Anak Pendek: Keturunan atau Kurang Gizi?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2021 9:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak Pendek: Keturunan atau Kurang Gizi?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai ibu, kita merasa sudah maksimal memberi nutrisi dan stimulasi agar tumbuh kembang anak sempurna. Namun, tinggi badan anak kok segitu-segitu aja, ya? Jangan-jangan, tinggi badan anak juga "jatuh tak jauh dari pohonnya" alias karena keturunan...
ADVERTISEMENT
Faktor yang memengaruhi tinggi badan
Ada dua faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak mulai sejak fase pembuahan hingga dewasa, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Pada artikel yang diunggah di Scientific American, Chao Qiang Lai dari Tufts University menyebutkan jika faktor genetik atau keturunan sangat berperan pada tinggi badan seseorang. Menurutnya, sekitar 60%-80% perbedaan tinggi badan tiap orang ditentukan oleh faktor genetik yang dibawa sejak lahir.
Sementara itu, faktor lingkungan yang baik ternyata memberi pengaruh yang besar juga pada pertumbuhan tinggi badan anak. Faktor lingkungan dapat memperbaiki faktor keturunan yang buruk di fase awal kehidupan.
Yang dimaksud faktor lingkungan ini terdiri dari lingkungan sebelum persalinan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Contoh lingkungan setelah persalinan yang memengaruhi tinggi badan anak antara lain:
ADVERTISEMENT
Jadi, benarkah anak pendek karena keturunan?
Dari daftar di atas, maka kita tidak bisa begitu saja menyatakan kalau anak pendek murni karena keturunan. Menurut Rr Dewi Ngaisyah dan Septriana dalam penelitian berjudul Hubungan Tinggi badan Orang Tua dengan Kejadian Stunting, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan ayah dengan kejadian stunting atau balita pendek. Begitu pula diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting.
Akan tetapi, tinggi badan orang tua mungkin dapat memengaruhi pertumbuhan pada keturunan yang dilahirkan. Biasanya, orang tua pendek memungkinkan untuk menurunkan sifat pendek tersebut kepada anak yang dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Ada lho, cara mengetahui potensi tinggi badan anak dengan memasukkan tinggi badan kita dan pasangan ke dalam rumus. Baca caranya di sini.
Apa yang perlu ditelisik adalah terkadang pendek yang diturunkan kepada anak ternyata disebabkan oleh faktor non-genetik. Contohnya, dampak kekurangan nutrisi yang berlangsung lama dapat berpengaruh pada terjadinya hambatan dalam pencapaian tinggi badan yang sesuai dengan potensi gen.
Jadi, tidak ada perbedaan antara anak yang mengalami hambatan pertumbuhan karena faktor genetik ataupun karena faktor non-genetik. Kedua faktor saling berkaitan satu sama lain dalam menentukan tinggi atau tidaknya pertumbuhan badan anak.
Kalau pertumbuhan anak terhambat karena fator keturunan, apakah tetap dapat diukur memakai kurva pertumbuhan normal?
Baik anak yang tumbuh normal, terhambat pertumbuhannya oleh faktor genetik, maupun non-genetik dapat diukur menggunakan kurva pertumbuhan (growth chart) WHO atau yang sudah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Beberapa contoh alat ukur pertumbuhan anak yang sudah disesuaikan di ataranya KMS dan Kurva Z Score.
ADVERTISEMENT
Jika anak terhambat oleh faktor keturunan, adakah yang bisa dilakukan agar anak tumbuh tinggi?
Sebelumnya sudah dijelaskan jika faktor yang memengaruhi tinggi badan anak tidak hanya bersumber dari faktor genetik. Jikapun anak mengalami hambatan karena faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi yang tercukupi dengan baik sejak sebelum hamil, saat hamil, dan setelah anak lahir, terbukti dapat membantu pertumbuhan tinggi badan anak.
Photo created by www.freepik.com