Belajar Jadi Ayah 'LDM' dari Film Nussa

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
12 November 2021 8:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Belajar Jadi Ayah 'LDM' dari Film Nussa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Anak mana yang tak sedih ketika salah satu orang tuanya tinggal di kota berbeda, bahkan di luar negeri? Ini pula yang dirasakan Nussa, seorang anak laki-laki usia SD, dalam film berjudul sama yang sebelumnya merupakan serial animasi di YouTube. Fenomena pernikahan LDM (long distance marriage/pernikahan jarak jauh) yang semakin marak memang mau tak mau menyisakan anak-anak yang diasuh langsung lebih intensif oleh hanya salah satu orang tua saja. Namun, tak perlu berkecil hati jika kita salah satu di antara keluarga tersebut. Simak cara Abba (panggilan Nussa pada ayahnya) dalam membersamai Nussa dan Rara meski hanya secara virtual.
ADVERTISEMENT
1. Menjadi tempat bercerita di kala susah dan senang
Keluarga jarak jauh saat ini patut bersyukur karena adanya teknologi bernama video call. Video call menjadi satu-satunya cara paling riil bagi Nussa (Muzakki Ramdhan), Umma (Fenita Arie) atau ibunya, dan Rara (Aysha Razaana) adiknya untuk bisa berinteraksi dengan ayahnya yang digambarkan bekerja di bidang perminyakan di negara lain. Yang patut dicontoh, panggilan video ini rutin dilakukan bersama, baik saat Nussa menghadapi masalah di sekolahnya maupun saat percobaan sainsnya berhasil.
Saat Nussa meraih prestasi, Abba memberikan pujian. Saat Nussa tak percaya diri, Abba memberikan semangat. Saat Nussa sedih dan kecewa, Abba pun menghiburnya.
2. Memberikan perhatian penuh
ADVERTISEMENT
Dalam setiap momen ngobrol jarak jauh lewat video, Abba selalu memberi perhatian penuh pada cerita Nussa. Ayah Nussa yang suaranya diisi oleh Alex Abbad ini selalu menghadap layar dan memberikan respon dan gestur yang sesuai, sehingga anak-anaknya merasa diperhatikan.
Hal ini bertolak belakang dengan ayah (dan ibu) Jonni, teman baru Nussa sekaligus rival terberatnya dalam kompetisi sains di sekolahnya. Meskipun Jonni tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya, namun kesibukan yang tinggi membuat ayah (Imam Darto) dan ibu Jonni (Maudy Koesnaedi) kesulitan untuk mendengarkan dengan seksama dan memberi tanggapan yang tulus ketika Jonni bercerita tentang hal yang paling membuatnya bahagia.
3. Mendukung minat anak
Nussa dikisahkan sebagai anak yang gemar melakukan percobaan sains, khususnya membuat roket dari botol bekas. Hobi ini sangat didukung oleh sang ayah. Dukungan ini tidak hanya dalam bentuk motivasi, namun juga membelikan komponen elektronik yang diperlukan untuk membuat roket tersebut lebih baik performanya.
ADVERTISEMENT
4. Menjadi teman diskusi
Mendengarkan anak sepintas tak sulit, namun menjadi teman diskusi membutuhkan lebih banyak usaha khususnya bagi dua orang laki-laki yang usianya terpaut jauh. Abba berusaha untuk selalu mengimbangi pembicaraan Nussa tentang eksperimen sainsnya meskipun mungkin baginya hal tersebut sepele.
5. Tak segan meminta maaf
Membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, khususnya jika terdapat perbedaan waktu, merupakan tantangan sendiri jika menjalani pernikahan jarak jauh. Ini pula yang dialami Abba yang ternyata gagal memenuhi janjinya pada Nussa. Ia tak segan meminta maaf dan tak berusaha untuk membela diri di depan anak-anaknya, meskipun ada situasi darurat yang membuat ia tak dapat memegang janji.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah semua itu cukup?
Tentu tidak. Bagi anak, kehadiran fisik itu tetap penting. Itulah mengapa Nussa kecewa luar biasa ketika sang ayah batal pulang ke Indonesia. Nussa menjadi sangat marah, yang mana ekspresi emosi intens seperti ini tak pernah muncul dalam serial YouTube-nya.
Begitu pula Umma. Meskipun digambarkan sebagai sosok yang kuat namun lembut dan penyabar, tangis pun tak terbendung ketika ia merasa kewalahan dengan peran yang harus dijalaninya.
Sebelum ikut emosi ketika anak ngambek, ketahui dulu tahap perkembangan sosial emosional anak usia sekolah di sini.
Pentingnya support system
Di sinilah peran sosok-sosok lain dimunculkan untuk menggambarkan betapa pentingnya support system dalam keluarga LDM. Adik Umma yang bernama Tante Dewi (Dewi Sandra) selalu siap saat kakaknya membutuhkan pertolongan.
ADVERTISEMENT
Pak Ucok (Hamka Siregar), pemilik warung tempat Nussa biasa mencari komponen elektronik dari barang bekas, bahkan menyatakan bahwa dirinya ada untuk Nussa saat ia melihat Nussa bersedih.
Ini belum termasuk lingkungan sekolah yang baik, dengan teman dan sahabat, guru, bahkan penjaga sekolah yang membuat Nussa bisa menjalani hari-harinya dengan semangat.
Dari film ini, kita bisa belajar bahwa hidup berjauhan dengan anak tak berarti kehilangan peran sebagai ayah. Tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk tetap “ada” terlepas dari segala keterbatasannya.
Selamat Hari Ayah Nasional!
Credit photo: Kumparan