Konten dari Pengguna

Bersalin di Rumah, Amankah?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
23 Desember 2019 9:13 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bersalin di Rumah, Amankah?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tren back to nature ternyata tidak hanya berlaku di dunia pengobatan dan kosmetik, namun juga metode persalinan. Setelah beberapa public figure berbagi pengalaman mereka di media sosial saat bersalin di rumah, ibu milenial pun mulai melirik persalinan di rumah sebagai salah satu pilihan yang alami sekaligus kekinian.
ADVERTISEMENT
Mereka yang memilih untuk bersalin di rumah memiliki berbagai alasan, seperti ingin memegang kendali atas persalinan mereka sendiri, mengikuti intuisi tentang kapan bayi ingin dilahirkan, ingin dibantu dengan sosok yang dirasa nyaman, ingin ayah dan kakak janin ikut menyaksikan proses persalinan sehingga memiliki ikatan batin yang lebih kuat, serta ingin melahirkan di tempat yang paling dirasa nyaman, yaitu rumah.
Meskipun memilki sejumlah alasan yang sangat manusiawi, amankah bersalin di rumah?
Bagi wanita yang melahirkan anak kedua, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan risiko pada bayi antara kelahiran di rumah dan di rumah sakit. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan khususnya jika kehamilan memiliki kondisi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Posisi bayi sungsang.
2. Memiliki riwayat prematur atau sedang dalam usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
3. Usia kehamilan lebih dari 41 minggu namun belum ada tanda-tanda kelahiran.
4. Hamil lebih dari 1 janin.
5. Pernah menjalani operasi caesar pada persalinan sebelumnya.
6. Memiliki masalah kesehatan seperti kencing manis dan darah tinggi saat kehamilan.
7. Infeksi ketuban saat hamil .
Apa saja, sih, risiko melahirkan di rumah?
Jika ibu dan bayi dalam keadaan sehat, maka risiko melahirkan di rumah yang ditimbulkan juga minimal, seperti terbatasnya akses penghilang rasa sakit terutama setelah melakukan persalinan, risiko terjadinya infeksi akibat proses antiseptik yang kurang memadai, serta kemungkinan terlambatnya akses terhadap perawatan medis di rumah sakit jika terjadi komplikasi pada saat persalinan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika kondisi ibu dan bayi tidak baik, maka risiko yang ditimbulkan akan semakin besar. Contohnya:
1. Jika terjadi pendarahan saat melakukan proses persalinan, maka akses untuk stabilisasi hemodinamik (aliran darah) dan transfusi darah akan susah untuk didapatkan.
2. Jika bayi memerlukan perawatan khusus akibat komplikasi saat kehamilan atau persalinan, tentu proses persalinan di rumah tidak bisa menyediakan fasilitas kesehatan dan penunjang hidup bayi yang sama dengan ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) yang ada di rumah sakit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan keadaan yang membahayakan hidup ibu dan bayi. Untuk itu sangat penting dilakukannya pemeriksaan ANC (antenatal care/pemeriksaan kehamilan) yang rutin pada saat kehamilan untuk mengurangi resiko pada ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari risikonya, Anda tetap yakin kondisi Anda dan janin memenuhi syarat untuk bersalin di rumah. Berarti, kini saatnya mempersiapkan segala keperluan persalinan berikut ini.
Pertama, pastikan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik dan persalinan tersebut bukanlah persalinan pertama. Jika ini kehamilan pertama Anda, melakukan persalinan di fasilitas kesehatan seperti klinik bersalin ataupun rumah sakit adalah pilihan terbaik.
Kedua, pastikan tenaga yang menolong persalinan di rumah merupakan tenaga medis yang kompeten seperti bidan atau dokter. Jadi apabila terjadi suatu komplikasi pada saat melakukan persalinan, penolong dapat melakukan prosedur yang sesuai sehingga dapat menurunkan risiko yang berbahaya untuk ibu dan bayi.
Ketiga, pastikan alat-alat yang diperlukan dalam mendukung proses persalinan memadai. Alat-alat tersebut meliputi seperti cairan dan alat infus, tabung serta selang oksigen, persediaan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan pasca melahirkan. Serta jangan lupa menyediakan gunting bengkok, gunting ari-ari, pinset, kasa steril, benang, dan jarum apabila diperlukan untuk menjahit jalan lahir.
ADVERTISEMENT
Keempat, jangan lupa persiapkan transportasi yang memadai untuk mengantar ibu dan bayi apabila terjadi suatu kegawat-daruratan dalam proses persalinan.
Jadi, persalinan di rumah bisa saja dilakukan dengan kondisi serta syarat-syarat di atas dan setelah berkonsultasi dengan tenaga medis yang ibu pilih. Di negara maju, mungkin sudah banyak bidan yang kompeten untuk menangani persalinan di rumah. Namun, Anda perlu sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan karena ini merupakan hal baru di Indonesia. Kementerian Kesehatan sendiri masih belum menyarankan para ibu untuk bersalin di rumah karena risikonya cukup besar.