Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Teater dan Drama Realis: Apakah Sulit Jika Dipentaskan?
18 Oktober 2021 14:08 WIB
Tulisan dari Siti Hafifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu lihat pertunjukan drama sama seperti kehidupanmu? Atau konflik cerita yang dibawakan, pernah kamu alami? Jika semua pernah terjadi, tandanya kamu sedang menyaksikan teater realisme. Yuk, kita kenali apa itu teater dan drama realisme!
Teater adalah suatu kegiatan yang menggunakan tubuh untuk menyampaikan suatu pesan dan emosi yang dapat menjadi sebuah pertunjukan karya seni. Kekuatan teater berasal dari tiga unsur, yaitu pekerja, tempat, dan penikmat. Tanpa ketiga unsur tersebut, teater tidak dapat berjalan. Awalnya, teater diciptakan sebagai bentuk upacara para dewa yang mengandung kekuatan gaib yang dianggap supranatural. Kata-kata yang diungkapkan pada saat itu terjadi secara spontan (mantra) atas karangan dukun tanpa adanya naskah. Seiring berjalannya waktu, teater mulai dipergelarkan di Yunani dan menggunakan naskah. Cerita yang diangkat juga berubah menjadi lakon tentang manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia drama dan teater, kita dapat melihat berbagai aliran yang menjadi tema dalam pertunjukannya. Salah satunya adalah “Drama dan Teater Realisme". Aliran realisme mulai berkembang sekitar tahun 1850-an, terutama di bidang teater Prancis. Pada aliran ini, penulis berusaha agar drama yang ditampilkan dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari. Terciptanya aliran ini adalah hasil dari ketidakpuasan kaum realis terhadap idealisme kaum romantik yang dinilai tidak dapat terwujud. Singkatnya, aliran realis ingin membuat penonton takjub melihat “kehidupan nyata” ditampilkan di atas panggung.
Tokoh-tokoh teater dunia yang beraliran realisme antara lain Dumus JR, Augier, Ibsen (Prancis); Pinero Joans, Galsworthy, dan Shaw (Inggris); Nikolai Gogol, Ostrovsky (Rusia). Teater realis mulai dikenal setelah zaman perang berakhir. Grup teater yang mengenalkan teater realis untuk pertama kalinya adalah grup Teater Maya yang dipimpin oleh Umar Ismail. Teater realisme mengalami perkembangan setelah lahirnya ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) dan beberapa perguruan tinggi kesenian lainnya. Naskah-naskah drama Indonesia yang beraliran realis antara lain: Titik-titik Hitam karya Nasjah Djamin, Malam Jahannam karya Motinggo Busye, Domba-domba Revolusi karya Bambang Soelarto, dan Mutiara dari Nusa Laut karya Umar Ismail.
ADVERTISEMENT
Idealisme aliran realisme adalah ingin menghidupkan illusion of reality dalam panggung, yaitu membuat penonton seakan lupa kalau mereka sedang menonton teater. Oleh sebab itu, para pemain teater harus bekerja keras dan berusaha mewujudkan itu. Mulai dari tata panggung, penampilan, kostum, dan yang terpenting emosi dan bahasa yang harus sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan semua itu harus diperhatikan secara mendetail, sehingga penonton benar-benar merasakan kesamaan penampilan realis dengan kehidupan sehari-hari.
Seperti yang terdapat dalam naskah realis "RT Nol RW Nol" karya Iwan Simatupang. Naskah ini menceritakan tentang kehidupan yang terjadi di kolong jembatan. Tokoh-tokoh yang berperan antara lain: Kakek, Pincang (Seorang Pengemis), Ani, Ina (seorang PSK/perempuan tunasusila), Bopeng (Seorang kelasi kapal), dan Ati (perempuan malang yang ditinggalkan suaminya). Kakek, Pincang, Ani, Ina, dan Bopeng merupakan orang-orang yang tak saling kenal dan dipertemukan di kolong jembatan, sehingga mereka akrab menjadi sebuah keluarga. Pembawaan Ani dan Ina sebagai seorang tunasusila, harus digambarkan sebagai seorang wanita yang centil, menggoda, dan pekerja keras. Aktor yang memerankan Ani dan Ina harus berusaha keras menghayati peran, agar berhasil membawakan peran tersebut.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan Pincang, Kakek, dan Bopeng yang saling akrab walaupun memiliki banyak perbedaan satu sama lain. Tidak boleh ada rasa canggung diantara satu sama lain. Naskah yang dibaca juga bukan sekadar tulisan yang dihafal dan harus diucapkan. Namun harus dirasakan dan dibayangkan seolah-olah kita ikut merasakan suka-duka dan pahitnya hidup tinggal di kolong jembatan yang tidak dianggap dan diakui oleh negara, tanpa adanya sebuah identitas.
Kemungkinan besar mengatur dan menyesuaikan emosi para tokoh dalam sebuah naskah, bisa dikatakan hal yang sulit untuk memainkan sebuah drama realis. Dibutuhkan waktu yang lama untuk menghayati watak dan pembawaan dari para tokoh tersebut. Selain itu, kita harus menjaga emosi pribadi kita. Hal ini agar tidak tercampur saat memerankan tokoh drama realis. Tata letak panggung dan kostum memang penting, akan tetapi terasa kurang jika emosi yang kita tunjukkan tidak sampai kepada penonton. Penggunaan bahasa dalam teater realis juga tidak harus baku dan bersifat nonformal.
ADVERTISEMENT
Untuk memerankan tokoh drama realis, sebaiknya kita harus meneliti dan melakukan pengamatan langsung pada tokoh aslinya. Melihat bagaimana ia bersikap, maupun berbicara dalam kehidupannya. Latihan emosi juga penting dilakukan berkali-kali, agar teater realis terlaksana dengan baik. Jika pembawaan karakter tokoh sudah kita kuasai, penonton akan kagum saat melihat kehidupan realita dibawakan di atas panggung.
Sumber:
Hasanuddin WS, Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Penerbit Angkasa, 2015.
N. Riantiarno. Kitab Teater. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011
Naskah Drama "RT NOL RW NOL" Karya Iwan Simatupang.
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 18:05 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini