5 Tantangan Ibu Milenial, Mana yang Paling Sulit?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
28 Desember 2022 9:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
5 Tantangan Ibu Milenial, Mana yang Paling Sulit?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Nama saya Amara (36 tahun) seorang ibu milenial, yang berarti lahir antara tahun 1980-2000. Layaknya ibu lain di generasi saya, saya cukup melek teknologi, piawai menggunakan smartphone, dan tentunya rajin main media sosial. Saya bersyukur dengan adanya teknologi, saya bisa berbagi foto dengan keluarga dan teman, juga berbagi inspirasi lewat media sosial. Saya pun terbantu dengan adanya layanan delivery makanan dan online shop, yang membantu saua menghemat waktu. Walau seolah serba mudah, menjadi ibu milenial ternyata penuh tantangan yang tak mudah, seperti...."
ADVERTISEMENT
“...rasanya, tak pernah cukup baik…”
Dengan adanya media sosial, kita jadi tahu apa saja yang dilakukan para ibu lain. Mulai dari playdate mereka yang penuh edukasi, bekal sehat anak yang dibuat dengan unik dan kreatif, dan anak-anak manis baik hati yang mereka didik dengan baik. Sementara, kita berjuang dengan tantrum, bekal seadanya, dana yang ‘ngepas’ untuk menyenangkan hati anak hanya dengan pergi ke minimarket terdekat. Walau apa yang terlihat di media sosial tak selamanya fakta, tapi sekelibat melihat kesempurnaan di luar sana sempat membuat kita merasa tak cukup baik.
“...terlalu banyak informasi”
Alih-alih mendengarkan nasihat atau intuisi, kita para ibu milenial menyerahkan sumber informasi pada Google dan mendapatkan hasil yang banyak (terlalu banyak keadaan) karena sulit untuk mengetahui mana yang paling tepat. Semua website, semua blog rasanya ‘benar’. Akhirnya, kita mengkombinasikan semua jawaban dan hasilnya… ya, tentu saja tak semua berhasil. Informasi yang terlalu banyak tak lagi membuat kita menjadi mudah mencari jawaban, tapi malah membuat kita makin terpuruk dalam kegelisahan memutuskan mana yang terbaik.
ADVERTISEMENT
“...teknologi menjauhkan kita dari anak-anak”
Idealnya, teknologi membuat kita menghemat banyak waktu. Sehingga, kita jadi punya waktu lebih banyak untuk bercengkrama dengan anak, dan waktu yang berkualitas untuk keluarga. Realitanya, media sosial membuat kita jadi kecanduan, dikit-dikit cek postingan, selesai cek email, eh muncul pesan WhatsApp dari teman.
“Balas sebentar,” pikir kita, berujung ngobrol berjam-jam, sampai waktunya harus mengerjakan kewajiban yang tertunda. Akhirnya, waktu bersama anak pun hilang. Saat mereka meminta haknya, kita terpaksa memberi mereka gagdet supaya kita bisa menyelesaikan pekerjaan rumah.
“...semua serba instan”
Di era microwave dan air fryer di mana semua serba instan dan cepat, kita dituntut untuk tetap bisa mengajak anak untuk mengapresiasi kehidupan dan menikmati hal kecil yang terjadi di sekeliling kita. alih-alih menggunakan alat untuk memasak lebih instan, menikmati proses memasak bersama anak bisa menjadi hal yang menyenangkan. Atau, sesimpel berjalan kaki bersama di pagi hari dan bermain sore di luar rumah sambil menunggu indahnya matahari terbenam.
ADVERTISEMENT
“...menjaga anak-anak dari dunia digital yang adiktif”
Kalau kita saja bisa terbawa dengan media sosial yang mengambil banyak waktu kita, apalagi anak-anak dengan suguhan tontonan yang variatif dan membuka dunia di depan matanya. Sangat mudah dunia digital ‘mengambil’ anak kita dari dunia nyatanya. Anak menjadi tak bisa (dan tak kuat) bosan, karena terbiasa mudah mendapat kesenangan hanya dengan mengklik satu tombol. Betapa sulitnya kini untuk membuat anak aktif bergerak, bermain, berkreasi, belahar tanpa melibatkan gagdet (plus membiarkan mereka untuk merasakan bosan).
Semua ibu -apapun zamannya- pasti memiliki tantangannya masing-masing. Kita, sebagai ibu milenial dengan tantangan di dua dunia (nyata dan maya) perlu bersikap mindful dengan setiap hal yang kita lakukan.
ADVERTISEMENT
Singkirkan ponsel saat bersama anak, buat jadwal untuk menggunakan gagdet sehingga tak memengaruhi waktu berkualitas kita dengan anak dan keluarga. Buat memori yang berarti, karena waktu terasa akan lewat begitu saja ketika kita tak menikmatinya.
Tak ada salahnya bersiap menghadapi anak yang
Image by Lifestylememory on Freepik