Benarkah Makanan Manis Bisa Bikin Anak Terlalu Aktif?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
1 Februari 2023 9:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benarkah Makanan Manis Bisa Bikin Anak Terlalu Aktif?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sebagian orang percaya bahwa makanan atau minuman manis dapat membuat anak jadi lebih aktif, bahkan hiperaktif. Ini membuat para orang tua membatasi konsumsi makanan manis anak-anak mereka. Masalahnya, apakah hal tersebut benar adanya atau hanyalah mitos? Yuk, kita cari tahu kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan tentang apakah gula (pada makanan ataupun minuman) memengaruhi perilaku anak sebetulnya sudah menjadi perhatian banyak peneliti sejak periode 1990-an. Pada tahun 1995 contohnya, JAMA (The Journal of the American Medical Association) merilis meta-analisis yang menyisir temuan sebanyak 23 percobaan dari 16 makalah ilmiah.
Hasilnya? Ditemukan jika gula, terutama sukrosa, tidak memengaruhi perilaku atau kinerja kognitif anak-anak.
Pada 2017, studi terkait muncul di International Journal of Food Sciences and Nutrition. Para peneliti menyelidiki dampak konsumsi gula terhadap tidur dan perilaku 287 anak berusia 8-12 tahun, melalui kuesioner frekuensi makan, demografi, tidur, dan perilaku.
Yang mengejutkan, 81% anak konsumsi gulanya melebihi batas yang direkomendasikan, walaupun hal tersebut tidak membawa pengaruh pada perilaku maupun kebiasaan tidur mereka.
ADVERTISEMENT
Keyakinan orang tua vs hiperaktivitas anak
Meski dinyatakan tidak berpengaruh, masih banyak orang tua yang percaya gula membuat anak hiperaktif.
Hiperaktif atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Abnormal Child Psychology Agustus 1994 menunjukkan bahwa orang tua yang percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh gula lebih cenderung menganggap anak mereka hiperaktif ketika sang anak baru saja minum minuman manis.
ADVERTISEMENT
Padahal, hiperaktivitas seorang anak tak hanya tentang kudapan manis yang mereka sering konsumsi. Beberapa faktor yang terkait dengan hiperaktivitas atau biasanya cenderung membuat anak lebih aktif, adalah:
- sifat temperamental
- gangguan emosional
- gangguan belajar (seperti ADHD), dan
- masalah tidur
Sebagai orang tua, memiliki pengamatan yang tepat sangatlah penting. Selain itu, kekhawatiran apa pun yang dimiliki tentang pola makan anak harus dieksplorasi dengan hati-hati dan didiskusikan dengan dokter anak.
Lalu, bagaimana sebenarnya dampak gula dan apa manfaatnya bagi tubuh anak?
Yang pasti, terlalu banyak mengonsumsi gula, pada usia berapapun, dapat menyebabkan diabetes, obesitas, dan munculnya berbagai penyakit.
“Tidak dapat dipungkiri jika anak-anak yang sedang tumbuh membutuhkan kalori. Akan tetapi, kalori dalam gula kenyataannya tidak memberi anak-anak nutrisi apapun,” jelas Jessica Cording, MS, RN, CDN, seorang ahli diet dari New York City.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah ada anjuran terkait batasan konsumsi gula, faktanya otak kita terprogram untuk menyukai hal-hal manis. Dopamin, senyawa pada otak yang dikaitkan dengan kesenangan terhadap sesuatu yang manis, memicu sistem penghargaan (reward) otak.
Ini yang membuat gula bisa dianggap sama dengan zat adiktif seperti kokain, karena bisa membuat tubuh kita meminta lagi dan lagi agar merasa puas terus-menerus.
Dari sini cukup jelas bahwa gula merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh anak, namun harus tetap dalam kadar dan batas yang terkontrol agar tidak berimbas buruk.
Jadi, langkah paling bijak jika kita merasa konsumsi gula pada anak membuatnya hiperaktif atau terlalu aktif, adalah segera berkonsultasi dengan dokter anak. Pendekatan ekstrim seperti menghilangkan seluruh makanan manis maupun membatasi jumlah makanan dan minuman manis tanpa penelitian lebih dalam oleh ahli bisa membawa dampak sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan mempelajari riwayatnya, dokter mungkin akan merujuk ke ahli gizi untuk mengetahui seberapa banyak takaran gula dan kebutuhan nutrisi lainnya yang anak kita butuhkan.
Referensi: WebMD, Medical News Today
Image by jcomp on Freepik