Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pertanian Menurut Pandangan Islam
31 Oktober 2024 8:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Siti Nurhanisyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an mencakup banyak dimensi, tidak hanya yang berkaitan dengan ketauhidan, keimanan, dan aspek spiritual, tetapi juga mencakup ekonomi, politik, sejarah, dan ilmu pengetahuan, termasuk pertanian. Meskipun Al-Qur'an tidak menjelaskan pertanian secara langsung, ia menyebutkan beberapa istilah yang terkait dengan pertanian, seperti "kebun," "buah-buahan," "pohon," dan "tanaman," yang menunjukkan adanya tanda-tanda ilmu pertanian di dalamnya.
Hal ini dibuktikan oleh ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqoroh ayat 265 yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat .
Allah SWT menggambarkan tentang pentingnya mengelola harta dan sumber daya dengan bijaksana untuk memberikan manfaat yang maksimal. Seperti kebun yang memerlukan perawatan agar dapat tumbuh subur dan menghasilkan buah yang melimpah, harta juga harus dikelola dengan baik melalui investasi yang bijak dan pengeluaran yang terencana. Menginfakkan harta di jalan Allah menunjukkan prioritas kita untuk menyisihkan sebagian dari kekayaan demi tujuan yang lebih besar daripada kepentingan pribadi.
ADVERTISEMENT
Dengan pengelolaan yang efektif, tidak hanya memperoleh manfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga dapat memberikan dampak positif bagi orang lain, membantu mereka yang membutuhkan, dan memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Selain itu, keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya juga penting; seperti kebun yang terus berproduksi jika dirawat dengan baik, pengelolaan harta yang bijaksana dapat menciptakan siklus keberlanjutan dalam berbagi dan membantu orang lain. Sebagai pemilik harta, kita memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya, mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan finansial kita, baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain .
Prof. M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 265 memberikan perumpamaan bagi orang-orang yang secara konsisten menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan tujuan meraih ridho-Nya. Tindakan ini merupakan upaya untuk menundukkan hawa nafsu dan mengorbankan sebagian harta yang dimiliki, yang pada gilirannya memperkuat jiwa mereka.
ADVERTISEMENT
Perumpamaan ini diibaratkan seperti kebun subur yang terletak di dataran tinggi, di mana posisi strategisnya memungkinkan pepohonan untuk menerima benih tanpa halangan, berkat proses perkawinan alami melalui angin. Kebun di dataran tinggi ini juga tidak tergantung pada air yang ada di dataran rendah, melainkan senantiasa disirami oleh hujan yang lebat atau gerimis yang cukup, sehingga tetap menghasilkan buah yang melimpah.
Keberadaan kebun di dataran tinggi, yang selalu mendapatkan air hujan dengan baik, menjadi simbol bagi orang-orang yang bersedekah dengan tulus. Meskipun jumlah sedekah yang diberikan bisa bervariasi, baik banyak maupun sedikit, hasilnya tetap akan baik dan berkali-kali lipat. Air hujan yang melimpah akan menyirami daun dan dahan, sementara sisa air yang tidak diperlukan akan mengalir ke bawah dan diserap oleh pohon-pohon lain yang membutuhkan. Dengan demikian, perumpamaan ini menggambarkan bahwa sedekah yang dilakukan dengan niat yang tulus, meskipun tidak selalu dalam jumlah besar, akan tetap berbuah manis dan memberikan manfaat yang signifikan, baik bagi pemberi maupun penerima .
ADVERTISEMENT