Konten dari Pengguna

Bagaimana Novel Pasta Kacang Merah Mengajarkan Tujuan Hidup?

Siti Rohimah
Mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan
31 Oktober 2024 23:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Rohimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam hidup yang penuh dengan kesibukan dan rutinitas, kita sering terjebak dalam pola yang sama setiap harinya. Di tengah hiruk-pikuk dunia, kita mungkin lupa untuk bertanya: Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Novel Pasta Kacang Merah karya Durian Sukegawa memberikan perspektif mendalam tentang pentingnya mencari makna hidup di luar rutinitas harian dan bagaimana kita bisa menemukan tujuan yang lebih berarti melalui diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Tokoh utama dalam novel ini bernama Sentaro, dia mengelola sebuah toko Dorayaki di Jepang. Meski terlihat sukses dari luar, ia menjalani hidupnya tanpa gairah, menganggap pekerjaannya sekedar sarana untuk bertahan hidup. Rutinitasnya begitu monoton sehingga ia hampir tak punya waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar membuat hidupnya berharga. Lalu datanglah Tokue, seorang wanita tua (76) dengan keterampilan membuat pasta kacang merah yang istimewa. Melalui keahliannya, Tokue mengajarkan Sentaro bahwa ada kebahagiaan dalam detail kecil dan kesederhanaan.
Tokue menunjukkan bahwa membuat pasta kacang merah bisa menjadi pengalaman yang penuh makna jika dikerjakan dengan hati-hati dan kesabaran. Bagi Tokue, memasak bukan hanya tentang hasil akhir tetapi tentang menghargai prosesnya. Ia mencurahkan perhatiannya pada setiap langkah, dari memilih bahan yang tepat hingga mengaduk adonan dengan penuh perhatian. Melalui filosofi sederhana ini, Tokue mengajarkan bahwa hidup bisa menjadi lebih berarti ketika kita benar-benar hadir dalam setiap tindakan, berfokus pada kualitas diri, bukan hanya pada tujuan akhir.
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini, hubungan antara Tokue dan Sentaro mengajarkan kita bahwa makna hidup bisa ditemukan di luar kesibukan sehari-hari. Sentaro, yang awalnya melihat pekerjaannya hanya sebagai cara untuk membayar hutang, mulai melihat dorayaki sebagai sarana untuk mengekspresikan dirinya dan menghormati warisan budaya. Ia belajar mencintai pekerjaannya dengan cara baru, yang memberinya rasa pencapaian lebih dari sekadar keuntungan finansial. Perjalanan Sentaro memperlihatkan bahwa makna sejati sering kali ditemukan ketika kita mulai menghargai apa yang kita miliki dan membuka diri untuk memperhatikan sekitar.
Kisah Tokue juga mengajarkan Sentaro, dan kita sebagai pembaca, tentang pentingnya hubungan manusia dalam menemukan tujuan hidup. Tokue menghadapi diskriminasi yang mendalam karena sejarah penyakitnya, namun ia tetap memancarkan kedamaian dan penerimaan yang begitu tulus. Melalui interaksi dengan Tokue, Sentaro mulai memahami bahwa setiap orang membawa luka dan pelajaran hidup yang berbeda. Hubungan mereka menunjukkan bahwa dalam memahami orang lain, kita sering kali menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Novel Pasta Kacang Merah mengingatkan kita bahwa hidup tidak selalu harus penuh prestasi besar untuk bisa dianggap berarti. Kadang, makna sejati bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana yang sering kita abaikan. Dalam salah satu bagian, Tokue menyampaikan kepada Sentaro,
Kutipan ini menggambarkan pandangan hidup yang menekankan tanggung jawab pribadi atas makna hidup yang kita ciptakan sendiri, di mana pun kita berada.