Konten dari Pengguna

Analisis Apresiasi Cerpen “Diangkat dari Kemelaratan” Karya WS. Rendra

Siva Risthavania
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17 Oktober 2022 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siva Risthavania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
buku cerpen karya W.S Rendra
zoom-in-whitePerbesar
buku cerpen karya W.S Rendra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diangkat dari Kemelaratan” salah satu cerpen bertemakan sosial karena mengisahkan tentang seorang tokoh yang berbuat baik kepada keponakannya untuk memperbaiki cara hidup dan masa depannya tetapi pada akhirnya usaha yang dilakukan sia-sia keponakannya tetap tidak dapat diatur dan memilih untuk hidup seperti dulu kehidupan yang bebas dalam kemelaratan.
ADVERTISEMENT
Terdapat dua tokoh dalam cerpen ini “Diangkat dari Kemelaratan”. Tokoh pertama adalah Raden Harjo. Dalam cerpen tersebut Raden Harjo memiliki karakter yang baik, sabar, perhatian. Kebaikan Raden Harjo terlihat dari keputusannya untuk memperbaiki hidup keponakannya yang bernama Asbul dari desa Baturetno yang memiliki kehidupan luntang-lantung dan tidak terurus. Kesabaran Raden Harjo terlihat dari caranya menghadapi sikap keponakannya yang sulit diatur, seperti mengajarkan etika di meja makan dengan benar, cara menggunakan pisau dan garpu, mengajarkan cara menjaga kebersihan diri dan juga cara berpenampilan dengan baik.
Karakter perhatian Raden Harjo terlihat dari segi dia memperhatikan tingkah laku keponakannya serta memberi fasilitas terbaik untuk kebutuhan sehari-hari dan pendidikan kepada keponakannya. Hal tersebut diperjelas dalam narasi “Untuknya, disediakan dua buah kamar yang indah, lengkap dengan segala perabotannya. Sebuah kamar tidur, sebuah kamar merokok. Perabotnya sangat indah, dan kamar itu penuh dengan perhiasan-perhiasan dari perak serta guci-guci jelita. Lemari pakaiannya penuh dengan pakaian yang mahal-mahal. Sebentar kemudian, datang pula selusin sepatu dan sandal untuknya.”
ADVERTISEMENT
Tokoh kedua dalam cerpen ini adalah Asbul keponakan Raden Harjo. Dalam cerpen dikisahkan bawah sosok Asbul telah terkenal sebagai tukang luntang-lantung yang kurang ajar, memiliki kegemarannya berjudi. Pendidikannya hanya sampai sekolah Rakyat kelas V, Berandal berkelahi. Asbul juga berpenampilan seperti seseorang yang tidak terurus. Hal itu diperjelas dalam narasi “Ketika Raden Harjo mengenakan kacamatanya baik-baik, tampaklah kepadanya seorang makhluk yang menyebabkan ia mengangkat sebelah alis matanya. Di hadapannya berdirilah seorang pemuda yang kotor badan dan mukanya, serta kumal pakaiannya. Rambut pemuda itu berantakan bagai serumpun alang-alang yang dilanda topan. Matanya merah kotor. Tangannya penuh daki. Kakinya kasar telanjang seperti kaki sapi.”
Sikap kurang ajar Asbul terlihat dari pemikiran tentang pamannya yang cerewet dan ia merasa terkekang, sikap tersebut diperjelas pada narasi berikut “kemenakan itu merasa bahwa dirinya terlalu direpotkan oleh kerewelan pamannya Pemuda yang biasa liar itu merasa hampir sakit saraf karena harus melatih diri membuang puntung rokok dan abu rokok ke dalam asbak. Lama-lama ia berpendapat bahwa pamannya terlalu cerewet dan ia terlalu dikekang sehingga tak bisa berkelakuan dengan leluasa. Ia kesal bahwa apabila duduk di kursi kakinya tak bisa ditaruhkan di atas meja. Ia kesal bahwa ia akan dianggap salah apabila membersihkan ingus hidungnya dengan jari-jarinya dan tidak dengan sapu tangannya. Dan, ia telah dilarang keras untuk mencari angin tanpa baju biarpun hari panasnya seperti neraka. Akhirnya, ia tak bisa menahan diri lagi, lalu akan minggat, Namun, maksudnya itu segera ketahuan dan pamannya lalu memerintahkan segenap pelayannya untuk mencegah niatnya itu.”
ADVERTISEMENT
Latar tempat cerpen ini kebanyakan terjadi rumah Raden Harjo di solo, karena Raden Harjo membawa Asbul tinggal bersama untuk memperbaiki kehidupan keponakannya itu. Latar tempat lainnya adalah negara Singapura. Raden Harjo membawa keponakannya Asbul ke Singapura untuk bisa memperhatikan dunia perdagangan dengan saksama. Selain itu, beberapa latar tempat lain yang juga ada di dalam cerpen ini, yaitu kamar, meja makan. Latar waktu dalam cerpen hanya tertulis beberapa hari kemudian dan tidak dijelaskan secara spesifik.
Suasana yang digambarkan dalam cerpen ini pun didominasi oleh suasana kesal dan marah. Suasana kesal terjadi karena sikap Asbul yang tidak dapat diatur, ia malah berpendapat pamannya terlalu cerewet dan merasa ia terlalu di kekang sehingga tidak bisa berkelakuan dengan leluasa. Suasana marah juga tergambarkan saat Raden Harjo marah-marah dengan hebatnya karena Asbul telah menghilang selama dua hari di Singapura dengan seorang gadis bar dan kemarahan berlanjut saat mendengar jawaban Asbul bahwa ia lebih tertarik untuk bersawah di banding melanjutkan perusahaan batik milik pamannya.
ADVERTISEMENT
Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju. Dikatakan demikian karena semua berawal dari keputusan Raden Harjo yang ingin memperbaiki kehidupan Asbul keponakannya dengan membawanya tinggal bersama di solo sampai diberikan pendidikan yang baik bahkan di ajak ke Singapura untuk memperlihatkan dunia perdagangan.
Cerpen “Diangkat dari Kemelaratan” merupakan cerita pendek karya Dr. Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. atau dikenal sebagai W.S. Rendra. Beliau adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Beliau lahir di Solo, 7 November 1935. Latar tempat yang diangkat dalam cerpen tersebut banyak terjadi di rumah Raden Harjo di solo, Hal itu terjadi karena adanya keterkaitan antara tempat kelahiran penulis.
ADVERTISEMENT
Cerita yang dikisahkan oleh WS. Rendra ini juga berhasil menimbulkan emosi yang beragam, seperti emosi kesal dan kecewa. Emosi kesal timbul karena cerpen tersebut menggambarkan respon Asbul terhadap sikap pamannya, respon cuek dan kurang ajarnya menyebabkan pembaca ikut terbawa emosi kesal dan geregetan terhadap sikapnya. selain itu emosi kecewa juga timbul karena prihatin terhadap Raden Harjo yang telah melimpahkan perhatiannya tetapi usaha yang dilakukan sia-sia keponakannya tetap tidak dapat diatur dan memilih untuk hidup seperti dulu kehidupan yang bebas dalam kemelaratan.
Sudut pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga, yaitu si penulis. Penulis mengisahkan tentang seorang paman yang kaya raya dan seorang keponakan yang hidup dalam kemelaratan. Sang paman berniat memperbaiki kehidupan keponakannya yang bermula Luntang-lantung dan liar menjadi seseorang yang memiliki masa depan cerah tetapi usaha yang dilakukannya sia-sia karena keponakannya justru merasa terkekang oleh usaha yang dilakukan oleh pamannya.
ADVERTISEMENT
Amanat yang terkandung dalam cerpen “diangkat dari kemelaratan” adalah setiap orang punya dunia dan cita-cita sendiri. Sebagai orang tua hanya mengajarkan dan mengarahkan hal yang baik untuk masa depan tetapi tidak dapat memaksakan kehendaknya.
Kelebihan cerpen “diangkat dari kemelaratan“ menurut saya bahasa cerpen yang digunakan mudah dipahami dan deskripsi kejadiannya lengkap sehingga cerpen ini menarik untuk dibaca. Tetapi cerpen ini memiliki kekurangan, yaitu latar waktu tidak secara jelas digambarkan dengan akurat dalam cerpen hanya tertulis beberapa hari kemudian.