Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Resensi Novel Kalau Tak Untung
25 Oktober 2022 15:25 WIB
Tulisan dari SITI RINJANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Identitas Novel
- Judul Buku: Kalau Tak Untung
- Penulis: Selasih (Sariamin Ismail)
ADVERTISEMENT
- Tebal Buku: 152 halaman
- Penerbit: Balai Pustaka
- Cetakan: 27, 2011
- Harga buku: Rp 52.000,00
- ISBN: 979-407-086-6
Pendahuluan
Kalau Tak Untung adalah novel karya penulis yang berasal dari Sumatra barat yaitu Sarimin Ismail yang lebih dikenal dengan nama pena selasih. Selasih, merupakan seorang sastrawan angkatan Balai Pustaka. Novel ini merupakan novel pertama yang di tulis oleh penulis perempuan Indonesia yang memberikan jejak tersendiri dalam perkembangan sastra Indonesia, baik dari aspek struktur cerita hingga latar belakang pengarang, kemudian terbit pada tahun 1933.
Novel dengan jumlah 152 halaman ini melatarbelakangi penderitan kondisi sosial masyarakat yaitu sebelum kemerdekaan yang pada masa itu dengan media novel karena terinspirasi oleh kesengsaraan akibat penjajah yang sering merebut tanah dan hak-hak rakyat tanpa ganti rugi (tetapi dalam bukunya, melainkan ketidakadilan karena penjajah, masyarakat rendah mengalami kesengsaraan karena status sosial). Selain itu, ia juga mengkritisi beberapa tradisi daerah terkait mana yang harus ditinggalkan dan mana yang harus dipertahankan.
ADVERTISEMENT
Sinopsis
Kalau Tak Untung menceritakan kehidupan Rasmani, seorang wanita muda. Ia berasal dari keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan di atas segalanya, meskipun lingkungan sekitarnya masih mematuhi undang-undang yang membatasi akses perempuan ke pendidikan. Upaya Rasmani untuk menjadi guru tidak digagalkan oleh ketidaksepakatan dengan lingkungannya. Ia juga mengagumi Masrul, seorang pemuda yang sependapat dengannya bahwa perempuan harus memiliki akses pendidikan. Dalam budaya Minangkabau, perkawinan sedarah juga tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh Rasmani dan Masrul.
Keluarga Rasmani mendukung keputusannya untuk mencari pendidikan tinggi dan berkarir sebagai guru, sementara keluarga lain mengabaikan pendidikan dan menikahkan anak perempuan mereka saat mereka masih muda. Karena ideologi mereka yang berbeda, penduduk desa mengolok-olok orang tua Rasmani karena berusaha membiayai pendidikannya. Mereka percaya bahwa perempuan tidak boleh pergi ke sekolah, sebaliknya harus menikah muda dan mengurus rumah.
ADVERTISEMENT
Status sosial, yang menjadi penghalang utama hubungan Masrul dan Rasmani, adalah contoh penderitaan terkait status. Ibu Masrul tidak membolehkan Masrul menikah dengan Rasmani karena dia miskin, tetapi kemudian Masrul memilih untuk menikahi Muslina daripada Rasmani karena kekayaan dan status sosial Muslina yang unggul. Untuk menunjukkan bahwa ada pemikiran dari generasi muda, yang polanya berbeda, lebih tinggi, dan lebih mengikuti perkembangan zaman, di tengah latar belakang sosial kuno dan mengikuti konvensi, ada dua pola pikir (kuno dan modern), dihadirkan dalam cerita ini untuk menggambarkan menggambarkan bahwa di tengah latar sosial yang kuno dan mengikuti adat istiadat, ada juga pertentangan dari generasi muda yang pola pikirnya sudah berbeda, lebih berpendidikan, dan lebih sesuai zaman.
ADVERTISEMENT
Kelebihan
Kelebihan buku ini adalah pembaca mampu memahami dengan jelas latar belakang sosial budaya masyarakat minang, sehingga memberikan kesan bahwa mereka dapat memahami atau mengalami kehidupan minang saat itu. Membaca buku ini memudahkan pembaca untuk memvisualisasikan peristiwa yang terjadi di benak mereka dengan memulai dari sudut pandang dan cara berpikir para tokoh, tradisi yang dijunjung, dan bahasa yang digunakan. Selain itu, karakter setiap tokoh ditulis dengan baik, memungkinkan pembaca untuk berempati dengan mereka dan memahami perjuangan mereka. Kehidupan Rasmani dan Masrul digambarkan secara akurat dan realistis, dan dengan demikian menyoroti pelajaran moral penting yang dapat diterapkan pembaca dalam kehidupan mereka sendiri.
Kelemahan
Novel ini menggunakan ejaan yang sudah tertinggal zaman, karya ini sampai sekarang sulit ditemukan dan berbagai variasi gaya bahasa yang kurang. Kekurangan buku ini terletak pada cara penulisan kata dan penyusunannya. Meskipun menggunakan ejaan biasa, buku ini berisi kata-kata non-standar tertentu termasuk "masjid", "menyenangkan", dan "khabar". Selain itu, ada beberapa istilah lokal yang tidak didefinisikan, sehingga membingungkan pembaca yang tidak terbiasa dengan budaya dan menyulitkan mereka untuk mengikuti cerita dan terdapat kesalahan format pada halaman 151, dimana sebuah paragraf memiliki jenis dan ukuran tulisan yang berbeda dengan paragraf-paragraf lainnya.
ADVERTISEMENT
Penutup
Buku ini saya sarankan kepada siswa di pendidikan dasar dan menengah karena dapat mengajarkan mereka tentang negara Indonesia pra-kemerdekaan, tradisi Bukit tinggi kuno, dan memiliki banyak moral yang penting bagi generasi muda untuk memahami tentang kekayaan, hubungan, pendidikan, dan bahkan menjadi orang tua.
Kisah Rasmani dan Masrul menyadarkan kita untuk menghormati orang-orang di sekitar kita, menghindari godaan kekayaan, serta menuruti perintah orang tua. Selain itu, buku ini telah disetujui oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional sebagai memenuhi kriteria buku untuk digunakan sebagai alat pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah yang dianggap layak oleh siswa.
Karena akhir yang tragis, saya tidak menyarankan buku ini kepada siapa pun yang mencari hiburan. Secara umum, siapa pun yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang adat istiadat dan cara hidup orang Minang sebelum kemerdekaan
ADVERTISEMENT