Konten dari Pengguna

Implementasi Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Peluang di Era Pendidikan Moderen

Siti Shiren Surayni
Mahasiswa UIN Samarinda semester 3 prodi tadris matematika
16 Oktober 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
18
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Shiren Surayni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belajar (sumber:https://www.pexels.com/id-id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belajar (sumber:https://www.pexels.com/id-id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan di Indonesia terus berkembang seiring perkembangan zaman. Salah satu perubahan terbaru adalah penerapan Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan sebagai bagian dari program Merdeka Belajar. Kurikulum ini dirancang agar sekolah, guru, dan siswa bisa lebih leluasa dalam proses belajar-mengajar. Dengan memberikan kebebasan memilih materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih terbuka dan mampu mengikuti perkembangan dunia.Namun, penerapan Kurikulum Merdeka juga menghadapi beberapa tantangan, seperti kesiapan fasilitas sekolah, keterbatasan sumber daya, dan adaptasi siswa terhadap cara belajar yang lebih mandiri. Di sisi lain, Kurikulum Merdeka juga menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam hal kreativitas, inovasi, dan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.
ADVERTISEMENT
Sejak Kurikulum Merdeka diluncurkan, banyak sekolah di Indonesia mulai menerapkannya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah SMA Negeri 1 Yogyakarta, yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka selama dua tahun. Di sekolah ini, guru-guru bebas mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi daerah. Siswa juga bisa memilih mata pelajaran yang mereka sukai, jadi belajarnya lebih personal dan sesuai dengan bakat mereka. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta, belajarnya lebih fokus pada proyek-proyek yang melibatkan banyak mata pelajaran sekaligus. Misalnya, siswa kelas 11 melakukan penelitian tentang masalah lingkungan di sekitar sekolah, yang melibatkan pelajaran biologi, geografi, dan teknologi informasi. Proyek ini membantu siswa memahami bagaimana teori di kelas bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. Tapi, ada juga beberapa tantangan yang dihadapi sekolah ini. Salah satunya adalah kurangnya fasilitas teknologi yang memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek, dan kurangnya pelatihan bagi guru dalam membuat rencana pelajaran yang fleksibel. Beberapa guru masih kesulitan untuk mengubah cara mengajar mereka yang lama dan membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk memahami Kurikulum Merdeka. Di sekolah lain, seperti SMPN 4 Bandung, penerapan Kurikulum Merdeka lebih fokus pada pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang kesulitan belajar. Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada guru untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran yang lebih inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus. Hal ini memungkinkan siswa yang sebelumnya kesulitan belajar untuk lebih mudah mengikuti pelajaran sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar mereka.
ADVERTISEMENT
Implementasi Kurikulum Merdeka membuka peluang dan manfaat yang signifikan bagi siswa, guru, dan lembaga pendidikan. Kurikulum ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih mata pelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, seperti di SMA Negeri 2 Surabaya yang menawarkan program studi STEM dan seni. Pendekatan pembelajaran yang lebih terbuka mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, seperti di SMPN 5 Jakarta yang menerapkan proyek berbasis masalah yang melibatkan kolaborasi antar siswa. Kurikulum Merdeka juga menekankan pentingnya kemandirian dalam belajar, seperti di SDN 1 Malang yang memberikan tugas merancang proyek penelitian sederhana kepada siswa. Selain itu, Kurikulum Merdeka membuka ruang bagi orang tua untuk lebih terlibat dalam proses pendidikan anak, seperti di SMPN 8 Bandung yang melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran. Dengan meningkatnya fokus pada pembelajaran berbasis teknologi, Kurikulum Merdeka memberi peluang bagi sekolah untuk memanfaatkan berbagai alat dan platform digital dalam proses belajar- mengajar, seperti di SMAK 1 Semarang yang menggunakan aplikasi pembelaiaran darina.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka membutuhkan peran aktif guru dan dukungan penuh dari sekolah. Guru berperan sebagai pengembang kurikulum di tingkat kelas, merancang dan menyesuaikan materi ajar sesuai kebutuhan siswa, dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks nyata. Guru juga berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran, mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dan mengeksplorasi ide-ide baru, dengan menggunakan pendekatan diskusi kelompok yang memungkinkan siswa saling belajar dan berbagi perspektif. Selain itu, guru memiliki tanggung jawab untuk membina karakter siswa dan mengajarkan nilai-nilai kemandirian, dengan memberikan proyek yang mengharuskan siswa untuk menentukan tujuan belajar dan menyusun rencana tindakan. Sekolah juga memiliki peran penting dalam menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru, dengan mengadakan workshop dan pelatihan berkala tentang strategi pembelajaran yang inovatif. Terakhir, sekolah harus aktif membangun kemitraan dengan orang tua dan komunitas
ADVERTISEMENT