Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Mengapa Transformasi Budaya Organisasi Menjadi Kunci di Era Modern?
17 Januari 2025 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sity Sekar Nurkomala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa Program Studi Manajemen, saya selalu tertarik untuk mempelajari bagaimana organisasi bekerja dari dalam. Teori-teori yang saya pelajari di kelas, seperti konsep budaya organisasi yang dijelaskan oleh Stephen P. Robbins (2003), sering membuat saya membayangkan bagaimana semua itu diterapkan dalam dunia nyata. Saya membayangkan bagaimana budaya organisasi, dengan tujuh karakteristik utamanya seperti inovasi, orientasi hasil, hingga stabilitas, bisa menjadi penentu keberhasilan suatu perusahaan.
ADVERTISEMENT
Hal ini semakin nyata ketika saya menjalani magang di sebuah startup beberapa waktu lalu. Di sana, saya melihat sendiri bagaimana budaya organisasi berperan besar dalam membentuk dinamika kerja. Kantor yang penuh warna, suasana yang santai, dan tim yang energik mencerminkan budaya organisasi yang sangat mendukung inovasi.
Manajemen Puncak: Sang Arsitek Budaya
Dalam pengalaman magang tersebut, saya melihat betapa kuatnya peran manajemen puncak dalam membentuk budaya organisasi. CEO perusahaan itu, seorang pemimpin muda yang sangat inspiratif, selalu mendorong kami untuk berpikir kreatif dan mengambil risiko. "Jangan takut gagal," katanya suatu hari saat berbicara di depan tim. "Yang penting, kita belajar dan terus mencoba."
Ucapan itu bukan hanya kata-kata kosong. Keputusan-keputusan yang diambil, kebijakan yang dibuat, hingga cara penghargaan diberikan mencerminkan nilai-nilai tersebut. Sebagai mahasiswa, saya merasa ini seperti melihat teori langsung diimplementasikan. Manajemen puncak memang menjadi "duta besar" budaya perusahaan, dan perilaku mereka memberikan sinyal kuat kepada seluruh karyawan.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi: Menyambut Wajah Baru
Ketika pertama kali bergabung dalam magang, proses sosialisasi menjadi kunci bagi saya untuk memahami budaya perusahaan. Ada tiga tahap utama yang saya alami:
Belajar dari Cerita dan Simbol
Di perusahaan tempat saya magang, budaya organisasi tidak hanya diajarkan, tetapi juga dirasakan. Saya mendengar banyak cerita inspiratif, seperti bagaimana tim berhasil mencapai target besar meski dalam tekanan waktu. Ada juga ritual mingguan seperti "sharing session" yang memperkuat nilai kolaborasi. Semua itu membuat saya merasa terlibat dan termotivasi.
ADVERTISEMENT
Elemen visual seperti desain ruang kerja tanpa sekat juga menjadi simbol keterbukaan dan kolaborasi. Selain itu, bahasa khusus yang digunakan tim, seperti "sprint" dan "retrospektif," menjadi identitas kami sehari-hari. Semua ini mengajarkan saya bahwa budaya organisasi bukan hanya teori, tetapi sesuatu yang nyata dan hidup.
Transformasi Budaya: Menjawab Tantangan Zaman
Namun, saya juga belajar bahwa budaya organisasi tidak bisa stagnan. Di era digital ini, perusahaan harus fleksibel dan adaptif. Contohnya, ketika pandemi melanda, perusahaan tempat saya magang harus beralih ke kerja jarak jauh. Ini mengubah cara kami berkomunikasi dan bekerja.
Transformasi ini tidak mudah. Tetapi, komitmen manajemen puncak dan keterlibatan semua karyawan membuat perubahan itu berhasil. Sebagai mahasiswa, pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya adaptasi dan inovasi dalam mempertahankan budaya organisasi yang relevan.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa manajemen, budaya organisasi adalah elemen penting dalam keberhasilan jangka panjang perusahaan. Ia bukan hanya sekadar "aturan tak tertulis," tetapi juga investasi untuk masa depan. Transformasi budaya mungkin membutuhkan waktu dan usaha, tetapi hasilnya akan terasa bagi semua pihak di dalam organisasi. (Sekar)
Sumber Buku: Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017). Organizational Behavior (17th ed.). Pearson Education. ISBN: 978-0-13-410398-3.
Sity Sekar Nurkomala, Mahasiswi Manajemen Universitas Nusa Putra