Hati-hati, Terlalu Banyak di dalam Ruangan Bisa Sebabkan 'Cabin Fever'

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
6 Agustus 2020 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hati-hati, Terlalu Banyak di dalam Ruangan Bisa Sebabkan 'Cabin Fever'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Awalnya, istilah cabin fever muncul dari perasaan stres, terisolasi akibat terlalu lama di rumah atau satu tempat tertentu. Biasanya karena faktor cuaca buruk, orang harus berada di rumah sampai kondisi kembali baik. Ketika pandemi mengharuskan semua orang untuk tetap #dirumahaja dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini pun akhirnya dialami oleh banyak orang. Karena "terkungkung", timbul emosi dan perasaan tak nyaman. Merasakan rangkaian emosi negatif seperti rasa sedih, cemas berkepanjangan, seperti terpisah dari dunia luar, adalah beberapa di antaranya. Cabin fever memang bukan gejala psikologis yang berat. Namun, jika penanganannya tidak tepat, perasaan cemas dan tidak nyaman tersebut bisa berujung pada menurunnya kesehatan mental. Yuk, cegah cabin fever sejak dini dengan mengetahui lebih lanjut kondisi ini.
ADVERTISEMENT
Apa saja sih gejala cabin fever?
Tak semua orang merasakan gejala yang sama pada cabin fever, namun ini gejala yang umum dialami:
Bagaimana jika salah satu, atau bahkan beberapa dari gejala Anda alami?
1.Coba keluar dari rumah atau tempat tinggal
Bukan untuk bepergian, tapi hanya menghirup udara luar di depan rumah atau taman belakang. Pagi hari lebih baik, supaya Anda pun bisa memanfaatkan kebaikan dari matahari pagi yang membantu daya tahan tubuh. Berolahraga ringan bisa mengeluarkan endorfin yang membuat hati menjadi lebih nyaman dan bahagia. Jika Anda tak mungkin keluar rumah, maka buka selebar mungkin jendela di rumah untuk tetap mendapatkan aliran udara dari luar sehingga tak merasa sumpek dan sesak sambil bergerak memutari ruangan.
ADVERTISEMENT
2.Sebisa mungkin jaga asupan makan tepat waktu
Berada di rumah bisa menjadi alasan untuk kita menyantap santapan tidak sehat alias junk food. Bahkan, ada di antara kita yang malah lupa untuk makan. Padahal, dengan asupan makan yang sehat dan tepat waktu bisa meningkatkan energi dan motivasi. Pertahankan nutrisi baik dengan membatasi asupan gula berlebih, camilan tinggi lemak, dan tetap terhidrasi dengan minum banyak air putih.
3.Buat jadwal dan tetapkan tujuan
Ketika 'terjebak' di rumah, terkadang kita jadi melakukan hal tidak penting atau bahkan tidak melakukan apa-apa. Scrolling media sosial berjam-jam menjadi santapan sehari-hari. Coba buat jadwal harian dan mingguan, serta apa yang akan dilakukan setelah pandemi berakhir. Misal, coba hal baru yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda terbiasa pesan antara makanan, coba memasak dan pilih resep baru setiap hari. Atau, buat jadwal olahraga yang bisa secara konsisten Anda lakukan. Siapa tahu, di akhir pandemi Anda bisa merubah diri menjadi Anda yang baru dan lebih baik dengan tatanan rutinitas baru. Berikan self reward saat Anda berhasil mencapai target, ya!
ADVERTISEMENT
4.Jangan biarkan otak kita “nganggur”
Menonton TV berjam-jam membuat otak kita tidak bekerja secara maksimal. Selipkan membaca buku, bermain puzzle, atau membuka teka teki silang tiap hari demi mempertahankan kerja otak selama berada #dirumahaja. Menstimulasi otak bisa mengurangi perasaan terisolasi dan tak berdaya.
5.Tetap terkoneksi dengan sahabat dan keluarga melalui koneksi virtual
Penting untuk kita tetap bersosialisasi walau dalam keadaan jaga jarak. Sebagai manusia yang kodratnya hidup berdampingan dengan orang lain, tentu perlu menumpahkan isi hati dan perasaan pada orang lain yang mengerti. Sisihkan waktu secara berkala untuk berkomunikasi dengan yang terkasih secara virtual. Dengan begini, Anda bisa mengurangi perasaan sedih karena tahu mereka tetap ada untuk Anda dalam kondisi tidak nyaman. Satu hal yang pasti, Anda tidak sendirian mengalami hal ini.
ADVERTISEMENT
Perlu dipahami, saat Anda masih bisa beraktivitas dan hal tersebut masih belum terlalu mengganggu keseharian tandanya Anda masih bisa bertahan dan coba berusaha mengalihkan dengan cara yang lebih positif. Namun, jika sudah mengganggu sehingga merasa tak ada lagi harapan, dengan cemas yang berkepanjangan yang bisa berujung depresi segera hubungi tenaga ahli yang mengerti.