Konten dari Pengguna

Jangan Sepelekan, Ini Bahaya Kualitas Udara Buruk bagi Ibu Hamil

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
5 Juli 2023 9:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jangan Sepelekan, Ini Bahaya Kualitas Udara Buruk bagi Ibu Hamil
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Juni lalu, media sosial diramaikan oleh berita tentang buruknya kualitas udara di Jabodetabek, bahkan masuk ke dalam kategori terburuk di dunia. Tercatat, kadar PM 2.5 -polutan udara yang bisa masuk ke sistem pernapasan- pada 15 Juni 2023 mencapai 148 mikrogram/m³, di mana seharusnya tak boleh melebihi 65 mikrogram//m³. Kualitas udara Jakarta pun dinyatakan tidak sehat dan membahayakan kesehatan anak-anak, ibu hamil, juga pasangan yang sedang berencana memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Secara umum, PM 2.5 berbahaya bagi kesehatan karena ukuran partikelnya yang sangat kecil (hanya 2,5 mikrometer). Ketika partikel ini terhirup dan masuk ke sistem pernapasan, dalam jangka panjang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan paru-paru.
Jika partikel polutan ini masuk ke jaringan darah dan beredar ke seluruh tubuh, gangguan kardiovaskular seperti serangan jantung mungkin saja terjadi. Lalu, apakah dampak kualitas udara buruk bagi ibu hamil?
Kualitas udara yang buruk tidak hanya dapat berpengaruh langsung pada sistem pernapasan ibu, namun juga pada perkembangan janin. Dikutip dari Medical News Today, paparan polusi udara dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, sehingga terlahir dengan ukuran kecil/ berat badan rendah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya lewat polutan yang masuk tubuh, kualitas udara yang buruk juga menyebabkan cuaca panas yang menyengat, bahkan mendekati ekstrim. Hal ini ternyata bisa menyebabkan kelahiran prematur. Pada tahun 2019, di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi lahir secara prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu) akibat panasnya udara, karena kualitas udara buruk dan perubahan iklim.
Bayi yang terlahir prematur biasanya paru-parunya belum berkembang sempurna, berat badan lahirnya cenderung rendah, yang merupakan faktor risiko terjadinya gangguan tumbuh kembang, terkena sejumlah penyakit, hingga kematian setelah dilahirkan.
Bagi ibu hamil, kualitas udara buruk juga memicu terjadinya anemia, eklampsia, hingga memungkinkan terjadinya keguguran.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara mengurangi efek kualitas udara buruk?
Ada beberapa rekomendasi yang diusulkan oleh IQAir (perusahaan teknologi kualitas udara Swiss) agar kesehatan kita tidak terdampak udara buruk, di antaranya:
1. Mengenakan masker saat keluar rumah
Masker menjadi rekomendasi utama agar kita dapat terlindungi dari polusi udara, meskipun status Covid-19 sudah dinyatakan sebagai endemi di Indonesia.
2. Menutup jendela
Jendela, pintu, dan berbagai jalan keluar masuk udara ke dalam rumah sebaiknya ditutup agar udara buruk dari luar tidak masuk dan mengotori udara di dalam rumah.
3. Menghindari aktivitas luar ruang
Melakukan aktivitas outdoor berarti terpapar langsung oleh udara yang buruk. Jika tidak mendesak, hindari beraktivitas di luar ruangan karena dapat terkena paparan secara langsung dan membahayakan kesehatan.
ADVERTISEMENT
4. Menyalakan pembersih udara
Pembersih udara (air purifier) dapat menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan agar kualitas udara di dalam rumah tetap terjaga. Air purifier bekerja dengan cara menyedot udara melalui kipas, yang kemudian ditangkap oleh filter yang ada di bagian belakang alat ini. Setelah disaring oleh filter, udara yang sudah bersih akan dikeluarkan kembali.
Apakah air purifier sama dengan humidifier dan diffuser?
Meski berkaitan dengan udara, namun ketiga alat ini berbeda.
Humidifier adalah alat yang dapat menambah kelembapan udara agar tidak terjadi kekeringan yang dapat menyebabkan iritasi. Humidifier sangat berguna untuk mengatasi kekeringan pada kulit, hidung, ternggorokan, dan bibir. Humidifier juga dapat meredakan beberapa gejala akibat flu. Akan tetapi, penggunaan humidifier secara berlebihan juga dapat berakibat buruk pada saluran pernapasan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, diffuser adalah alat yang berfungsi untuk menyebarkan essential oil ke udara. Essential oil merupakan ekstrak alami yang sangat pekat dari daun, bunga, dan batang tanaman, yang dipercaya berkhasiat untuk pengobatan dan memiliki efek terapeutik. Sifatnya yang anti jamur, anti bakteri, dan anti virus juga berguna untuk menetralisir udara yang kotor.
Jadi, lindungi diri kita dari kualitas udara buruk sebisa mungkin sesuai anjuran di atas.
Referensi: www.bmkg.go.id, www.medicalnewstoday.com, www.lung.org, www.fertilityfamily.co.uk, www.who.int, www.iqair.com
Image by Freepik