Konten dari Pengguna

Efek Harga Minimum terhadap Pasar Tenaga Kerja: Perlindungan atau Hambatan?

Siti Nur Hikmah
mahasiswa universitas Pamulang
30 April 2025 8:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Nur Hikmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SUMBER:SITI NUR HIKMAH
zoom-in-whitePerbesar
SUMBER:SITI NUR HIKMAH
Harga minimum, atau yang lebih dikenal sebagai upah minimum, menjadi salah satu kebijakan penting dalam pasar tenaga kerja. Kebijakan ini ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan melindungi pekerja dari eksploitasi dan memastikan mereka mendapatkan pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti kebijakan ekonomi lainnya, penerapan harga minimum membawa dampak ganda. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga terhadap pelaku usaha dan dinamika pasar tenaga kerja secara keseluruhan.

Antara Perlindungan Pekerja dan Tantangan bagi UMKM

Di satu sisi, upah minimum berfungsi sebagai jaring pengaman bagi pekerja, memastikan mereka memperoleh bayaran yang adil. Di sisi lain, bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kebijakan ini bisa menjadi tantangan berat. Banyak UMKM beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis, sehingga peningkatan upah minimum dapat memicu pemutusan hubungan kerja atau bahkan menutup usaha mereka.
Namun, tidak semua efeknya negatif. Penetapan upah minimum yang tepat dapat mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan, meningkatkan loyalitas, serta produktivitas kerja. Oleh sebab itu, penetapan harga minimum perlu dilakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan keseimbangan antara perlindungan pekerja dan kemampuan dunia usaha.
ADVERTISEMENT

Upah Minimum: Menjamin Kesejahteraan atau Menciptakan Pengangguran?

Bagi pekerja berupah rendah, keberadaan upah minimum jelas membawa manfaat besar. Standar upah ini membantu mencegah kemiskinan di kalangan pekerja sektor informal dan sektor rendah upah.
Menurut ekonom John Maynard Keynes, upah minimum yang wajar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan daya beli masyarakat. Dengan pendapatan yang lebih besar, konsumsi terhadap barang dan jasa pun meningkat, membuka lebih banyak peluang kerja di berbagai sektor.
Namun, sisi lain dari kebijakan ini tidak bisa diabaikan. Jika upah minimum ditetapkan terlalu tinggi dibandingkan keseimbangan pasar, dampaknya bisa menjadi kontraproduktif. Perusahaan bisa mengurangi perekrutan, bahkan melakukan PHK, akibat beban gaji yang terlalu berat. Hal ini memicu pengangguran, terutama di kalangan pekerja dengan keterampilan rendah.
ADVERTISEMENT

Efek Pengangguran dan Ketidakseimbangan Pasar

Adam Smith dalam The Wealth of Nations (1776) mengingatkan bahwa intervensi terhadap mekanisme pasar, seperti menetapkan harga minimum, berisiko mengganggu keseimbangan alami antara penawaran dan permintaan tenaga kerja.
Ketika upah dipatok terlalu tinggi, permintaan tenaga kerja dari perusahaan turun, sedangkan jumlah orang yang ingin bekerja justru meningkat. Akibatnya, terjadi surplus tenaga kerja yang sulit terserap pasar. Tidak sedikit perusahaan yang akhirnya beralih ke otomatisasi atau pengurangan jumlah pekerja demi menjaga kelangsungan bisnis mereka.
Pada akhirnya, kebijakan harga minimum harus dipandang sebagai bagian dari upaya menciptakan keadilan sosial, bukan sekadar angka nominal. Keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat bersama-sama menjaga keseimbangan antara perlindungan pekerja dan keberlanjutan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang cermat, upah minimum dapat menjadi alat efektif untuk memperbaiki ketimpangan, memperkuat daya beli masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.