1956. Dalam cerita pendek ini dikisahkan tentang seorang anak yang menjadi korban perceraian orang tua, khususnya tokoh “aku” dalam cerpen ini yaitu Ajip sendiri. Ia merasakan kepedihan dihidupnya yang terombang ambing dalam konflik perceraian orang tuanya.
Sumber: Foto milik sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto milik sendiri
“Aku Anak Ayahku” yang sulung. Aku anak ibuku yang sulung. Aku lelaki. Ya, aku lelaki. Ini Aku lelaki. Ini penting kujelaskan”.
ADVERTISEMENT
“Baiklah, sebenarnya itu tak begitu penting, yang harus kukatakan lagi ialah bahwa sejak bisa berpikir panjang, aku mendapati ayah telah bercerai dengan ibuku. Ini patut dan penting kujelaskan, karena kemudian seumur hidupku selalu dirundung soal ini saja: perceraian mereka. Banyak benar pengaruh perceraian itu padaku”.
Dalam kutipan di atas kita bisa melihat beberapa aspek yang terkandung dalam kutipan ini yaitu:
Keraguan Identitas: Pengulangan kalimat "Aku lelaki" menunjukkan adanya keraguan atau ketidakpastian dalam diri tokoh “aku”. Perceraian orang tua mungkin telah membuatnya mempertanyakan identitas dan posisi dirinya dalam keluarga.
Rasa Bersalah: Meskipun tidak secara langsung dinyatakan tetapi, nada penuturan tokoh seolah-olah menunjukkan adanya rasa bersalah atau tanggung jawab atas perceraian orang tuanya. Ini merupakan perasaan yang kerap kali dirasakan oleh anak-anak dari orang tua yang bercerai.
ADVERTISEMENT
Ketidakstabilan Emosional: Tokoh menyebutkan bahwa ia "selalu dirundung soal ini saja", yang menunjukkan adanya ketidakstabilan emosional akibat peristiwa perceraian.
Pengaruh Seumur Hidup: Pernyataan "banyak benar pengaruh perceraian itu padaku" mengindikasikan bahwa dampak dari perceraian orang tua tidak hanya terjadi pada masa kecil, tetapi juga dapat berkelanjutan hingga dewasa.
“Ketika itu aku sedang duduk di kelas enam sekolah rakyat. Jadi, menghadapi ujian. Dan ayahku ayah kandungku berjanji padauk, jika aku lulus masuk esempe, ia akan membelikan aku sebuah sepeda, yang baru! Dan alahkah gembiranya aku mendengar itu! Tapi Ketika aku lulus, benar-benar luls, sepeda itu tidak ada”.
Dalam kutipan di atas kita bisa melihat beberapa aspek yang terkandung dalam cerpen ini yaitu:
ADVERTISEMENT
kegembiraan dan Harapan: Anak ini merasa sangat gembira dan penuh harapan ketika ayahnya berjanji akan membelikan sepeda jika ia lulus ujian. Janji tersebut menjadi motivasi baginya untuk belajar lebih giat.
Kekecewaan Mendalam: semenjak harapannya tidak terpenuhi, anak ini pasti merasakan kekecewaan yang mendalam. Kepercayaan dan harapan yang telah ia bangun runtuh seketika.
Kehilangan Kepercayaan: Kejadian ini membuat anak tersebut kehilangan kepercayaan pada ayahnya. Dikarenakan Janji yang tidak ditepati dapat merusak hubungan antara anak dan orang tua.
Pembentukan Karakter: Pengalaman ini dapat membentuk karakter anak. Ia mungkin menjadi lebih skeptis terhadap janji-janji orang lain atau menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Kumpulan cerita pendek Di Tengah Keluarga karya Ajip Rosidi, menyajikan gambaran yang mendalam tentang dampak perceraian orang tua terhadap anak. Melalui tokoh "aku", Ajip Rosidi berhasil menggambarkan berbagai emosi dan perasaan yang kompleks yang dialami oleh anak-anak yang mengalami perceraian orang tua. Melalui cerpen ini, Ajip Rosidi ingin menyadarkan kita akan dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh perceraian terhadap anak. Perceraian bukan hanya sekadar masalah antara dua orang dewasa, tetapi juga memiliki konsekuensi yang signifikan bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT