Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Fatherless: Ketika Ayah Tak Hadir
20 Februari 2025 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari siti sofia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, ada hati yang bertanya, “Di mana ayah?” Pertanyaan sederhana ini menyimpan luka bagi mereka yang tumbuh tanpa peran seorang ayah. Fatherless adalah ketidakterlibatan peran dan figur ayah dalam pengasuhan anak. Fenomena fatherless ini bisa terjadi karena kematian, perceraian, atau ketidakmauan ayah itu sendiri untuk terlibat dalam pengasuhan anak. Tumbuh dalam keluarga tanpa peran ayah merupakan sebuah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan pertanyaan dan pencarian. Apa arti keluarga jika salah satu pilarnya hilang? Keluarga seharusnya menjadi tempat berlindung, tetapi bagi mereka yang tidak merasakan kehadiran ayah, mereka harus menciptakan rasa aman untuk berlindung dengan caranya sendiri. Fatherless bukan sekadar status, melainkan juga sebuah pengalaman jiwa yang dapat memengaruhi jalan hidup seseorang.
ADVERTISEMENT
Psikolog anak dan remaja, Elly Risman, menjelaskan bahwa anak laki-laki yang tumbuh tanpa peran seorang ayah cenderung menunjukkan perilaku agresif, nakal, seks bebas, dan bahkan penggunaan narkoba. Sementara itu, anak perempuan yang mengalami masalah fatherless lebih rentan terhadap seks bebas dan depresi. Hilangnya salah satu figur penting dalam pengasuhan dapat menciptakan ketimpangan dalam perkembangan psikologis anak. Mirisnya, Indonesia dinyatakan masuk dalam 10 besar negara dengan kasus fatherless dalam pengasuhan anak oleh Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Sebagian besar ayah hanya hadir secara fisik tanpa turut terlibat secara aktif dalam pengasuhan anak (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2020). Selain itu, Kementerian PPPA juga menyebutkan bahwa keterlibatan ayah berdampak positif bagi anak. Anak akan tumbuh dengan kematangan psikologis yang sesuai dengan usia biologisnya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi anak di masa depan.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah fatherless bisa diatasi? Ya, permasalahan ini dapat diatasi dengan membangun hubungan yang hangat serta meluangkan waktu berkualitas bersama anak. Jadwalkan waktu untuk bermain bersama anak, seperti melakukan aktivitas favorit mereka atau sekadar berbincang tentang hari-harinya. Ayah juga perlu menunjukkan perhatian dan kasih sayang secara konsisten, karena hal ini akan membangun ikatan emosional yang kuat antara ayah dan anak. Selain itu, penting bagi para ayah untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait pendidikan, kesehatan, dan masa depan anak. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa ayah benar-benar hadir dalam hidupnya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis.
Akhirnya, artikel ini mengajak kita untuk merenungkan kembali arti peran ayah dalam keluarga. Penting bagi setiap ayah menyadari besarnya dampak positif dan negatif ketika mereka terlibat atau tidak terlibat dalam pengasuhan anak. Kehadiran seorang ayah bukan sekadar tentang memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga tentang memberikan dukungan emosional, bimbingan, dan rasa aman yang dibutuhkan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang matang dan tangguh. Mari kita bersama-sama memperbaiki fenomena fatherless ini dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga, demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
ADVERTISEMENT