news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

8 Alasan di Balik Menunda Kehamilan Setelah Menikah

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
15 Januari 2020 8:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
8 Alasan di Balik Menunda Kehamilan Setelah Menikah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Semoga cepet dapet momongan ya..”, “Udah isi belum?”, atau “Kapan nih aku dikasih ponakan?” merupakan komentar yang kerap diterima oleh pasangan baru. Di Indonesia, pertanyaan tersebut dianggap wajar, sama wajarnya dengan pertanyaan “kapan menikah” dan “kapan nambah momongan”. Memiliki keturunan merupakan hal yang dianggap satu paket dengan pernikahan, seperti tujuan awal manusia untuk hidup berpasangan.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, tidak semua pasangan baru berencana untuk langsung memiliki keturunan. Zaman sudah jauh berubah, begitu pula dengan pola pikir manusianya. Generasi sebelum pemerintah mencanangkan program KB dengan mudahnya memiliki anak 6, 10, bahkan 14. Namun, pasangan milenial mulai berani mengambil keputusan untuk menunda kehamilan setelah menikah dengan berbagai pertimbangan. Agar Anda lebih mudah memahami keputusan mereka (tanpa menghakimi atau menganggap mereka tidak bersyukur), berikut ini adalah alasan di balik pasangan baru yang menunda kehamilan menurut Karina Negara, B.A, M.Psi, Psikolog dari KALM online counseling:
1. Memahami bahwa memiliki anak bukanlah tujuan utama menjalin pernikahan
Tidak semua pasangan baru memutuskan untuk menikah karena ingin memiliki keturunan semata. Ada yang memang semata ingin hidup selamanya bersama dengan orang yang ia cintai, ada juga yang menganggap bahwa memiliki anak tidak dapat menjamin kebahagiaan sehingga tidak perlu terburu-buru.
ADVERTISEMENT
Hal ini penting untuk dipahami mengingat tidak semua orang mengerti tujuan pernikahan. Menikah dianggap sebagai bagian dari tahapan kehidupan semata. Karenanya, setiap orang dalam pernikahan harus tahu tujuan/alasan ia mau menikah. Bukan hanya untuk punya anak dan bukan 'supaya bahagia'. Bahagia harus ditemukan secara pribadi.
2. Masih dalam proses menabung agar dapat memberikan stabilitas finansial pada anak
Punya anak itu mahal. Di era di mana pendidikan menjadi salah satu kebutuhan primer dan kesehatan menjadi begitu mahal harganya, stabilitas finansial pasangan baru menjadi alasan di balik menunda kehamilan. Tidak semua pasangan memiliki keyakinan bahwa menikah itu membuka pintu rezeki. Ada yang memang merasa lebih aman memiliki anak ketika memiliki pekerjaan tetap atau jumlah tabungan tertentu.
ADVERTISEMENT
3. Masih menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menyambut kehadiran anak
Memiliki anak membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sebagian pasangan baru tidak mantap memiliki anak jika masih menumpang di rumah orang tua. Ada juga yang sudah tinggal sendiri namun tempat tinggalnya tidak ramah anak (misal, banyak polusi, lingkungan sosial buruk). Bisa juga, pasangan baru tersebut masih menjalani pernikahan jarak jauh atau long-distance marriage.
4. Ingin mengambil waktu untuk membekali diri dengan kesiapan mental dan mengembangkan diri secara personal agar nantinya dapat menjadi orang tua yang baik
Misalnya, dengan melakukan riset dengan cara wawancara teman/keluarga yang sudah punya anak, ikut parenting class/seminar, secara bijak menyusun hal-hal realistis yang harus dipersiapkan, sedang konseling untuk meningkatkan atau menjaga kesehatan mental untuk mencegah terjadinya post-partum depression (mungkin tidak ada masalah klinis, mungkin ada sejarah depresi), sedang konseling untuk mengatasi trauma yang dapat secara signifikan memengaruhi pola asuhnya nanti.
ADVERTISEMENT
5. Salah satu pasangan atau keduanya menderita kondisi medis yang harus disembuhkan terlebih dahulu
Kondisi medis pasangan bisa menjadi alasan pasangan baru untuk menunda kehamilan, seperti diabetes pregestational, penyakit klep jantung, kanker endometrium, dan HIV/AIDS.
6. Ingin menikmati dan menyesuaikan hidup baru berdua terlebih dahulu
Tren menikah muda akhir-akhir ini mungkin membuat pasangan baru memerlukan lebih banyak waktu untuk saling mengenal. Mungkin juga, waktu pacaran yang mereka miliki terlalu singkat sehingga ingin menikmati 'pacaran' lebih lama setelah menikah tanpa terganggu oleh kehadiran anak.
7. Ingin menjaga tingkat kepuasan pernikahan
Berbagai riset menemukan bahwa memiliki anak ternyata cenderung mengurangi tingkat kepuasan pernikahan seiring berjalannya waktu. Karenanya, wajar bagi pasangan baru untuk menunda kehamilan sampai merasakan kebutuhan bahwa anak akan melengkapi kebahagiaan mereka.
ADVERTISEMENT
8. Sebelum menikah belum bersama-sama memutuskan apakah ingin memiliki anak
Mengingat banyak pasangan menikah sebagai bagian dari tahapan kehidupan, pembicaraan mengenai perencanaan keluarga 'lupa' dibahas sebelum menikah. Bagaimana jika ternyata istri ingin berkarier terlebih dahulu sementara suami ingin segera memiliki anak agar istri dapat melahirkan lebih banyak anak di usia produktifnya? Nah, hal seperti ini yang mungkin membutuhkan waktu bagi pasangan baru untuk sepakat memiliki keturunan.
Kini, tidak perlu lagi menilai negatif keputusan pasangan baru yang ingin menunda kehamilan terlebih dahulu. Beda keluarga, beda keadaan, beda keputusan. Yang penting, mereka yang menjalani merasa bahagia.