Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
9 April 2023 14:39 WIB
Tulisan dari Siti Saadah Nurlaela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Istilah revolusi industri 4.0 merupakan istilah dari suatu ide yang didasari adanya revolusi industri yang ke empat kalinya. Istilah industri ini muncul di Negara Jerman tahun 2011 ketika diadakannya Hannover Fair. Dimana negara Jerman tersebut berkepentingan besar terhadap hal ini. Dengan hal tersebut Jerman bertujuan untuk mampu senantiasa menjadi yang terdepan dalam dunia manufaktur. Revolusi industri ini merupakan salah satu bagian dari kebijakan rencana pembangunannya, yang mana kebijakan pembangunan tersebut disebut dengan High-Tech Strategy 2020. Di Indonesia, perkembangan Industry 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industri, Indonesia juga harus mengikuti tren.
ADVERTISEMENT
Revolusi industri 4.0 yang pada dasarnya mengubah pola hidup, pola pikir, pola kerja yang berhubungan dengan satu sama lain. Perubahannya sangat drastis dibanding era revolusi sebelumnya.
Pada revolusi industri 1.0 ditandai dengan tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air (penemuan mesin uap), tenaga manusia dan hewan digantikan oleh mesin, pencapaian tertinggi di abad ke18 yang diiringi oleh peningkatan ekonomi negara negara di dunia menjadi enam kali lipat pendapatan perkapitanya.
Perubahan revolusi industri 2.0 ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan motor penggerak yang digunakan untuk memproduksi masal, pencapaian tertiggi di era ini adalah pesawat telpon, mobil, dan pesawat terbang.
Era revolusi industri 3.0 perubahan cukup cepat yang ditandai dengan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta otomatisasi.
ADVERTISEMENT
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya internet of atau for things yang diikuti teknologi baru dalam data dan sains, kecerdasan buatan, robotik, cloud, cetak tiga dimensi, dan teknologi nano (Ghufron, 2018).
Sejalan dengan perkembangan di era ini maka pendidikan saat ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan revolusi industri 4.0. Peserta didik di era pendidikan 4.0 berperan sebagai konektor, kreator, dan konstruktivis dalam memproduksi dan mengaplikasikan pengetahuan untuk berinovasi (Brown-Martin, 2017).
Pendidikan 4.0 secara keseluruhan akan berkontribusi dalam membangun generasi Z untuk itu diperlukan proses pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada, untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul dan bisa menggunakan teknologi yang sekarang yang teknologinya belum ditemukan. Pekerjaan ini bagi dunia pendidikan amatlah tidak mudah, apalagi para peserta didik lahir di era digital dan biasa dinamakan sebagai generasi facebook, pribumi digital atau igeneration (Tari,2011).
ADVERTISEMENT
Generasi Z didefinisikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1995-2010 sebagai kelanjutan dari generasi-generasi sebelumnya (Bencsik, Jubasz, Hortvatb-Csikos,2016). Mereka selalu online di perangkat teknis hampir tanpa berhenti. Mereka lebih sabar dan lebih lincah dari para pendahulu mereka dan mereka mencari tantangan baru dan impuls terus menerus.
Mereka tidak takut perubahan terus menerus dan karena dunia internet yang mereka miliki banyak informasi, tetapi hanya sampai batas tertentu. Untuk memecahkan masalah, mereka mencoba untuk menemukan solusi di internet (Tari, 2011). Keterampilan mengoperasi digital yg dimiliki generasi ini menjadikan kehidupan mereka menjadi mandiri dalam mencari informasi. Pendidikan saat ini mengalami perubahan yang mendasar. Greenstein (2012), mengemukakan bahwa pendidikan di era revolusi industri 4.0 dipandang sebagai pengembangan tiga kompetensi besar abad ke21, yakni kompetensi berpikir, bertindak dan hidup di dunia. Kompetensi berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Kompetensi bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi digital dan literasi teknologi. Sedangkan kompetensi hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri, pemahaman global serta tanggung jawab sosial (Firman, 2019)
ADVERTISEMENT
Dengan memasuki era revolusi industri 4.0. Beberapa bukti dapat dikemukakan, antara lain; transaksi jual beli barang serba berbasis daring, pemanfaatan teknologi informasi untuk kegiatan pembelajaran, baik yang bersifat hybrid maupun blended. Bahkan layanan perkantoran yang sudah mulai meninggalkan layanan yang berbasis konvensional dan diganti ke layanan berbasis daring.
Kita tidak bisa melepaskan atau bahkan mengabaikan fenomena-fenomena kehidupan yang terjadi pada saat ini. Fenomena-fenomena kehidupan yang ada justru perlu diantisipasi dan dijawab secara tepat sehingga kita bisa hidup nyaman dan sejahtera. Tantangan bukan dianggap sebagai hambatan justru harus diubah menjadi peluang. Bahkan Guru dan peserta didik bukan saja bersaing dengan kecerdasan sesama manusia akan tetapi harus bersaing dengan mesin atau robot. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus dapat senantiasa menunjang proses belajar mengajarnya dalam mengintegrasikan metode yang lebih inovatif (Halili, 2019)
ADVERTISEMENT
Menurut Abdullah (Alfian, 2011) bahwa di sekolah pendidikan sejarah masih berorientasi pada pendekatan cronicle dan cenderung menuntut siswa untuk menghapal sesuatu peristiwa. Guru tidak membiasakan siswa untuk mengambil sebuah makna atau nilai-nilai dari materi sejarah yang diajarkan sehingga dapat dijadikan alat bagi siswa untuk memahami segala macam peristiwa yang terjadi untuk memahami adanya dinamika dari suatu perubahan yang terjadi.
Banyak dijumpai di Era Revolusi Industri 4.0 berkembang aplikasi baru yang menyajikan penawaran pembelajaran yang lebih menarik dan secara tidak langsung sedikit mengganti peran guru dalam pemberian ilmu pengetahuan sejarah yang nama dari sejak dulu guru sejarah sering memberikan materi pembelajaran dengan system ceramah atau diskusi mengenai ilmu sejarah.
Pedidikan juga harus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbaikan mutu dan kualitas guru dalam pembelajaran sejarah diharapkan mampu mempersiapkan siswa dalam menghadapi Era Revolusi Industri dan tidak menggeser peran guru sebagai mana mestinya di tengah tantangan Disrupsi saat ini.
ADVERTISEMENT
Adapun hubungan pembelajaran sejarah dengan revolusi industri 4.0. adalah pembelajaran sejarah dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran.
Pendidikan di era revolusi industri 4.0 dipandang sebagai pengembangan tiga kompetensi besar abad ke-21, yakni kompetensi berpikir, bertindak dan hidup di dunia. Kompetensi berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Kompetensi bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi digital dan literasi teknologi.
Sedangkan kompetensi hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri, pemahaman global serta tanggung jawab sosial. Pendidikan 4.0 secara keseluruhan akan berkontribusi dalam membangun generasi Z atau igeneration. Untuk itu diperlukan proses pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada, untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul dan bisa menggunakan teknologi yang sekarang yang teknologinya belum ditemukan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, strategi, metode dan desain pembelajaran diupayakan dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga dunia pendidikan dituntut harus mampu berevolusi dalam menghadapi era industri 4.0 dengan melakukan perubahan dalam sistem pembelajaran dan penilaian di sekolah melalui sebuah pendekatan kurikulum menggunakan metode SCL (Student Centered Learning) dimana input metode pembelajarannya berpusat kepada siswa dengan harapan dapat menghasilkan output untuk meningkatkan mutu siswa dan memperoleh lulusan terbaik serta memperoleh lapangan pekerjaan sesuai bidangnya.
Maka dalam hal ini peran pendidik ialah mendidik peserta didik agar menjadi siswa yang mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya, serta menjembatani kepentingan kepentingan yang terkait, agar output sekolah tidak terpental atau terasing pada era disrupsi dan industri 4.0 ini.
ADVERTISEMENT